"Ya ampun, Ay!!"
Pekikan histeris Amara terdengar tepat setelah Julian membopong Ayana ke ruang tengah diikuti Elsa di belakangnya. Wanita paruh baya itu segera berlari menghampiri Ayana yang sungguh benar-benar dalam keadaan mengenaskan. Tidak hanya Amara, Eva juga ikut menghampiri dengan wajah khawatir.
Julian mendudukkan Ayana di salah satu sofa ketika menyadari ibu wanita itu juga ingin mengetahui keadaan Ayana lebih lagi. Julian tidak ingin egois, ibu dari istrinya itu juga memiliki hak atas putrinya.
"Ya ampun, Ay. Kenapa kening kamu bisa luka parah seperti ini, Sayang? Apa yang kamu lakukan pada diri kamu sendiri?" Lirih Amara khawatir mengusap hati-hati kening Ayana.
"Ay kamu gak papa?" Tanya Eva pelan ikut sedih melihat keadaan adik iparnya itu. Tidak menampik ia juga merasa bersalah karena walau bagaimanapun Ayana seperti ini karena sunaminya sendiri. Meski Jericho juga kakak kandung Ayana.
"Kak Ay baik-baik aja, dia kan cewek kuat." Seloroh Elsa tiba-tiba duduk samping Ayana merangkul kakaknya itu pelan. Gadis itu berniat memecah suasana hening ketika Ayana masih diam terpaku menatap datar ke semua orang.
Ayana sendiri hanya terkekeh pelan membanting pandangan ke sembarang arah. Wanita itu lalu menyadarkan kepalanya di atas bahu Elsa ketika pusing di kepalanya melanda sakit. "Luka ini gak sebanding sama ketakutan Ay di ruangan pengap itu, Ma. Gelap, sunyi, menyedihkan, sama seperti dulu di ruangan sempit ketika Daddy ngunci Ay. Ay sampe sempet mikir kayak mau mati." Lirih Ayana tiba-tiba menyayat hati.
Mendengar itu, semakin keras pula Amara menangis. Sungguh ia merasa bersalah sudah mengabaikan anak perempuannya dan malah sempat membiarkan Jericho memasung Ayana. Meski benar Amara memarahi Jericho, tapi ia juga bisa saja memaksa putranya itu agar jangan bertindak kelewat batas. "Maaf, maafin Mama Ay. Mama--"
"Bukan salah Mama, Ay gak papa," senyum tipis Ayana berikan seraya mengusap tangan ibunya itu menenangkan.
"Ayana ..."
Sontak sekujur tubuh Ayana menegang saat itu juga. Sorot matanya menatap was-was takut diantara pancaran mata terluka dan kecewanya. Wanita itu hanya bisa diam membeku tanpa mau mengeluarkan suara.
Jericho dan Thomas ikut menghampiri Ayana dengan wajah yang sama-sama menunjukkan rasa bersalah apalagi ketika melihat luka di tangan dan kening Ayana. Napas Jericho tercekat sesak merasa bersalah menatap sendu adiknya begitu juga Thomas sama halnya dengan Jericho.
"Ay--"
Bugh!
Prang!
"Jericho!!"
Belum sempat Jericho menghampiri Ayana, Julian sudah bangkit berdiri melayangkan kembali pukulannya di dada pria itu hingga membuat Jericho tersungkur membentur lemari kaca membuat lemari itu kaca itu pecah berserakan di atas lantai berikut juga gelas dan piring kaca di dalamnya yang hancur.
Kepala bagian kanan Jericho terluka parah hingga mengucur deras darah segar di bagian itu. Meski begitu, Jericho masih bisa bangkit berdiri menatap sayu Julian yang masih dikuasai amarah. Kali ini Jericho pasrah dipukuli meski hingga koma sekalipun. Melihat luka adiknya yang cukup parah karenanya, Jericho menyadari kesalahannya.
"Ini yang kau sebut kasih sayang, Jer?" Sarkas Julian tajam.
"Jangan tibakan semua kesalahan pada Jericho, Julian! Aku juga salah di sini." Seru Thomas ikut membuka suara. Wajah senja pria itu tampak menunduk menangis.
Julian mengalihkan pandangannya sambil terkekeh sinis. "Andai saja aku tidak merasa bersalah akan dendam dan kesalahpahaman itu, mungkin kau juga tidak akan luput dari amarahku, Thomas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jebakan Sang Mafia [Completed]
Romance[JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK YA, JANGAN JADI SILENT READERS, PLEASE] PELAGIAT MENJAUH SANAA!!! *** Apa jadinya jika kau dijebak menikah oleh seorang mafia kejam hanya untuk dijadikan pelampiasan balas dendam? "Aku tidak peduli masalah dendammu, kar...