64. Dikurung?

2.3K 58 6
                                    

Tiga hari kemudian.

Plak!

Tamparan keras Amara berikan di pipi Jericho membuat wajah pria itu terbanting ke samping kiri. Amara menatap dingin putranya, matanya berkilat api kemarahan yang tidak tertahan. Ia yang tidak pernah main tangan pada anak-anaknya kali ini benar-benar Amara lakukan.

"Sampai kapan kau akan memasung adikmu?! Ini sudah tiga hari dan kau masih sama saja? Kau gila, Jericho!!! Jangan tunjukkan jiwa mafiamu pada adikmu!" Teriak Amara penuh amarah.

"Ma, ini perintah Dad--"

"Ya, memang!! Tapi kau sama sekali tidak membantah?! Atau kau juga berpikiran sama seperti ayahmu?!" Sarkas Amara.

"Mama, aku dan Daddy melakukan ini agar Ayana jera. Apa Mama tidak sadar semakin kesini Ana semakin membangkang dan terus membela bajingan itu?" Jericho membeli pembelaan.

"Mama tau, tapi caramu yang salah, Jer! Kau benar-benar keterlaluan pada adikmu sendiri!" Sentak wanita itu.

"Kamu gila, By! Kamu bener-bener bukan Jericho yang aku kenal. Ay adik kamu! Adik kandung kamu!" Timpal Eva pula dengan nada tegasnya, wanita itu menatap kecewa suaminya.

"Va ..." Lirih Jericho merasa bersalah membuat istri dan ibunya kecewa. Tapi ia juga tidak punya pilihan.

Jericho memejamkan matanya erat menahan segala perasaannya. Tidak menampik ia juga tidak tega, tapi Ayana terlalu keras kepala jika diberi pengertian lembut. Adiknya itu akan terus membangkang bahkan bisa saja ia kabur dari rumah lagi.

"Baiklah, aku akan mencoba bernegosiasi dengan Ayana. Kalau dia mau menurut, aku akan melepaskan pasungnya." Tandas Jericho.

Pria itu berlalu pergi melangkah menaiki tangga lantai atas menuju kamar adiknya. Di depan kamar Ayana berdiri masing-masing dua pelayan wanita dan pelayan pria yang Jericho tugaskan untuk mengawasi Ayana sekaligus membawakan makanan untuk adiknya itu.

Borgol hanya akan dilepas ketika Ayana ingin ke kamar mandi, bahkan itupun harus diikuti pelayan wanita. Ketika keluar, Ayana harus dipasung kembali. Benar-benar seperti tahanan di penjara yang sudah melakukan pidana membunuh seseorang. Padahal kesalahan Ayana hanya kabur diam-diam.

"Apa Ana sudah makan?" Tanya Jericho pada pelayan wanita itu.

Pelayan tersebut mengangguk. "Nona selalu menghabiskan makanannya."

Jericho mengangguk lega.

Proa itu membuka kunci pintu itu dan perlahan masuk ke dalam. Wajah sendu Ayana yang kurus dan pucat pertama kali Jericho lihat seperti belum makan berhari-hari padahal pelayan tadi mengatakan Ayana selalu menghabiskan makannya. Hati Jericho mencelos tiba-tiba merasa bersalah, namun akalnya masih teguh menjunjung tinggi egonya.

"Ana,"

Lirikan dingin sarat akan kemarahan Ayana berikan. Wajah wanita itu benar-benar kacau putus asa dan penuh luka. Sorot matanya menatap sayu seperti orang sakit. Ayana hanya menatap tanpa riak emosi pada kakaknya itu.

"Kakak akan membuka borgol itu, tapi dengan syarat kau harus menuruti semua perintah Kakak untuk jangan berhubungan lagi dengan Julian." Dingin Jericho menatap datar.

Bukannya merasa senang akan dilepas, Ayana malah terkekeh sinis terkesan mengejek meski matanya mulai berkaca-kaca kembali berlapiskan cairan bening. "Syarat?"

"Hm, kau harus mematuhi syarat itu jika mau dilepas."

"Mematuhi syarat itu? Kenapa aku harus patuh?" Ayana mengangkat dagu menantang. "Tidak, Tuan Aiden Jericho Alderick yang terhormat! Sampai kapanpun aku tidak akan tunduk pada penjajah!" Tekan Ayana menyindir kakaknya sendiri.

Jebakan Sang Mafia [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang