Gebrakk!
Brugh!
Tepat pada pukul dua dini hari, pintu rumah kediaman Alderick terbuka lebar membuat beberapa engsel pintunya lepas akibat terjangan dahsyat seseorang. Semua orang yang masih dalam keadaan terjaga dibuat terkejut segera menghampiri area depan pintu. Terutama Jericho dan Thomas.
Dengan wajah marahnya yang memerah Julian melangkah tegap tanpa gentar masuk ke dalam. Sorot matanya memerah menatap nyalang, urat leher dan tangannya terlihat menonjol menahan amarah yang merasukinya. Di belakangnya terlihat Elsa yang juga langsung masuk ke dalam. Gadis itu segera menghampiri ibunya dan memeluknya erat.
"DIMANA ISTRIKU, JERICHO!!!" Teriak Julian menggelegar seperti petir memenuhi ruangan menggetarkan ketakutan bagi siapa saja yang mendengarnya.
Seketika saja Jericho juga langsung dikuasai amarah melihat kedatangan Julian yang tiba-tiba bahkan hampir menghancurkan pintu rumah orangtuanya. Dengan tangan yang terkepal pula Jericho menghampiri ikut menatap nyalang.
"Cuih, tidak tahu diri. Masuk rumah orang lain tanpa permisi di malam hari seperti ini." Sinis Jericho.
"Dimana istriku? Dimana Ayana?!" Tanya Julian lagi dengan nada lebih ditekan tanpa menghiraukan cibiran Jericho untuknya.
"Untuk apa kau mencarinya?! Kau tidak punya hak untuk itu." Tandas Jericho dingin.
"Aku masih suaminya!!" Tekan Julian menegaskan. "Aku lebih berhak dibandingkan kau!" Tambahnya lagi.
"Kalian akan berpisah!! Apa surat yang aku kirim tempo lalu--"
"Yang berhak menentukan keputusan perceraian itu hanya Ayana, bukan kau!!!" Sarkas Julian memotong ucapan Jericho.
Suasana malam yang seharusnya tenang benar-benar menegangkan. Baik Jericho maupun Julian sama-sama dirasuki amarah. Keduanya sama sekali tidak ada tanda-tanda ingin mengalah. Jiwa mafia kedua pria itu begitu tampak bengis dan kejam.
"Aku kakaknya, aku berhak menentukan keputusan untuk adikku!" Balas Jericho berteriak marah.
Kekehan sinis Julian terdengar menyarkas. "Kakak? Pantaskah orang rendahan sepertimu dipanggil Kakak?"
"Jaga mulutmu, Julian--"
Bugh!
Bugh!
Sebelum Jericho menyelesaikan kalimatnya, Julian lebih dulu memukul Jericho membabi-buta mengeluarkan segala emosi di dadanya. Julian tidak peduli jika orang yang ia pukuli adalah kakak dari istrinya sendiri. Bagi Julian, siapapun yang berani melukai orang yang ia sayang, maka ia harus berhadapan dengannya.
Pertarungan antar dua pria ahli beladiri itu semakin memanas ketika Jericho juga membalas pukulan Julian. Namun Jericho kewalahan, ilmu beladirinya hanya mencapai setengah dari yang Julian kuasai. Dulu Jericho menang di pertarungan terakhir mereka mungkin karena beruntung saja ketika Julian lengah. Tapi sekarang Julian benar-benar mengeluarkan seluruh ilmu beladirinya.
Brugh!
"Jericho!!"
Jericho terpental membentur tembok tepat setelah mendapat terjangan keras di dadanya. Darah segar menyembur keluar dari mulutnya, napasnya sesak bukan main. Wajahnya benar-benar babak belur parah berikut tangan kirinya yang bisa ia pastikan patah.
Kontan Eva berlari memeluk suaminya sambil menangis ketakutan. Sungguh ia tidak tega melihat Jericho yang dipukuli habis-habisan oleh Julian. Baru kali ini ia melihat pertarungan dahsyat yang sama-sama bernafsu melenyapkan nyawa.
"Jangan! Kumohon jangan sakiti suamiku lagi," seru Eva merentangkan kedua tangannya menghalangi Julian yang hendak akan menghampiri Jericho kembali. Wanita itu menangis sejadi-jadinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jebakan Sang Mafia [Completed]
Romansa[JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK YA, JANGAN JADI SILENT READERS, PLEASE] PELAGIAT MENJAUH SANAA!!! *** Apa jadinya jika kau dijebak menikah oleh seorang mafia kejam hanya untuk dijadikan pelampiasan balas dendam? "Aku tidak peduli masalah dendammu, kar...