38. Racun

2.6K 59 0
                                    

"Mommy, mengapa Kakak lama sekali? Aku sudah lapar."

Pertanyaan Selena memecah keheningan di atas meja makan dekat dapur. Mereka --Ayana, Selena, Arallyn, Matteo, dan Cleo-- sedang berada di atas meja makan menunggu Julian turun dari kamarnya. Sebuah kebiasaan yaitu keluarga pasti akan menunggu di meja makan ketika anggota lainnya belum datang.

"Tunggu sebentar lagi, Selly."

Tidak berselang lama, sesosok yang ditunggu sedari tadi pun datang juga. Wajah tampan itu terlihat segar, sepertinya baru selesai mandi dengan setelan kemeja lengan pendek warna biru tua dan celana bahannya yang santai. Julian duduk di kursi tunggal meja makan sebelah utara seakan menegaskan kekuasaannya. Berbeda dengan kursi sebelah kanan-kirinya yang pasti ada tiga kursi berjejer.

Setelah itu, mereka makan bersama dalam keheningan. Hanya terdengar dentingan sendok dan piring di meja makan tersebut. Mereka makan dengan khidmat.

"Kak Ana! Tumben sekali kakak memakai syal. Kenapa?"

Mendapat pertanyaan itu, jelas membuat Ayana menegang di tempat menyorot kesal Julian yang gara-gara suaminya itu mengharuskannya memakai syal untuk menutupi kissmark di setiap sudut leher dan dadanya. Meski sudah memakai foundation tetap saja terlihat.

Hal itu tidak luput juga dari perhatian Julian. Namun ia acuh-acuh saja saat Ayana menyorotnya kesal dan malah membalas dengan nengerlingkan mata seolah mengejek.

Ayana tersenyum tipis pada Selena. "Cuacanya dingin." Jawab Ayana. Untung saja cuaca di Milan mendukung Ayana untuk berbohong.

Selena mengangguk mengerti. Tidak lama setelahnya, Selena sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah ibunya dan berbisik pelan. "Mom, kenapa Kak Julian duduk di kursi itu?" Bisik gadis itu.

Arallyn yang di samping Selena menatap Julian. "Bukankah Kakakmu memang suka duduk di sana?"

"Iya tapi kan dulu, sejak ada Kak Cleo dia suka duduk di samping wanita itu. Tapi kenapa sekarang tidak?" Heran Selena.

Arallyn tersenyum sambil berbisik. "Mungkin Kakakmu sudah sadar."

Selena terkekeh pelan. Sesaat setelahnya ia kembali melanjutkan makannya.

"Honey! Berikan aku air di sampingmu." Rengek Cleo tiba-tiba pada Julian yang berhasil mengalihkan atensi semua yang ada di meja makan. Selena memutar bola mata jengah melihat sikap wanita yang sungguh tidak tahu malu itu. Sedangkan Arallyn hanya menatap Cleo muak.

Sejenak ketika mendengar itu, Julian tidak langsung menuruti kemauan Cleo. Ia terlebih dahulu menatap Ayana di depannya yang juga menatap dirinya. Tidak lama, karena Ayana langsung mendelik tajam memalingkan wajahnya jengah dengan situasi itu. Julian menghela napas, baru kemarin membujuk sekarang wanita itu pasti kembali marah.

"Jul ..." Rengek Cleo lagi, namun kali ini dengan nada sedikit meninggikan suara karena pria itu menghiraukan dirinya.

Saat itu juga netra dingin Julian yang tidak biasanya terpancar menatap tajam Cleo. "Tanganmu masih utuh, ambil sendiri!" Ucap dingin Julian.

"Pffttt!" Selena membungkam mulutnya yang hendak tertawa ketika mendengar ucapan kakaknya.

Tangan Cleo terkepal menahan marah. Sungguh Cleo benar-benar dibuat bingung sekaligus jengkel dengan Julian yang mulai berubah. Sebenarnya hari-hari sebelum pergi dari rumah juga Julian memang sedikit berbeda, tetapi tidak separah kemarin ketika pulang dan sekarang yang menunjukkan perubahan sikapnya di hadapan orang banyak.

Mengapa Julian berubah? Batin Cleo.

Lain hal dengan Cleo yang kesal, maka di kursi lain ada Ayana yang tersenyum kemenangan akan respon Julian pada wanita itu. Ingin sekali rasanya ia mengejek Cleo saat itu juga, tapi pagi ini Ayana malas membuat keributan. Apalagi jika ada ibu mertuanya, ia tidak ingin membuat Arallyn merasa terganggu.

Jebakan Sang Mafia [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang