Di dalam sebuah kamar. Terdengar sesekali percekcokan antara sepasang suami istri yang tidak ada hentinya sedari tadi. Ralat, mungkin yang lebih tepat adalah si istri yang tidak bisa berhenti berkicau dan mengomel sejak kepulangan suaminya itu.
"Huft. Sebenarnya musuhmu itu sebanyak apa?! Sudah dua kali aku melihatmu dalam keadaan terluka seperti ini. Bahkan keadaanmu sekarang lebih parah dibandingkan saat aku terakhir mengobati lukamu dulu." Gerutu Ayana kesal sambil memoleskan cairan anestesi di atas bahu kiri Julian yang terluka.
Mendengar gerutuan Ayana jelas membuat Julian benar-benar kesal karena kupingnya yang terasa sedikit berdengung. Pasalnya, gadis itu entah ke berapa kali mengomel hanya karena mendapati dirinya pulang dalam keadaan terluka akibat serangan musuh beberapa saat lalu.
Kini Julian berada dalam posisi tengkurap sambil bertelanjang dada di atas kasur. Sedangkan Ayana duduk di sampingnya mengobati luka bekas tembakan dan pukulan yang banyak terdapat di punggung dan bahu kirinya.
Awalnya Julian sama sekali tidak berniat memberitahu yang ada dirumah karena ia pun tidak ingin membuat Arallyn dan yang lain khawatir. Maka dari itu, saat pulang ke rumah di malam hari, Julian mengendap-endap masuk ke rumah agar tidak ada yang mengetahui keberadaannya.
Akan tetapi justru tiba-tiba saja Ayana datang entah dari mana dan terkejut mendapati pria itu dalam keadaan luka parah. Ayana nyaris saja berteriak kencang kala itu saking terkejutnya, tetapi untung saja Julian segera membungkam mulutnya dan langsung membawa gadis itu ke dalam salah satu kamar di lantai bawah.
Jelas saja perdebatan pun langsung terjadi kala Ayana ingin mengobati luka Julian. Pada awalnya Julian menolak dan bisa mengobati lukanya sendiri, tapi tubuhnya tidak dapat berbohong kalau ia membutuhkan bantuan orang lain. Namun ya, seperti inilah akhirnya. Perdebatan demi perdebatan kecil tidak dapat dihindarkan dari mereka.
"Ini salahmu juga yang tidak hati-hati. Coba saja kalau kau lebih waspada kau mungkin tidak akan mengalami luka banyak seperti ini. Ck, payah!"
Brak!
Kesabaran Julian benar-benar habis kala mendengar umpatan Ayana yang secara langsung tepat dihadapannya mengatainya payah. Pria itu secara spontan melempar bantal yang ia peluk ke atas lantai. Sorot matanya memancarkan kekesalan yang sepertinya seolah sudah sampai ke ubun-ubun.
"Kau pikir ini kemauanku, hah?! Para musuh sedang mengincar rumah ini bahkan ada penyusup yang berhasil masuk ke sini. Kau pikir aku akan diam saja membiarkan hal itu terjadi? Tentu saja tidak, Bodoh! Kalau aku diam saja maka rumah ini akan kacau. Mereka bisa saja membunuh ibu dan adikku, Ana! Bahkan termasuk kau!" Kelakar Julian panjang lebar tanpa jeda bernapas.
Ayana terdiam merenung mendengarkan dengan cermat apa yang dikatakan Julian barusan. "Jadi kau seperti ini karena menjaga rumah ini?"
Julian berdehem malas.
Senyum terbit yang sarat akan perasaan tidak enak terbit di bibir merah muda milik Ayana. "Maaf," cicitnya.
Mendengus kesal adalah respon yang diberikan oleh Julian untuk Ayana ketika melihat ekspresi wajah tanpa dosa yang Ayana tunjukkan untuknya. Terkadang Julian merasa heran sendiri dengan tingkah Ayana yang berubah-ubah.
Terkadang Ayana bisa bersikap dewasa seperti yang pernah ia lihat kala gadis itu memberi nasehat untuk Selena. Gadis itu juga bisa tangguh seperti laki-laki tidak kenal takut melawan Julian. Dari semua itu, yang paling sering tampak adalah Ayana dapat menjelma menjadi gadis cerewet yang menyebalkan. Seperti saat ini contohnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jebakan Sang Mafia [Completed]
Romance[JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK YA, JANGAN JADI SILENT READERS, PLEASE] PELAGIAT MENJAUH SANAA!!! *** Apa jadinya jika kau dijebak menikah oleh seorang mafia kejam hanya untuk dijadikan pelampiasan balas dendam? "Aku tidak peduli masalah dendammu, kar...