73. Ulang Tahun

2.5K 59 0
                                    

"Aku tidak akan memaksamu berbaikan dengan ayah dan kakakmu. Tapi aku juga tahu kau tidak sekejam itu pada mereka, Ana. Aku tahu hatimu baik, aku tahu kau pemaaf. Karena itulah aku akan selalu memihakmu apapun keputusanmu."

Air mata luruh di ujung mata Ayana dengan pandangan mata menatap kosong ke depan. Bayangan kalimat yang Julian ucapkan kemarin terbayang di kepalanya tepat setelah kakak dan ayahnya keluar dari ruang rawatnya.

Saat ini Ayana termenung, apakah semua sikapnya salah marah dan kecewa kepada dua pria yang sudah menorehkan luka padanya itu? Ayana merasa benar, ia sudah keterlaluan. Tapi ia juga tidak bisa membohongi perasaannya sendiri. Ayana sudah terlalu kecewa pada Jericho dan Thomas.

Sepasang tangan melingkar di perut Ayana menyentak wanita itu dari lamunannya. Tubuhnya meremang tatkala merasakan ada bulu-bulu halus yang menyentuh permukaan kulit lehernya disertai dengan hembusan napas panas. Ayana tersenyum menoleh ke samping menepuk pipi orang yang memeluknya dari belakang itu yang tidak lain adalah Julian.

"Happy birthday, my pretty," bisik Julian tepat di telinga Ayana.

Ayana terpaku sejenak mendengar bisikan lirih itu. Ini ulang tahunnya? Benarkah? Tapi kalau diingat-ingat memang bulan sekarang adalah bulan ulang tahunnya. Sepertinya terlalu banyak masalah beberapa hari belakangan ini membuat Ayana lupa tanggal. Namun ia senang, ternyata Julian mengingat ulang tahunnya.

"Thanks. Aku tidak menyangka kau mengingat ulang tahunku, padahal aku sendiri tidak ingat dan baru menyadarinya." Ayana membalikkan badan menghadap Julian membuat pria itu segera duduk di samping brankar Ayana.

Julian terkekeh kecil, matanya menyorot sendu seperti memendam kesedihan yang mati-matian ditahan. "Kau terlalu meratapi kesedihanmu sampai melupakan hari bahagiamu."

Wanita itu menunduk dengan bibir yang tersenyum kecut mendapat sahutan seperti itu. Benar apa kata Julian, Ayana terlalu sibuk dengan segala perasaannya sampai melupakan hari bahagianya sendiri.

"Kau mau apa dariku?" Julian mengusap pipi Ayana mengalihkan topik pembicaraan. Ia tahu Ayana masih sedih saat ini.

"Apa? Aku mau apa?" Ayana balik menatap Julian dengan mata sendunya.

Pria itu mengendikkan bahunya. "Apa saja, terserah."

Ayana terkekeh pelan. "Aku tidak mau apa-apa, aku hanya ingin kau terus berada di sampingku." Sahutnya pelan.

Betapa terharunya Julian mendengar kalimat itu dari istrinya. Ia tersenyum tipis lalu menarik pelan tangan Ayana dan mengecupnya penuh perasaan. "Tanpa kau minta aku akan terus berada di sampingmu."

Ayana mengangguk percaya.

"Happy birthday!!!"

Teriakan yang sungguh memekakkan telinga mengacaukan suasana tenang yang sebelumnya melingkupi. Ayana reflek menutup telinganya ketika orang-orang membukakan pintu ruang rawatnya dengan tidak santai.

Antara kesal dan haru. Itu yang Ayana rasakan sekarang. Ia kesal karena waktunya bersama Julian diganggu. Tetapi ia juga senang karena ternyata keluarganya memberikan kejutan untuk ulang tahunnya yang ke-22 juga. Ayana tersenyum bahagia untuk itu.

"Selamat ulang tahun sayangku cintaku!!!" Pekik Sophia sambil memeluk Ayana erat tanpa memerdulikan keberadaan semua orang.

Ayana menjauhkan tubuhnya sambil menahan Sophia yang memelukku erat. "Jangan erat-erat, Sop. Gue lagi sakit loh, ini." Gerutunya.

"Ck, makanya buruan cepet sembuh. Kayak cewek lemah aja, lo," ujar Sophia.

Tidak berselang lama, Amara mendekat dan juga memeluk Ayana. "Selamat ulang tahun, Sayang."

Jebakan Sang Mafia [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang