Istri?
Ayana rasanya ingin tertawa menyadari fakta itu. Ya, kini ia sudah sah menjadi istri dari pria yang menjadi musuh keluarganya. Antara percaya dan tidak dipercaya. Tanpa ada perayaan, resepsi, apalagi suasana membahagiakan seperti kebanyakan sepasang kekasih yang melaksanakan pernikahan pada umumnya. Hanya ada kekecewaan, kesedihan dan air mata dari keluarga Ayana.
Tepat usai percakapan antara gadis itu dan ayahnya, para warga benar-benar menikahkan Ayana dengan Julian tanpa bisa dicegah lagi.
Akan tetapi sebenarnya Ayana menyesal sekaligus merasa sangat bersalah adalah karena sudah mengecewakan keluarganya. Terlebih kakaknya yang begitu sangat kecewa bahkan tampak sama sekali tidak mau bicara dengannya. Jangankan bicara, melirik saja tidak.
Amara menangis sesenggukan dalam pelukan Eva mengetahui keadaan yang begitu sangat kacau ini. Ia tidak tega dengan nasib putrinya yang begitu malang. Meski Amara tahu bahwa semuanya bermulai dari Ayana sendiri, tetapi hati ibu tidak akan menyalahkan nasib buruk yang menimpa sang anak.
Eva pun sama seperti Amara yang begitu sangat sedih. Tetapi wanita itu mencoba untuk tegar. Sedangkan Elsa, gadis itu tidak tahu harus berbuat apa dan berkata apa dengan kejadian yang sama sekali tidak terduga ini. Semua ini begitu sangat mengejutkan.
Kini mereka berkumpul di ruang keluarga rumah Thomas dan Amara, termasuk Julian dan Ayana yang juga di sana. Suasana begitu sangat dingin, terlebih sama sekali tidak ada yang memulai percakapan di sana.
"Aku akan membawa Ayana ke Italia sekarang juga!" Julian membuka suara setelah hawa dingin yang mendominasi sekitar.
Sontak saja ucapan Julian membuat Thomas menatap tajam ke arah pria itu. "Apa yang kau katakan, hah?! Tidak ada yang boleh membawa--"
"Ayana istriku!" Sela Julian sambil menyunggingkan senyum liciknya menatap tajam ke arah Thomas. Pancaran mata kebencian dan amarah begitu sangat kontras terlihat di mata abu pria itu. "Terima atau tidak aku akan tetap membawanya." Tambahnya lagi.
Thomas memejamkan matanya erat menahan emosi pada pemuda di hadapannya ini. Kalau saja ia masih menjadi mafia seperti dulu, mungkin saat ini ia tidak akan segan menerjang atau bahkan menembak pria itu.
Julian tiba-tiba saja berdiri tegak dari duduknya. Netra tajamnya melirik Ayana yang masih duduk di atas sofa. "Aku tunggu di mobil," Ucapnya dingin pada Ayana kemudian berlalu dari sana.
"Tunggu!" Seru Thomas menghentikan langkah Julian. Pria paruh baya itu ikut berdiri dan menghampiri Julian. "Kita perlu bicara," ucap Thomas dingin.
Julian memutar bola mata malas mendengar ucapan Thomas, tetapi tidak urung, ia juga mengangguk menerima. Thomas dan Julian keluar dari ruangan keluarga itu. Kedua pria dengan latar belakang kehidupan yang tidak jauh berbeda itu keluar menuju salah satu gazebo yang ada di rumah kediaman keluarga Alderick.
Julian duduk dengan santainya di salah satu sofa sambil mengangkat kakinya di atas lutut tanpa sopan dengan dagunya yang terangkat angkuh. Sedangkan Thomas sendiri tidak terlalu memperdulikan apa yang dilakukan oleh pria yang secara mendadak menjadi menantunya itu.
Pria paruh baya itu duduk di sebrang Julian dengan netra tajam dan tampak terkesan api amarah yang sama sekali belum padam. Suasana di sana terasa sangat mencekam, terlebih diantara keduanya saling melayangkan api kebencian yang membara.
"Kau melakukan semua ini sengaja, bukan?" Terka Thomas to the point.
Julian terkekeh sinis. "Ya, aku sengaja." Akunya jelas, singkat, padat.
"Jangan pernah melakukan apapun pada Ana ketika kalian sudah di Italia! Atau kalau tidak--"
"Kalau tidak apa?" Sela Julian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jebakan Sang Mafia [Completed]
Romance[JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK YA, JANGAN JADI SILENT READERS, PLEASE] PELAGIAT MENJAUH SANAA!!! *** Apa jadinya jika kau dijebak menikah oleh seorang mafia kejam hanya untuk dijadikan pelampiasan balas dendam? "Aku tidak peduli masalah dendammu, kar...