29. Kecupan?

3.7K 76 0
                                    

Brak!!

Dalam sekali terjang, gerbang tinggi yang menjulang dua meter ke atas itu roboh seketika menampakkan gedung bertingkat tinggi yang sudah usang tidak terpakai. Tidak sulit bagi Julian melacak dimana keberadaan Ayana lewat menyadap ponsel Ayana. Meski kemungkinan ponsel gadis itu sudah dihancurkan, tapi sinyal titik terakhir keberadaannya berhasil di-save.

Bugh!

Bugh!

Pertarungan sengit tidak dapat dihindari oleh Julian dan Enzo dari kubu Darius yang berjumlah puluhan. Namun berbekal ilmu beladiri tingkat tinggi yang dikuasai oleh mereka berdua, Julian dan Enzo dapat melumpuhkan beberapa anak buah Darius dengan mudah.

"DIMANA ISTRIKU?!!" Teriak Julian menggelegar seperti orang kesetanan memukul tanpa ampun lawannya. Bunyi kretekan lengan patah begitu nyaring terdengar ngilu, namun Julian sama sekali tidak memperdulikannya.

Sorot mata pria itu menyorot nyalang setajam elang menatap mangsanya. Deru napas Julian berderu cepat saking kuatnya tekanan emosi yang pria itu rasakan. Urat-urat di leher dan lengannya terlihat menonjol disertai mata dan wajahnya yang memerah.

Julian benar-benar melampiaskan amarahnya pada mereka semua membuat para anak buah Darius tidak berdaya menghadapi kemarahan pria itu. Julian yang sebelumnya memang dalam keadaan marah, sekarang semakin marah pula akan tindakan Darius. Musuhnya itu seperti menuang bensin di atas kobaran api.

"Dimana istriku?" Tekan Julian sekali lagi. Kali ini intonasinya rendah, namun sarat akan mengancam. Tangannya berada di leher salah satu anak buah Darius mencengkramnya kuat tanpa peduli lawannya menyorot meminta ampun.

"S-saya t-tid-dak ..."

Brak!!

Julian menerjang pria itu sampai terpental beberapa meter ke belakang. Ia mengambil pistol yang terselip di balik pinggangnya dan mulai menodongkannya pada pria itu.

Dor!

Dor!

Dua tembakan mendarat di masing-masing lengan pria itu sampai suara erangannya terdengar berpekik kesakitan. Julian menekuk satu lutut menyorot tajam pria yang sekarang beringsut ketakutan menjauhi Julian.

"J-jangan bunuh saya, Tuan. S-saya ..."

"Katakan dimana istriku! Apa yang kalian lakukan padanya?!!" Tekan Julian sekali lagi.

"D-dia di area belakang. T-tuan Darius memasungnya di bawah salju."

Sekali lagi Julian menerjang pria tersebut, namun kali ini lebih keras dari sebelumnya membuat pria itu pingsan seketika. Tanpa menunggu lagi, Julian berlari ke arah pintu belakang yang menghubungkannya keluar gedung. Tangannya memutar paksa knop pintu, namun tidak kunjung terbuka.

"Fuck!" Umpat Julian kasar menyadari pintu dikunci dari luar.

Tidak kehabisan akal, Julian mendobrak pintu saat itu juga. Percobaan pertama gagal, sepertinya pintu itu tidak hanya dikunci tapi juga digembok. Julian mengumpat keras, pria itu memberi aba-aba sebelum kembali menerjang paksa pintu itu sampai terbuka.

Bruak!!

Benar dugaan Julian. Pintu itu dikunci sekaligus digembok, bahkan juga dihalangi oleh tumpukan bangku dan meja yang sudah tidak terpakai. Matanya menangkap sekilas siluet tubuh Darius bersama sisa beberapa anteknya yang lain melompati pagar pembatas. Emosi kembali membara, namun bukan itu tujuan Julian.

Sejenak Julian terpaku di atas pijakannya. Amarah yang melanda dirinya menguap begitu saja tatkala matanya menangkap sosok gadis cantik berwajah pucat yang tidak berdaya di bawah terpaan badai salju. Keadaannya begitu mengenaskan, darah yang mengalir dari keningnya tampak membeku. Wajahnya pucat pasi seolah tidak dialiri darah.

Jebakan Sang Mafia [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang