Seorang wanita berjaket hitam dipadu kemben dan jeans selutut serta memakai topi di kepalanya berikut rambutnya yang dicepol tinggi tampak duduk di salah satu meja yang ada di kelab. Sebuah club ternama bernama Lavigne Club menjadi tujuan Ayana kali ini.
Mata wanita itu melirik tajam kanan kiri. Menatap cemas ke sembarang arah melihat orang banyak berdansa ria bahkan ada diantara mereka yang melakukan hal tidak senonoh. Jujur Ayana takut, club ini lebih bebas dan lebih menyeramkan dibandingkan club yang ada di Indonesia yang dulu sering Ayana datangi.
Mata Ayana menelisik tajam ke arah seorang wanita di depan sana yang duduk di meja sendiri seperti sedang menunggu seseorang. Tangannya sudah menyiapkan handphone dan kamera. Bersiap memfoto bukti persekongkolan Matteo dan Cleo serta mungkin beberapa orang yang terlibat.
"Apa rumah Julian berada di sekitar sini?"
Seorang pria yang sedang mengobrol bersama rekan-rekannya yang berada tepat di samping meja Ayana mengalihkan atensi wanita itu ketika mendengar nama Julian. Ia melirik ingin mendengar apa yang akan dikatakan selanjutnya oleh pria berbadan kekar yang sekarang sedang memangku seorang wanita bayarannya. Orang itu tampak seperti orang Jepang.
"Ya, Tuan."
"Ah, sudah lama sekali aku tidak bertarung dengan pria dingin itu. Ingin sekali rasanya aku menghajar dia setelah pria itu menghancurkan bisnis gelapku." Kata pria itu mengepalkan tangan emosi.
"Bukankah sekarang kau bergabung dengan Darius? Itu artinya kau bisa membalaskan dendanmu. Mereka akan menghancurkan Julian, tenang saja." Timpal rekan satunya.
"Ya kau benar, aku sebenarnya ingin menghajar pria itu dengan tanganku sendiri. Tapi aku masih sayang nyawa, bertarung dengannya hanya akan sia-sia. Biarkan saja Darius dan rekannya yang menangani Julian."
"Kalau kau ingin balas dendam, kau bisa lewat istrinya. Kudengar dia sudah menikah."
"Benarkah? Siapa wanita itu?"
"Katanya dia putri Thomas, kau ingat? Mafia asal Belanda. Julian menikahinya karena dendam,"
"Sungguh? Menarik sekali. Akan kucicipi nanti." Seringai pria itu.
Brak!
Reflek Ayana yang sedari tadi menelinga akhirnya menggebrak meja emosi merasa direndahkan ketika obrolan tidak bermoral itu menerpa telinganya. Ingin sekali Ayana marah, tapi ia harus menahannya karena tidak ingin musuh-musuh Julian di sana curiga.
"Hey, Nona. What's wrong with you?" Heran pria yang membicarakan Julian tersebut.
Ayana menggeleng muak enggan menatap bahkan matanya mendelik tajam. Begitulah Ayana, jika tidak suka akan mengekspresikan langsung dari mimik wajahnya. Wanita itu bukan wanita munafik yang pandai bersandiwara.
Pria itu terkekeh merasa tertantang akan penolakan Ayana. Dengan santainya ia beranjak dari duduknya beralih bergabung dengan meja Ayana. "Kau orang pertama yang menolak menatapku. Aku cukup tertantang."
"Dan kau orang pertama yang membuatku jijik. Aku ingin muntah rasanya." Ketus Ayana seraya berlalu pergi dari sana menuju koridor.
Bayangan Cleo yang melangkahkan kakinya ke ruang koridor club membuat Ayana segera berlalu tidak menghiraukan pria tadi. Jejak Cleo lebih penting Ayana dapatkan sekarang ini. Gedung club ini cukup besar bahkan berlantai-lantai. Ayana kesulitan mencari Cleo.
"Ck, sialan." Umpat Ayana ketika kehilangan jejak.
Tidak kenal menyerah, wanita itu semakin melangkahkan kakinya melewati ujung koridor dari satu ruangan ke ruangan lainnya dengan hati-hati. Namun Ayana sama sekali tidak mendapatkan jejak Cleo lagi bahkan setelah berjalan hampir setengah jam lamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jebakan Sang Mafia [Completed]
Romance[JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK YA, JANGAN JADI SILENT READERS, PLEASE] PELAGIAT MENJAUH SANAA!!! *** Apa jadinya jika kau dijebak menikah oleh seorang mafia kejam hanya untuk dijadikan pelampiasan balas dendam? "Aku tidak peduli masalah dendammu, kar...