65. Kemarahan Julian

2.9K 67 6
                                    

"Thomas, Jericho, kalian benar-benar gila!! Apa yang kalian lakukan pada putriku?!!"

Amara meraung kesetanan menghancurkan apa saja yang ada di sekitar ruang keluarga. Wanita itu benar-benar histeris menangis keras ketika melihat dengan teganya Jericho menyeret Ayana yang masih dalam keadaan di borgol kedua tangan dan kakinya lalu mengurungnya di gudang sempit tanpa cehaya.

"Aku juga tidak ingin melakukan ini, Ma. Tapi Ana sudah benar-benar keterlaluan. Dia tidak bisa dikendalikan kecuali harus benar-benar membuat dia jera." Tandas Jericho juga menunduk menangis tanpa mampu menatap mata ibunya.

"Tapi apa yang kau lakukan sudah kelewat batas, Jericho!! Kau tega mengurung dan memasung Ayana di ruangan sempit dan gelap malam-malam seperti ini?!!" Teriak Amara melengking memenuhi ruangan.

Elsa yang sebelumnya berdiri di ujung tembok segera berlari menghampiri ibunya. Ia juga menangis memeluk erat Amara menenangkan wanita yang sudah melahirkannya itu.

"Mama berhentilah berteriak, Leon sedang tidur bersama Eva, apa Mama ingin mengganggu tidur mereka?" Jericho tiba-tiba menjadikan anak dan istrinya alasan agar ibunya tenang.

"Mama tidak peduli mau anakmu terganggu atau tidak!! Kau juga tidak peduli pada anak Mama," racau Amara histeris emosi. Bisa-bisanya Jericho mengatakan takut Leon terganggu sedangkan kelakuannya lebih mengganggu hatinya sebagai seorang ibu. Mana bisa Amara diam saja melihat putrinya disakiti?

"Mama, tenanglah." Elsa semakin memeluk erat ibunya itu.

"Ayana takut kegelapan, Thomas. Kau tega pada putrimu sendiri?!" Sarkas Amara pada suaminya juga yang sedari tadi diam tidak bersuara.

"Justru karena aku tahu itu, aku ingin membuat Ayana jera dan menurut tidak mengulangi kesalahan yang sama, Amara." Thomas mencoba memberi pengertian.

"Tapi yang jadi penyebab utama Ayana takut kegelapan adalah kau, Thomas!!! Kau pernah mengurungnya dulu di Belanda di ruangan sempit juga tanpa cahaya hanya karena membangkang!! Dan hari ini kau juga melakukan hal yang sama, apa kalian tidak pernah berpikir dengan melakukan ini bisa saja Ayana akan trauma, hah?!!" Racau Amara lagi histeris.

Thomas membeku saat itu juga. Ia ingat dulu sewaktu Ayana masih berusia lima tahun Thomas memang pernah menguncinya di ruangan sempit tanpa cahaya. Tapi ia tidak tahu itu menjadi penyebab anak perempuannya itu takut kegelapan. Ia memutuskan mengurung Ayana hari ini karena mengira setiap wanita pasti takut kegelapan, bukan karena trauma sesuatu. Namun sekarang?

"Jer, lepaskan Ayana!" Titah Thomas langsung pada putranya yang memegang kunci gudang.

Jericho kontan menoleh datar. "Daddy menyerah begitu saja pada bujukan Mama?"

"Jer--"

"Hanya malam ini saja, aku akan membuka kuncinya besok. Setidaknya biarkan Ana merenungi semua kesalahannya dulu sampai ia jera untuk berbuat sesuatu lagi." Jericho keras kepala.

"Lepaskan Ayana Jericho!!" Seru Eva yang tiba-tiba datang dengan wajah marahnya yang menangis. Untuk pertama kalinya wanita itu memanggil nama suaminya langsung tanpa embel-embel 'Hubby' seperti biasanya.

Jericho terkesiap mendengar seruan istrinya. Ia juga menatap Eva dengan raut wajah terlukanya. "Ini demi kebaikan Ana juga, Va."

"Tapi nggak dengan cara kotor seperti ini!! Kamu tahu aku gak suka kekerasan!" Lirih Eva membujuk suaminya itu.

Bukannya menurut, Jericho malah membalikkan badan enggan balik menatap mata istrinya karena takut pertahannya akan goyah. "Maaf, Sayang. Kali ini aku gak bisa nurutin permintaan kamu."

Jericho berlalu pergi tanpa menghiraukan seruan keluarganya.

***

Tepat pukul setengah satu malam, Elsa mengendap-endap keluar melewati pagar belakang rumah. Setelah kejadian tadi dimana percekcokan antara seluruh keluarganya, ia memilih kembali ke kamarnya dan mulai menyusun rencana bagaimana caranya keluar rumah.

Jebakan Sang Mafia [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang