Setelah menyelesaikan Misi Penyusupan dan tiba dirumah, Boboiboy dan (Name) langsung bersih-bersih, makan malam, sedikit cerita lalu tidur karena hari sudah malam serta keduanya kelelahan. Terutama (Name).
Pagi yang tenang dan damai. Hari ini Boboiboy yang memasak dan (Name) masih berada di kamar mandi. Tepat setelah acara memasaknya selesai, (Name) telah turun. Tapi.... Keadaan (Name) sepertinya tidak baik.
"(Name), jom sarapan!" ajak Boboiboy dengan nada semangat, tapi terdengar lembut.
"Mm...." (Name) hanya mengangguk pelan dan tersenyum sangat tipis. Ia duduk di kursinya dengan pelan lalu mulai makan.
Tidak terjadi obrolan apapun di antara mereka. Boboiboy pun menyadari kalau (Name) tidak seperti biasanya. Tadi fajar pun Istrinya itu sangat sedikit bicara dan hanya menjawab seperlunya saja saat dirinya mengajak Istrinya itu mengobrol.
Boboiboy memutuskan untuk bertanya dengan hati-hati. "Emm.... (Name)--"
"Ukh!" pertanyaan Boboiboy langsung terhenti saat melihat (Name) menutup mulutnya dan seperti kesakitan.
Boboiboy segera berdiri dan menghampiri Istrinya itu lalu mengelus punggungnya pelan. "(N-Name) kenape? Ade yang sakit?"
".... Maaf, Boy...." (Name) menelan makanan yang ada di mulutnya dengan susah payah. ".... Aku tak ade selera untuk makan" setelah itu, ia lekas bangkit dari duduknya kemudian berjalan menjauh dari meja makan.
"Hah! T-Tunggu, (Name)!" Boboiboy langsung mengejar dan memeluk Istrinya dari belakang. "(Name) kenape? Masakan aku tak sedap? Aku masakkan yang lain ye"
".... Tak perlu"
"(Name)...." Boboiboy perlahan mengeratkan pelukannya. "Boy ade salah? Tolong jangan marah. Boy minta maaf ye?"
"Aku--Ugh!"
"HAH! (Name)!"
Tiba-tiba tubuh (Name) kehilangan keseimbangan, Boboiboy yang telah memeluk (Name) pun dengan cepat dapat menopang tubuh sang Istri. "(Name) kenape boleh--"
"Aku nak rehat kat sofa...."
"Baik" Boboiboy cekatan mengangkat dan menggendong tubuh (Name) lalu berjalan ke arah sofa dan mendudukkan Istrinya di ujung kanan sofa karena (Name) paling suka duduk di sofa bagian itu.
Nafas (Name) terdengar berat dan kasar. Suhu tubuhnya menurun beberapa derajat. Kedua tangannya menggenggam erat dudukan sofa untuk menopang tubuhnya.
"(Name)...." kini Boboiboy telah bersimpuh di hadapan (Name). Kedua lututnya bertumpu pada lantai. Ia mengelus pelan pipi kiri Istrinya yang wajahnya perlahan memucat.
"Mm...." (Name) menikmati elusan itu sebelum semakin menempelkan tangan Boboiboy dengan tangannya. ".... Hangat...."
'(Name) tetap sama' Boboiboy tersenyum dan menghembuskan nafas lega saat memahami kalau Istrinya itu tidak marah padanya, melainkan tengah sakit.
Boboiboy perlahan menghentikan elusannya lalu pergi untuk mengambil sapu tangan. Sekembalinya dirinya, ia langsung mengusap keringat dingin yang ada di dahi (Name).
"(Name), aku buatkan bubur kejap ye" ia berniat seperti itu karena (Name) tadi hanya makan satu sendok saja. Saat hendak pergi lagi, niatnya seketika terhenti saat tangannya di tahan oleh Istrinya. "Eh?"
"Tak.... Jangan pergi...." ucap (Name) dengan nada sangat rendah. Tatapannya terlihat seperti memohon.
'Ah' Boboiboy menghapus niatnya, duduk tepat di sebelah (Name), memeluk sang Istri dari samping dan membuatnya tenang dengan mengelus lembut kepala belakangnya. "Tenang~ Boy takkan pergi"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacaran Halal Di Dimensi Lain // Boboiboy x Reader //
Romance[ 3 ] Boboiboy dan (Name) harus pergi ke Dimensi Lain untuk menyelesaikan misi tanpa bisa menolak? Misi antar Dimensi? Dimensi para Boel berada? Ini Musibah atau Berkah? "Permainan Dimulai" -Daichi Boboiboy hanya milik Monsta