PHDDL - (24)

1.6K 176 119
                                    

Setelah berbagai kejadian yang menegangkan berlalu, Boboiboy dengan hati-hati membersihkan, mengobati serta memperban lengan kiri (Name) yang terluka sambil memulihkan tenaganya perlahan.

Boboiboy memandang wajah (Name) dengan senyum manis lalu bergumam. "(Name)"

Kemudian ia membereskan kotak perawatan, menaruhnya kembali di tempat yang seharusnya sebelum pergi untuk mandi.

Jam 10 pagi tiba. (Name) belum kunjung bangun. Boboiboy setia menunggu Istrinya dengan sabar. Perasaannya bahagia sekaligus lega saat merasakan suhu tubuh (Name) terus dalam suhu seperti hari-hari biasanya.

"Ergh...." beberapa menit kemudian, terdengar suara lengguhan pelan dari sang pemilik kamar yang kesadarannya perlahan pulih.

"(Name)!" seru Boboiboy sangat senang lalu membantu Istrinya untuk bangkit.

"Kat mane ni.... Ape dah jadi...." gumam (Name) sambil sedikit menunduk dan memegang kepalanya.

"(Name), masih sakit lagi ke?" tanya Boboiboy lemah lembut.

(Name) yang baru membuka matanya sedikit dan kepalanya masih nyeri, menoleh ke arah Boboiboy. "Hmm.... Kau.... Siape....?"

DEG!

JLEB!

Seakan-akan ada belati yang menusuk jantungnya. Perasaan Boboiboy langsung tidak menentu. Ia membeku sesaat setelah mendengar pertanyaan itu. "A-Aku Boboiboy"

"Hmm.... Baiklah. Boboiboy, ini kat mane? Aku ingat lepas jalankan misi 3 bulan aku.... Apesal aku tak ingat ni...." (Name) tampak terus mengingat-ingat sambil melihat ke sekelilingnya.

'(N-Name)....' Boboiboy hampir meneteskan air mata kesedihannya. Ini adalah pertama kalinya dirinya di panggil "Boboiboy" oleh (Name). Dari kecil dan awal berteman, Boboiboy selalu di panggil "Boy" oleh (Name).

(Name) yang ia kenal seakan telah hilang.

"I-Ini kat Dimensi Lain...." Boboiboy kebingungan harus menjelaskan dari mana. Ingatan (Name) tentang dirinya seperti telah terhapus bersih.

"Hah? Dimensi Lain?" ulang (Name) yang bingung. Ia terlihat tidak memiliki ekspresi apapun di wajahnya. ".... Haah.... Boboiboy, boleh tak kau keluar dari bilik ni dulu. Aku nak mandi"

"B-Baik" Boboiboy tersenyum walau hatinya merasakan sakit yang hebat. Ia pun keluar dan menutup pintu kamar Istrinya.

Byuur

Suara gemericik air terdengar dari dalam kamar mandi. Boboiboy terduduk bersandar di dinding di dekat pintu kamar (Name). Ia kemudian mengingat alasan kenapa Ayah Keduanya menikahkan dirinya dengan (Name) lebih cepat dari rencana.

".... Ayah tak nak hubungan Oboi ngan (Name) jadi jauh sangat...."

'Ukhh.... (Name).... Ini salah aku....' Boboiboy benar-benar merasakan hubungannya dengan Istrinya menjadi sangat jauh saat (Name) tidak ingat apapun tentang dirinya.

Beberapa saat menunggu, pemilik kamar akhirnya membuka pintu dan keluar. "Hm? Kenape kau duduk kat sini?" tanya (Name) tanpa ekspresi apapun di wajahnya.

Boboiboy lekas berdiri dan menampilkan senyumnya. "A-Ah, aku tunggu (Name) untuk makan sama-sama. Jom! Aku yang akan masak"

"Tak payah. Aku akan masak sendiri" (Name) berjalan menuruni tangga dan meninggalkan Boboiboy.

'(Name)....' Boboiboy menatap sedih ke arah punggung (Name) yang terus menjauh darinya. Ia merasa kalau dirinya diwaspadai dan tidak dipercaya oleh Istrinya itu.

Pacaran Halal Di Dimensi Lain // Boboiboy x Reader //Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang