Kediaman Jenlisa
Weekend ini keluarga kecil Jenlisa memilih untuk menghabiskan waktu dirumah saja. Terhitung sudah satu bulan semenjak Lisa kembali sadar, semua baik-baik saja untuk keluarga mereka. Jennie yang begitu sabar merawat Lisa hingga kini Lisa sudah bisa berjalan walaupun masih menggunakan forearm crutches atau kruk untuk membantu jalannya.Terkadang jika Lisa banyak bergerak, sering mengeluh nyeri di bagian dada. Itu normal dan Jennie selalu membuat Lisa nyaman. Jennie tetap pergi untuk bekerja, namun tidak secara full time, hanya datang ke Rumah Sakit jika ada hal mendesak saja. Irene sudah diangkat menjadi Dokter Spesialis Anak, bukan lagi Dokter Asisten Jennie. Membuat Jennie lebih tenang memberikan hak penuh pada Irene.
Lisa PoV
Kalian harus tahu jika setiap detiknya, aku selalu mengucap syukur pada Tuhan. Aku yang masih diselamatkan, diberi kesempatan untuk tetap bertahan hidup setelah kecelakaan mengerikan. Tuhan maha baik padaku, sehingga sekarang aku masih bisa bersama keluarga kecil yang sangat aku cintai ini. Jennie istriku yang tidak pernah lelah merawatku.Huh, sudah sebulan semenjak aku sadar. Banyak progres yang aku berikan untuk kesembuhanku. Aku tahu jika aku mengidap PTSD, dan Jennie dengan sabar membantu pengobatan itu selain dengan Psikiater. Trauma masih ada hingga sekarang, namun tidak separah dulu.
Aku sudah bisa mengatur emosi ku saat membahas mengenai kecelakaan dan pesawat. Untuk karier? Jennie sudah mewanti-wanti agar aku tidak bekerja kembali sebagai Pilot. Aku memang trauma tapi keahlianku, pendidikanku berhubungan dengan Pilot. Aku belum memiliki rencana untuk bekerja apa, tentu saja sebagai kepala rumah tangga hal ini sering menghantui pikiranku. Walaupun tabungan kami masih cukup, tapi jika dipakai terus itu akan habis.
"Ddy, Na ingin peluk" kata Hana
Lamunanku hilang ketika si sulung menghampiri. Setelah pulang kerumah, Hana dan Lian menjadi lebih manja padaku. Kasihan istriku yang tidak memiliki kubu hihihi. "Nunna ingin peluk? kemarilah sayang. dimana Lian hum?"
Aku terduduk di kursi taman, udara segar pagi ini selalu aku nikmati. Jennie bilang berjemur di pagi hari baik untuk tubuh. Karena aku pengangguran, maka berjemur menjadi kebiasaanku akhir-akhir ini.
"Ian bersama Mmy mandi"
"oh begitu, Nunna sudah mandi? wangi sekali anak cantik Daddy ini"
Hana terkikik karena aku menciuminya, "Na mandi belcama Ahzumba, Na kelamas and cikat gigi" celotehnya.
"eummm bagus, agar Hana bersih, wangi, dan jauh dari kuman"
Hana mengangguk, memelukku dengan penuh kelembutan. Jennie beberapa kali marah pada Hana dan Lian yang menurutnya kasar padaku. Menurutku itu berlebihan, tapi istriku hanya ingin yang terbaik untukku, huh aku semakin mencintainya. Wanita mungil yang sedang hamil, semakin menggemaskan.
Aku dan Hana berpelukan hingga suara si pria kecil mengusik romantisme kami. "huwaaaaaaaaa hiks waaaaaaa"
Tangisan Lian memenuhi seisi rumah, dia berlari menghampiriku. "wae wae? pakai baju dulu sayang kenapa kau bertelanjang kesini hum?"
Jennie berjalan menghampiri kami, Lian sudah berada di gendonganku. Hana di kanan dan Lian di kiri. "huh huh kenapa sulit sekali hanya untuk memakai baju saja Liannnnn" nafasnya terengah, istriku kelelahan sepertinya.
"ternyata anak Daddy ini tidak mau pakai baju hum? pakai nak..biar Daddy yang pakaikan oke? jangan seperti ini kasihan Mommy. ingat Mommy sedang membawa adik bayi di perutnya, kalian harus menjaga Mommy dan adik bayi okee? bantu Daddy" ujarku, sambil memakaikan pakaian pada Lian.
Sudah aku bilang jika anak-anak sedang dekat sekali denganku. Mereka lebih menurut padaku dibanding Jennie hihi. "oleh Daddy saja mudah sekali, tadi sulit sekali" dengus Jennie.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Wedding Story
RomanceIn marriage, it's not about finding someone you can live with. It's about finding someone you can't live without. Lika-Liku perjalanan pernikahan Lalisa Manoban seorang Kapten Pilot Korean Air dan Jennie Kim seorang Dokter Anak di Asan Medical Cente...