"Mom, tidak mungkin kan aku mengandalkan kau terus yang bekerja. lihat perutmu sudah membesar, seharusnya kau sudah diam dirumah dan menunggu waktu persalinan" ujar Lisa
"tapi aku masih mampu, dan tabungan kita juga masih ada..kenapa kau repot-repot untuk bekerja? dengar Lisa, aku tidak mau kehilanganmu..sudah cukup kejadian waktu itu menjadi hal terburuk dalam hidupku" omel Jennie
Keduanya sedang berada di kamar, waktu menunjukan pukul 10 malam. Anak-anak sudah tidur di kamarnya. "sudah aku katakan, ini hanya staff Mom..aku tidak perlu terbang, aku tidak perlu meninggalkanmu lama seperti saat aku bertugas. aku hanya pergi pagi pulang sore, hanya itu" balas Lisa
"bisakah ikuti mauku saja? atau kau bisa melamar di Rumah Sakit..Appa pasti membantumu, kenapa ingin sekali kembali bekerja disana? apa karena ada Karina? benar begitu? atau kau ingin berhutang budi lagi pada Han Sohee karena menyelamatkanmu dulu" sewot Jennie
Benar, waktu terus berlalu hingga kini kandungan Jennie sudah menginjak usia 32 weeks. Lisa sudah sangat sehat, namun selama 7 bulan ini Jennie terus melarangnya untuk bekerja. Seperti sekarang, perdebatan seperti ini bukan kali pertama.
"disini aku yang bertindak menjadi kepala rumah tangga..tapi kenapa kau melarangku untuk bertanggung jawab dengan keluargaku sendiri? Jennie tabungan akan habis jika terus digunakan, kebutuhan kita semakin lama juga meningkat. anak-anak semakin besar, ditambah adik bayi yang akan lahir..apa aku harus diam saja?"
Jennie membalik menghadap Lisa, kini mereka berhadapan karena tadi Jennie membereskan pakaian yang sudah Ahjumma setrika. "jika memang seharusnya kau diam saja, bagaimana?"
"tidak bisa seperti itu, aku akan bekerja dan itu keputusannya. tidak selamanya kita bergantung pada uang tabungan dan gajimu..ditambah uang Appa, Jennie aku malu, aku seperti suami yang tidak berguna disini..kau tidak akan mengerti menjadi aku, yang dihina, dibicarakan orang orang karena aku hanya menumpang hidup padamu dan keluargamu. dan berhenti berburuk sangka, sama sekali aku tidak ada berniat selingkuh"
"Lisa! kenapa keras kepala sekali hah?! aku begini karena aku mencintaimu, aku tidak mau kehilanganmu..kenapa tidak menurut saja padaku? Lisa aku masih sanggup bekerja. lagipula Appa juga mertuamu, orangtuamu juga. wajar mereka membantu"
Lisa menghela nafasnya, Jennie selalu memiliki jawaban setiap hal yang Lisa utarakan. Lisa mengerti ketakutan Jennie, tapi seharusnya Jennie paham. Jika Lisa seorang kepala rumah tangga yang lebih wajib memenuhi kebutuhan dibanding dirinya.
"terserah padamu, setiap aku membicarakan hal ini. kita selalu berakhir dengan perdebatan..aku lelah Jennie, tidurlah..aku perlu ke bawah"
Tidak ada kalimat manis yang selalu di ucapkan sebelum tidur. Hal ini sudah terjadi saat kandungan Jennie berusia 6 bulan. Sudah dua bulan Jenlisa berdebat dan berakhir Lisa yang menghindar. Lisa type orang yang jika ada masalah, dia akan pergi merenungkan masalah itu.
ceklek
Pintu kamar tertutup, Jennie sendirian di kamar. Dia terduduk di bibir ranjang, menangis tersedu. Panggilan sayang sudah jarang mereka ucapkan.
"Ya Tuhan" gumam Jennie
Lisa tidak ke bawah, namun dia masuk ke kamar anaknya. Duduk di samping Lian, mengelus halus pipi Lian. "nak, maafkan Daddy yang lagi dan lagi kalah berdebat dengan Mommy. huh Daddy tidak tahu harus bagaimana lagi, setiap saat Daddy sudah membujuk namun berakhir dengan tolakan...Lian jangan membenci Daddy karena Daddy tidak berguna untuk kalian"

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Wedding Story
RomanceIn marriage, it's not about finding someone you can live with. It's about finding someone you can't live without. Lika-Liku perjalanan pernikahan Lalisa Manoban seorang Kapten Pilot Korean Air dan Jennie Kim seorang Dokter Anak di Asan Medical Cente...