Menjalani kehidupan berumah tangga bukanlah hal mudah. Beberapa pasangan memilih untuk menjadi kekasih saja karena mereka berpikir bahwa jika sudah menikah akan mengikut sertakan Tuhan didalamnya. Apalagi jika sudah mapan, baik itu wanita ataupun pria yang mereka butuhkan bukan lagi pendamping. Karena semua itu bisa tertutupi dengan uang.
Tapi menurut sebagian besar orang berpikir bahwa kita membutuhkan pendamping yang saling bukan yang paling. Masa ke masa proses hidup butuh seseorang untuk menemani setiap langkah yang akan dipijak.
Begitupun dengan kisah rumah tangga Jennie dan Lisa. Lima tahun bukan waktu yang sebentar, berproses bersama, berhasil bersama, menjadikan kekuatan cinta mereka sulit diruntuhkan. Dengan banyaknya masalah dalam rumah tangga mereka, akankah keduanya masih kuat untuk memilih tetap bersama?
Terlihat keduanya masih dalam mode silent, Jennie yang sudah mencoba untuk berbicara terus menerus namun Lisa yang tetap cuek, membuat Jennie juga berhenti. Sama-sama tidak bicara, sibuk dengan pikiran masing-masing.
Hari ini Lisa memiliki jadwal flight bersama Rose, mereka akan flight domestik hari ini. Tentu Jennie sudah tahu mengenai Rose karena Lisa bercerita mengenai rencananya untuk menguak perselingkuhan Do-Ha.
Pagi di kediaman Jenlisa yang biasanya dipenuhi dengan pujian dan kata cinta pun terasa hening. Jennie bekerja hari ini sebelum besok dia mengambil cuti. Dia sedang menyiapkan bekal untuk Lisa seperti biasa. Walaupun sama-sama diam, bukan berarti tugas seorang istri dia lupakan.
Biasanya Lisa akan berteriak dari kamar untuk mencari barangnya, namun sudah Jennie tunggu hingga tugas membuat bekal selesai, belum ada teriakan Lisa yang memanggilnya.
Jennie sudah mandi, karena ini juga sudah masuk di pukul 8 pagi. Saat Jennie melamun di dapur, dia mendengar langkah Lisa dari tangga. Melihat suaminya yang sudah rapih bahkan sudah siap pergi membuat hati Jennie mencelos. Biasanya dia yang akan merapihkan dasi dan lencana atribut untuk bajunya.
"apa ada yang tertinggal?" tanya Jennie.
"tidak, kau kan yang menyiapkan. aku percaya padamu jika semua sudah lengkap" jawab Lisa dengan tidak melihat ke arah Jennie. Lisa sibuk dengan ponselnya.
Jennie membuang nafasnya, hatinya sesak tapi dia tidak mau menunjukkan itu di depan Lisa. Berjalan sambil membawa kotak bekal untuk dimasukkan ke tas Lisa.
"aku sudah membuat kimbap untuk bekal, ada salmonnya juga kesukaanmu..jangan lupa dihabiskan ne? ingat jangan?"
Seharusnya Lisa mengucapkan kalimat biasanya seperti, "jangan lupa memakan bekal, kirim pesan sebelum take off, berdoa, lalu mengucapkan di dalam hati bahwa aku harus pulang kembali karena istriku menunggu dirumah, dan jangan genit".
Namun Lisa malah menjawab, "iya aku ingat...hati-hati saat berkendara ne? nanti sore langsung pulang saja. bertemu dirumah, aku tidak akan ke Rumah Sakit"
Jennie tersenyum, mengusap wajah Lisa dengan penuh cinta. "iya aku langsung pulang saja nanti. sayang, hati-hati juga...aku menunggumu dirumah. aku mencintaimu hubby, sangat"
Lisa hanya mengangguk, kemudian dia sibuk kembali dengan ponselnya. Berjalan ke arah meja makan untuk sarapan, masih ada waktu sambil menunggu jemputan tiba. Jennie sudah membuat nasi goreng kimchi kesukaan Lisa dan susu cokelat yang sudah tersedia disana.
"kemarilah kita sarapan bersama, jangan biarkan perutmu kosong" perintah Lisa. Jennie pun menurut, dia duduk di depan Lisa.
Memakan sarapan dengan keheningan, hanya suara sendok dan piring yang beradu. Tidak ada candaan yang terjadi, Jennie tahu jika Lisa cemburu. Entahlah apalagi alasan yang tepat untuk mendeskripsikan Lisa saat ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Wedding Story
Storie d'amoreIn marriage, it's not about finding someone you can live with. It's about finding someone you can't live without. Lika-Liku perjalanan pernikahan Lalisa Manoban seorang Kapten Pilot Korean Air dan Jennie Kim seorang Dokter Anak di Asan Medical Cente...