"bagaimana jika kita membuka usaha? atau kau yang menjadi bosnya tapi biarkan aku menjadi asistenmu, ahh menjadi supirmu pun aku tidak masalah Lisa" celoteh Seulgi
Keduanya masih berbincang di taman kediaman Jenlisa. Padahal waktu sudah siang hari tapi tidak ada pergerakan dari kedua kepala rumah tangga yang menganggur ini.
"berisik Kang Seulgi, bisakah kau pikirkan terlebih dahulu hubunganmu dengan Irene? jika ini terjadi padaku dan Jennie..aku tidak bisa tidur, tidak enak makan. aku akan terus berusa..."
"aku juga sudah berusaha Lisa, tapi memang Irene masih membutuhkan waktu sendiri terlebih dahulu. aku tidak ingin memaksa, aku sadar diri..ini memang salahku, aku hanya bisa menunggu" jelas Seulgi setelah memotong ucapan Lisa.
Saat Lisa ingin menjawab Seulgi kembali, ucapannya terhenti kala suara Jennie mengintrusi. "sayang, sebentar lagi makan siang. kau mau makan apa? biar aku buatkan" kata Jennie
Lisa melihat ke arah sisi karena Jennie berdiri disampingnya. "emm honey, hari ini aku tidak memiliki ide untuk memakan apa. so, apapun yang kau buat..aku akan makan" jawab Lisa
Tangan Jennie bergerak merapihkan rambut Lisa. Sebelum pulang kerumah dulu setelah keluar dari Rumah Sakit, tentu Lisa memotong rambutnya agar rapih. "baiklah, aku buatkan terlebih dahulu" ucap Jennie
Lisa mengangguk, "iya hon, oh iya anak-anak dimana? mereka sedang apa?"
"mereka sedang tidur, biarkan saja..nanti setelah makanan selesai, aku akan bangunkan mereka"
Seulgi hanya mampu melihat adegan Jenlisa di hadapannya. "bisakah biasa saja? kalian lupa jika aku masih disini?" keluh Seulgi.
"ah mianhe, aku lupa Oppa" ejek Jennie
Seulgi mendengus, tangannya bergerak seolah akan melemparkan sendal pada Jennie. Aksi itu terpotong saat ponsel Seulgi berdering. Nama Irene tercantum disana.
"nde, aku sedang di rumah Lisa dan Jennie..nde aku bisa, apa kau perlu dijemput?...baiklah" celoteh Seulgi dengan ponselnya.
"Jennie..Lisa, aku izin bekerja setengah hari sekarang..ada hal penting yang harus aku urus oke? ingat jangan potong gajiku karena aku pulang cepat" kata Seulgi.
Lisa hanya menghela nafas, dia tahu jika itu Irene. Sebenarnya Lisa kesal dengan sahabatnya ini, namun bagai nasi sudah menjadi bubur. Kejadian sudah terjadi, tinggal menyikapi semua. "pergilah, ingat Kang Seulgi...apapun keputusannya, kau harus menerima karena ini kesalahanmu. jangan pernah memaksanya, kau paham?" tegas Lisa
"nde aku paham, kalau begitu aku pamit..bye Jen, Lis" pamit Seulgi.
Jennie tidak mengerti dengan yang terjadi, karena sejauh ini juga Irene tidak pernah bercerita apapun padanya. Entah Jennie juga yang kurang peka terhadap sahabatnya itu karena terlalu fokus pada kesembuhan Lisa.
"wae hubby? apa yang terjadi?" tanya Jennie
Tangan Lisa bergerak mengelus perut Jennie yang membuncit, terhitung adik bayi sudah berusia 5 bulan. "bagaimana jika aku menemanimu memasak sambil menceritakan rumah tangga sahabat kita?"
"tentu, kita akan bergosip hum? suamiku hobby bergosip sekarang" canda Jennie. Keduanya terkekeh saling mengecup satu sama lain. Jennie membantu Lisa untuk berdiri dan memakai kruk. Berjalan berdampingan menuju dapur, Jennie memasak sedangkan Lisa akan bercerita.
Di tempat lain, masih di cafe yang sama dengan pertemuannya bersama Karina. Irene masih setia duduk di bangku yang sama dengan pesanan yang berbeda. Jika tadi menu breakfast, saat ini di hadapan Irene terdapat menu Lunch. Sudah ada dua porsi tersaji disana.
![](https://img.wattpad.com/cover/359670358-288-k319058.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Wedding Story
Roman d'amourIn marriage, it's not about finding someone you can live with. It's about finding someone you can't live without. Lika-Liku perjalanan pernikahan Lalisa Manoban seorang Kapten Pilot Korean Air dan Jennie Kim seorang Dokter Anak di Asan Medical Cente...