Mata yang tertutup itu membuka dengan gerakan yang lemah. Meski tampak sayu namun tak dapat dipungkiri bahwa sepasang mata itu indah. Milik seorang perempuan.
"Di mana saya?" Tanya perempuan itu dengan suara mendayu. Perempuan itu ingin bangkit namun kepalanya berat sekali, tubuhnya kembali berbaring terkulai. Perempuan itu sadar bahwa saat ini dia berada di dalam kamar yang cukup bagus.
Tak lama kemudian pintu kamar terkuak. Perempuan itu menoleh lemah, dua pria berpakaian serba coklat masuk bersamaan. Keduanya memiliki tinggi yang sama dan potongan tubuh yang sama. Andai wajah mereka tidak berbeda tentu orang-orang akan menyangka mereka kembar."Sudah sadar kau ternyata!" Seorang lelaki menegur perempuan yang baru sadar dari pingsan itu.
Yang ditegur menatap lekat kedua lelaki yang kini tegak berdampingan di sisi ranjang.
"Si-siapa kalian?"Lelaki di sebelah kanan tertawa dengan nada tidak enak, sebuah tawa ejekan.
"Huh, ternyata si peri yang merasa makhluk paling sempurna di dunia bisa lupa juga. Mungkin mendadak tolol karena terlalu sombong!"Lelaki di sebelah kanan agaknya lebih sabar, dia menepuk pundak sahabatnya agar bicara lebih lembut.
"Dengar Peri Kasih, aku Elang Timur, dan dia adalah Elang Selatan. Kami berdua adalah panglima kepercayaan dari Yang Mulia Giri Prawara.""Sekarang kau ingat, kan? Kalau masih pura-pura lupa, gagang pedangku cukup untuk memecahkan otakmu yang membatu." Elang Selatan menggertak.
"Kalian," ucap perempuan yang ternyata Peri Kasih. Gadis sakti bangsa peri itu menggeliat bangkit, dia duduk di atas ranjang sambil pegangi dadanya yang sakit.
"Kau jangan banyak bergerak dulu! Kau masih terluka." Elang Timur bergerak ingin menolong, namun Elang Selatan menahan tubuhnya.
"Tidak usah terlalu baik terhadapnya, Timur! Apa kau lupa kejahatan kaum Peri terhadap Raja kita?" Larang Elang Selatan.
Peri Kasih menggigit bibirnya, kini dia tahu siapa kedua orang itu, dia juga sadar mengapa Elang Selatan bersikap kasar padanya. Peri Kasih melirik pada Elang Timur.
"Sekarang saya ingat, bukankah kau yang menyelamatkan saya saat akan terjatuh dari Megapura menuju bentala?""Syukurlah jika kau ingat." Elang Timur menjawab sambil tersenyum.
Elang Selatan yang melihat sikap lunak Elang Timur menjadi kesal bukan main. Dia ingin mendamprat namun saat itu pula Peri Kasih keluarkan ucapan.
"Terima kasih kalian berdua mau menolongku. Budi baik kalian berdua kelak akan ku balas."
"Aku tak suka basa-basi, lekas katakan di mana jasad Raja kami kalian sembunyikan? Lekas kembalikan! Kalian bangsa peri memang culas. Tak hanya mengutuk Yang Mulia Giri dengan kutukan kejam, bahkan mayatnya saja masih ingin kalian siksa!" Tuduh Elang Selatan.
Memang saat Giri diduga meninggal dunia, dan para pengikutnya ingin melakukan upacara pembakaran mayat, Peri Kasih dan kawan-kawannya datang melarikan Giri.
"Tenanglah Elang Selatan, Raja kalian sebenarnya belum mati, dia masih hidup." Terang Peri Kasih.
Kedua lelaki yang mendengar perkataan itu tentu saja terkejut.
"Hah, benarkah?" Tanya Elang Timur."Tidak mungkin!" Seru Elang Selatan.
Peri Kasih tersenyum, "Mengapa tidak mungkin? Apa kalian tidak senang raja kalian masih hidup? Bahkan beberapa hari yang lalu saya masih bertemu dengannya."
"Kau tidak berdusta, kan?" Elang Selatan masih belum percaya.
"Raja kalian masih hidup, hanya saja sekarang dia tak lagi makhluk setengah siluman setengah peri, tetapi dia telah menjadi bangsa peri seutuhnya." Jelas Peri Kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAWAR DARAH & HALILINTAR BIRU
Fantasy"Hridaya pravahita anugraha" Cinta adalah anugerah yang mengalir dari hati. Lintang Arganata seorang murid cekatan dari padepokan Linggabuana mendapatkan tugas memberikan undangan adu tanding Kanuragan ke Padepokan Kembang Dewa. Di sana Lintang Arg...