Selamat membaca
***
"apakah orang biasa tidak akan pernah menang melawan pemilik kemampuan khusus, takdir sialan yang pilih kasih. Memberikan para orang payah itu kekuatan yang seharusnya tidak pantas mereka dapatkan. Aku yang semenjak kecil berusaha seharusnya lebih pantas memiliki kelebihan itu."
Aaron menghela nafas dalam-dalam saat matahari terbit. Udara pagi yang segar seharusnya memberikan ketenangan, tetapi bagi Aaron, itu hanya mengingatkannya pada kewajiban yang tak terelakkan.
Di kota sanjaya, setelah berakhirnya perang di era jenius. Setiap bayi yang baru terlahir memiliki kemungkinan yang sangat kecil bisa memiliki kemampuan khusus yang diwariskan dari pemilik kemampuan khusus yang telah mati. Namun, kemungkinan itu terbilang sangat kecil sampai mendekati nol persen.
Sejak kecil, Aaron telah hidup dalam bayangan kemampuan yang diharapkan oleh orang tuanya. Mereka yakin, sebagai salah satu orang yang ikut di era jenius anak mereka akan memiliki potensi luar biasa, dan setiap hari, mereka memaksanya untuk berlatih. Latihan fisik, latihan mental, latihan spiritual tidak ada batas. Aaron harus menjadi yang terbaik, harus memiliki kemampuan khusus yang akan mengangkat namanya.
Namun, apa yang terjadi ketika kemampuan itu tak kunjung datang? Aaron merasa seperti seorang pemain dalam pertunjukan yang tak pernah berakhir. Dia berlatih, belajar, dan terus menerus berusaha, mencoba memenuhi harapan orang tuanya. Tetapi panggung itu gelap, dan penontonnya tak pernah puas.
Sebelum Aaron lahir, orang tuanya telah memendam harapan besar. Mereka yakin bahwa anak mereka akan memiliki kemampuan khusus yang akan mengangkat namanya. Setiap malam, ketika bulan purnama muncul di langit, mereka berbicara pada perut ibu Aaron, memberikan janji-janji dan impian-impian.
Mereka membayangkan Aaron bisa melakukan sesuatu yang hebat dengan kemampuan khusus miliknya sendiri. Mereka membayangkan dia akan menjadi pahlawan, seorang yang istimewa. Orang tua Aaron membaca buku dan berita tentang anak-anak dengan kemampuan luar biasa, khususnya di kota sanjaya. dan mereka berharap Aaron akan menjadi salah satunya.
Ketika Aaron lahir, mereka melihat matanya dengan penuh harapan. Apakah dia akan menunjukkan tanda-tanda kemampuan? Apakah dia akan berbicara dengan bunga atau memiliki tubuh sekeras baja? Tetapi Aaron hanya menangis, seperti bayi-bayi lainnya. Tidak ada kilatan cahaya, tidak ada keajaiban.
Namun, orang tua Aaron tidak menyerah. Mereka terus memaksanya untuk berlatih, berdoa, dan mencari tanda-tanda. Setiap kali Aaron gagal, mereka mengatakan, “Mungkin besok.” Setiap kali Aaron merasa tertekan, mereka mengatakan, “Kamu pasti bisa.”
Tetapi Aaron tahu. Dia merasa beban itu, seperti gunung di pundaknya. Dia merasa bahwa dia tidak bisa memenuhi harapan orang tuanya. Dan dendam pun tumbuh dalam hatinya. "kenapa aku tidak bisa memiliki kemampuan khusus? Padahal aku sudah berusaha dengan sangat keras."
Aaron merasa terjebak dalam labirin tanpa akhir. Setiap hari, dia berusaha keras memenuhi harapan orang tuanya, berlatih hingga kelelahan, dan menahan tekanan yang semakin membebani bahunya. Namun, hasilnya selalu sama: dia bukanlah pemilik kemampuan khusus yang diharapkan.
Suatu hari, ketika Aaron merasa benar-benar hancur, dia tak sengaja membantah orang tuanya. Kata-kata yang terlontar dari mulutnya adalah bentuk keputusasaan yang tak bisa lagi dia kendalikan. Ayahnya, yang juga terbebani oleh ekspektasi yang sama, marah dan memukulnya.
Aaron merasa seperti dunia runtuh. Dia bertanya pada dirinya sendiri, “Apakah ini semua ada artinya? Apakah aku hanya seonggok kegagalan?”
Setiap hari, beban dan tekanan yang diberikan oleh orang tuanya semakin membebani Aaron. Saat tekanan mental pada Aaron telah melebihi batasnya, Dalam keputusasaannya, Aaron meraih pisau yang ada di dekatnya. Matanya berkunang-kunang, dan pikirannya terasa hancur. Dia sudah tidak sanggup lagi, Dia ingin mengakhiri semua penderitaan ini dengan menusukkan pisau itu pada dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Sandara : my brother is a criminal (S2 Dimulai)
Боевик[BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Tubuh dikendalikan oleh pikiran. Tetapi, pikiran mengikuti hati." Dulunya Keluarga Sandara alexander adalah keluarga yang sangat harmonis dan bahagia. Walaupun, keluarga itu memiliki sebuah rahasia yaitu ayah dan...