MBIAC|CHAPTER 4 | Sahrul dan Face mask

129 42 2
                                    

🙏HAPPY READING🙏

***

Di kantor kepolisian pusat yang megah, dengan dinding-dinding berlapis marmer dan lampu gantung yang berkilauan, Citra berdiri dengan kepala tertunduk di hadapan kepala kepolisian. Ruangan itu terasa sunyi, hanya terdengar suara detak jam dinding yang menggema. Citra mengenakan seragam polisi yang rapi, namun wajahnya menunjukkan kelelahan dan kekecewaan.

“Maaf, Pak, saya gagal menangkap perampok bank itu. Dia… dia terlalu licik, rencananya sangat tak terduga,” ucapnya dengan suara bergetar, matanya menatap lantai.

Kepala kepolisian, seorang pria paruh baya dengan rambut yang mulai memutih dan wajah yang penuh wibawa, mengernyitkan dahi. “Citra, bukankah kamu baru tiba di sini semalam?” tanyanya dengan nada penasaran, namun tetap tegas.

“Benar, Pak,” jawab Citra, suaranya kini lebih mantap, mencoba menahan rasa malu dan kecewa yang menggelayuti hatinya.

Kepala kepolisian itu berjalan perlahan di depan Citra, tatapannya tajam menembus mata Citra. “Kamu di panggil ke sini untuk satu tugas yaitu menangkap kelompok Face Mask. Mereka adalah kelompok penjahat kelas kakap yang dipimpin oleh seorang yang sangat terkenal di kota sanjaya dengan julukan gamers boy. Kelompok ini beraksi begitu rapi hingga polisi kita pun kesulitan menangkap mereka,” jelas kepala kepolisian dengan nada serius.

Citra mengangkat kepala, matanya penuh dengan harapan untuk menemukan jawaban. “Tidak adakah sidik jari, sketsa wajah, atau rekaman CCTV yang bisa kita gunakan sebagai bukti untuk menangkap mereka?” tanyanya dengan nada penasaran.

Kepala kepolisian menggelengkan kepala dengan tegas, wajahnya menunjukkan keprihatinan yang mendalam. “Seperti yang kukatakan tadi, mereka bekerja dengan sangat bersih. Tidak pernah ditemukan sidik jari di lokasi kejadian, tidak ada yang pernah melihat wajah dari anggota kelompok penjahat itu, dan semua CCTV akan rusak saat mereka beraksi,” jelasnya dengan nada serius, menekankan betapa sulitnya situasi yang mereka hadapi.

Citra mengerutkan kening, rasa penasaran dan frustrasi bercampur dalam pikirannya. “Jadi, tidak ada bukti lain tentang kelompok ini?” tanyanya lagi, berharap ada celah yang bisa mereka manfaatkan.

Kepala kepolisian menghela napas panjang, matanya menatap Citra dengan penuh keprihatinan. “Untuk sekarang, kita tidak memiliki bukti apapun untuk mencari dan menangkap mereka. Setiap penyelidik yang saya kirim untuk mengumpulkan informasi tentang ‘Face Mask’ berakhir tewas. Tidak ada yang berani mendekati mereka lagi,” ucapnya dengan nada berat, menandakan betapa berbahayanya kelompok tersebut. “Jadi, tugas kamu adalah menangkap mereka saat beraksi, bukan sebelum atau sesudahnya,” lanjut kepala kepolisian dengan suara yang lebih mantap.

Citra berdiri tegak, meski kepalanya sedikit tertunduk, menunjukkan rasa hormat dan ketegangan yang ia rasakan. “Pak, apakah ada informasi tambahan tentang kelompok itu?” tanyanya dengan suara yang berusaha terdengar tenang, meskipun hatinya berdebar kencang.

Kepala kepolisian mengangguk perlahan, lalu membuka laci mejanya dan mengeluarkan sebuah kunci yang tampak unik, dengan ukiran rumit yang membuatnya terlihat seperti artefak kuno. “Ini adalah kunci khusus. Ketua kelompok ‘Face Mask’ selalu memakai topeng yang hanya bisa dibuka dengan kunci ini,” jelasnya sambil menyerahkan kunci tersebut kepada Citra.

Citra menerima kunci itu dengan hati-hati, rasa penasaran terpancar dari matanya. Ia memutar kunci tersebut di tangannya, merasakan berat dan teksturnya yang dingin. “Terima kasih, Pak,” ucapnya dengan suara yang lebih mantap, matanya masih terpaku pada kunci yang kini berada di tangannya.

“Citra, ada satu lagi fakta yang membuatmu terpilih untuk misi ini,” lanjut kepala kepolisian, matanya menatap Citra dengan intensitas yang mendalam. “Ketua kelompok, ‘Gamers Boy’, tidak pernah membunuh wanita dalam aksinya. Namun, tetaplah waspada. Anggota kelompok lainnya tidak memiliki batasan seperti itu. Banyak dari anggota saya yang telah menjadi korban dari kekejaman kelompok itu. Kamu harus sangat berhati-hati, Citra. Mereka bukan kelompok yang bisa dianggap enteng. Saya berharap kamu bisa sukses dalam melakukan misi ini.”

Keluarga Sandara : my brother is a criminal (S2 Dimulai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang