😁HAPPY READING😁
***
Akira melangkah turun dari mobil dan berjalan melewati pagar menuju rumahnya. Ketika memasuki rumah, dia mendapati kakaknya, Sahrul, tengah asyik bermain Nintendo Switch di ruang tamu. Akira memilih untuk tidak mengganggu dan berniat langsung menuju kamarnya.
“Kau udah pulang?” Sahrul bertanya, menyadari kehadiran Akira.
“Iya, Kak. Aku capek, ingin istirahat di kamar,” jawab Akira, suaranya menandakan kelelahan.
Sahrul berdiri dan mendekat, tangannya segera merapikan jilbab Akira. “Kalau memakai jilbab, pastikan rambutmu tidak terlihat,” ucapnya lembut. Tiba-tiba, Sahrul merasakan sesuatu yang kasar di tangannya. “Ini tepung?” tanyanya, melihat serbuk putih di jilbab Akira.
Akira terkejut. “Eh, anu.. tadi ada teman yang ulang tahun. Kami main lempar-lemparan tepung, jadi aku kena juga deh,” cerita Akira, mencoba menjelaskan.
Sahrul menatap dalam ke mata Akira. “Benarkah itu?” dia menanyakan kebenaran.
“Itu benar, Kak. Kamu tidak percaya padaku?” Akira membalas dengan tatapan polos.
Sahrul tersenyum, menarik hidung Akira dengan penuh kasih. “Hmm, kau pikir bisa berbohong pada orang yang mengenalmu dengan baik? Hah.. Ada ada saja kelakuanmu. Ya sudahlah. jika kau berbohong, berarti kau merasa tidak memerlukan bantuanku,” kata Sahrul sambil menarik tangan Akira. “Ayo duduk di sini. Ada hal penting yang ingin aku bicarakan denganmu, Akira.” membuat Akira terduduk di sofa.
“Kak, mau bicara tentang apa sih, kok serius banget?” tanya Akira dengan rasa penasaran.
Sahrul menghela nafas sebelum menjawab, “Gak ada apa apa. Aku cuma mau bilang, kalau besok aku ada kerjaan di luar kota.”
“Lalu, apa hubungannya dengan aku?”
“Gak ada. cuma mau bilang bahwa aku ada kerjaan, gak kayak kau, beban. Pulang dari sekolah main handphone, seharian di kamar." ejek Sahrul dengan nada menyindir.
Wajah Akira berubah, kesal dengan candaan kakaknya. “Kakak!” serunya sambil memberikan pukulan lembut pada lengan Sahrul.
“Aduh, aku becanda kok, ampun!” Sahrul tertawa sambil melindungi diri dengan lengannya. Dalam hati, Sahrul berpikir, “Pukulanmu terasa lebih lemah, Akira. Apakah karena kamu sudah jarang berlatih bela diri?”
Akira menghentikan pukulannya dan menuntut, “cepat katakan apa yang kakak mau?"
Sahrul tersenyum nakal. “Aku hanya ingin melihat pipi chubbymu yang menggemaskan ini,” ucapnya sambil menekan pipi Akira yang membulat. Akira semakin kesal dan kembali memukuli Sahrul dengan pelan.
“Hei, sebaiknya kamu berhenti memukulku! Kalau aku mulai merasa sakit, bisa jadi aku akan membalasmu, lho…” peringatan Sahrul dengan nada bermain-main.
“Huh, Kakak benar-benar menyebalkan dan merepotkan. Lebih baik aku pergi ke kamar saja daripada harus berdebat dengan Kakak di sini,” gumam Akira, berniat meninggalkan ruangan.
“Tunggu dulu, Akira. Kali ini aku serius,” kata Sahrul, menahan tangan Akira dan menariknya kembali untuk duduk di sofa.
“Kak, cepat katakan, mau bicara tentang apa?” desak Akira, tidak sabar.
Sahrul menatap adiknya, lalu tiba-tiba tertawa terpingkal pingkal.
“Apaan sih kak? Ada apa dengan wajahku? Kenapa kakak ketawa?" tanya Akira dengan raut bingung.
Masih dengan tawa yang menggema, Sahrul berkata, “Ah, manis sekali kamu, Adikku, saat kesal.” Dia mencubit pipi Akira dengan gemas.
“Ayo, cepat beritahu aku! Kalau tidak, aku akan meninggalkan Kakak sendirian di sini dan pergi ke kamar,” ancam Akira, setengah-serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Sandara : my brother is a criminal (S2 Dimulai)
Action[BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Tubuh dikendalikan oleh pikiran. Tetapi, pikiran mengikuti hati." Dulunya Keluarga Sandara alexander adalah keluarga yang sangat harmonis dan bahagia. Walaupun, keluarga itu memiliki sebuah rahasia yaitu ayah dan...