MBIAC || CHAPTER 86

16 1 0
                                    

Selamat membaca

***

Cahaya matahari yang lembut menyelinap masuk melalui celah-celah tirai, menerangi ruangan yang dipenuhi dengan aroma kopi dan tumpukan dokumen. Di dalam Perusahaan Sandara, sebuah bisnis yang sedang berkembang pesat di pusat kota.

Sella, membawa laptopnya yang terisi penuh dengan grafik dan angka. Dia memasuki ruangan sang owner. “Sahrul,” panggilnya dengan suara yang lembut. “Ini orangmu yang ngejaga Akira, mau minta lacakkin lokasi dari temannya melalui nomornya. Kalau aku boleh tahu apa yang terjadi?” tanya Sella penasaran.

Namun, yang ditemuinya bukanlah pemandangan yang biasa. Sahrul, terbaring tak bergerak di sofa panjangnya. Seluruh tubuhnya terbungkus selimut tebal, hanya topeng yang selalu dia kenakan yang terlihat. Dari balik topeng itu, terdengar suara ngorok yang menandakan bahwa dia sedang terlelap dalam tidur yang nyenyak.

Di atas tubuh Sahrul, seekor kucing berbulu putih dengan bintik-bintik abu-abu tampak nyaman berbaring, menikmati kehangatan dari tubuh tuannya. Kucing itu pun ikut terlelap, sesekali ekornya bergerak-gerak lembut.

"dasar si paling mageran, nggak mau ribet, dan si paling overthingking itu akhirnya beristirahat dan tidak memaksakan dirinya lagi." Sella tidak bisa menahan senyum gemasnya. Dia tahu betapa jarangnya Sahrul membiarkan dirinya untuk beristirahat seperti ini, apalagi di tengah hari yang sibuk. Dengan hati yang ringan, dia memutuskan untuk tidak mengganggu. Sella menutup pintu ruangan dengan perlahan, meninggalkan Sahrul dan kucingnya dalam kedamaian sore yang hangat, sambil berbisik, “Semoga mimpi indah, bos.” Sella beranjak pergi di dari sana sambil mengirimkan hal yang diminta oleh Hiro kepada Sella, "aku akan menanyakan soal ini kepadanya nanti."

***

Sinar matahari sore yang hangat menyinari jalanan yang sepi, menciptakan bayangan panjang yang mengikuti Ruby saat dia berjalan pulang. Tas belanjaannya bergoyang lembut di sisi tubuhnya, isi dari hari yang produktif di pasar. Dia hampir sampai di asramanya.

Namun, ketenangan sore itu tiba-tiba terganggu oleh suara mesin motor yang mendekat dengan cepat. Ruby, yang tengah fokus pada langkahnya, tidak menyadari bahaya yang mendekat dari belakang. Dalam sekejap, beberapa motor melintas dengan kecepatan tinggi, pengendaranya mengacungkan senjata tajam yang berkilauan di bawah sinar matahari yang mulai redup.

Sebelum Ruby sempat bereaksi, Hiro muncul bagaikan bayangan. Dengan gerakan cepat dan pasti, dia menekan bahu Ruby, memaksanya untuk menunduk. Senjata tajam itu melintas tepat di atas kepala mereka, hampir menyentuh rambut Ruby yang terurai.

Hiro tidak membuang waktu. Dengan gerakan yang terlatih, dia menarik tangan Ruby, membuatnya berputar dan berlindung di belakang tubuhnya. Hiro kemudian berbalik, menghadapi serangan berikutnya. Kain khusus yang dia bawa dipegangnya dengan kedua tangan, siap menahan tebasan senjata tajam yang datang dari atas.

Ruby, yang masih dalam keadaan shock, hanya bisa menatap Hiro dengan mata terbelalak. “Ada apa ini? Siapa mereka semua? Dan kau… bukannya murid sekolah Sanjaya?” tanyanya, suaranya gemetar. Ingatannya melayang ke masa lalu, ke pertarungan antara sekolahnya dan sekolah Hiro.

Hiro hanya memberikan bisikan kasar sebagai jawaban. “Larilah sejauh mungkin dari sini. Jika kau ingin tetap hidup.” Dengan dorongan kuat, Hiro menggeser kain itu, membuat pria di depannya terdorong mundur. Tanpa ragu, Hiro melangkah maju, menendang lurus ke perut pria itu dengan kekuatan penuh, mengirimnya terhuyung ke belakang.

Ruby, yang masih terpaku, menyadari bahwa ini bukan hanya pertarungan antar sekolah lagi. Ini adalah masalah hidup dan mati. Dan Hiro, dengan keberaniannya, telah menyelamatkan nyawanya.

Keluarga Sandara : my brother is a criminal (S2 Dimulai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang