MBIAC | CHAPTER 13 |KISAH SAHRUL

68 13 0
                                    

HAPPY READING

***

Malam itu, keheningan markas hanya dipenuhi dengan suara klik dan ketukan tombol dari keyboard yang sibuk dioperasikan oleh Sahrul. Cahaya layar komputer memantulkan bayangan tekad yang terukir di topengnya, sementara dia tenggelam dalam dunia game online, mencari pelarian dari kenyataan yang melelahkan.

Sella, dengan langkah yang mantap dan tatapan yang serius, mendekati Sahrul. "Main game terus. Kerja enggak pernah selesai. Game aja terus diurusin," ucapnya, suaranya terdengar dingin dikarenakan Sahrul selalu mementingkan game dibandingkan kerjaan kantornya yang terkadang membuat Sella yang harus membereskannya.

Sahrul menoleh, matanya yang jahil bertemu dengan pandangan Sella yang dingin. "Memangnya salah kalau aku bermain game? Aku ini capek lho, udah kerja seharian. Masa istirahat bentar aja nggak boleh," balasnya, suaranya membela haknya untuk sedikit rehat.

Sella menghela napas, capek dia dengan kelakukan bos sekaligus temannya itu. "Hm... aku tadi mendapat kabar. Bahwa beberapa polisi mengalami luka bakar. Akibat ledakan bom yang duga itu perbuatan kelompok 'FACE MASK'," katanya, menyampaikan informasi yang mungkin ingin didengarkan oleh Sahrul.

Sahrul hanya mengangkat bahu, seolah tak terganggu. "Jadi?" tanyanya, nada suaranya datar.

"Jadi bisa dikatakan bahwa rencana yang telah kau buat itu berhasil," lanjut Sella.

Sahrul tersenyum tipis, sebuah senyum yang menyimpan rahasia dan kepuasan. "Memangnya sejak kapan rencana yang aku buat pernah gagal? Baik dalam game atau pun dunia nyata, Aku tidak akan membiarkan musuhku menang. ingat itu," ujarnya dengan percaya diri yang tak tergoyahkan.

Sella menatap Sahrul dengan pandangan yang rumit, campuran antara kekaguman dan kekhawatiran. "Tujuanmu semakin lama semakin rumit ya... Dulu keinginanmu adalah membunuh semua penjahat kelas dunia karena kau yakin bahwa mereka yang membuat kedua orang tuamu tiada. Namun, sekarang kau malah ingin membantai semua polisi di kota Sanjaya setelah kau menemukan bukti bahwa mereka juga ikut dalam kecelakaan yang menewaskan kedua orang tuamu," tuturnya, suaranya dingin dengan beban emosi.

Sahrul menghentikan permainannya, matanya yang tajam menatap ke kejauhan, seolah melihat masa lalu yang menyakitkan. "Aku pasti akan membunuh semua penjahat kelas dunia, sama seperti yang ayahku lakukan. Namun, sebelum itu, aku akan membuat semua polisi yang terlibat dalam kejadian yang menewaskan kedua orang tuaku membayar kebodohan yang telah mereka lakukan," ucapnya dengan nada yang dingin dan tegas.

Sella mendekat, suaranya lembut, bertanya kepada Sahrul. "Apakah dendammu pada mereka tidak berkurang sedikit pun? Sampai kapan kau akan melakukan ini?" tanyanya, mencari celah dalam armor dendam Sahrul.

Sahrul kembali fokus pada layar, tangannya bergerak lincah mengendalikan karakter di dalam game. "Sampai semuanya selesai. Selama detak jantung masih berbunyi, aku akan menyiksa dan membunuh siapapun orang yang mengganggu dan menyakiti keluargaku. Akan aku buat mereka merasakan rasa sakit sampai mereka berharap bahwa kematian datang lebih cepat," jawabnya dengan santai, seolah-olah pembicaraan tentang balas dendam dan kekerasan hanyalah bagian dari rutinitas malamnya.

Sella berdiri di samping Sahrul, tatapannya terfokus pada layar komputer yang menampilkan permainan yang sedang dimainkan oleh teman yang sudah dianggap sebagai saudaranya itu. Cahaya biru dari monitor memantulkan bayangan topengnya.

"Kau selalu memiliki tujuan yang berbeda-beda," ucapnya dengan suara lembut, seolah merenungkan kata-kata yang akan diucapkannya. "Namun, di tengah jalan saat hendak mencapai tujuan itu, selalu saja tujuanmu berubah agar kau tetap berada di jalan tengah. Tidak peduli seberapa jauh, kau melangkah, dan setiap pilihan yang kau ambil akan menuntunmu kepada takdirmu sebagai orang yang berjalan di antara dua jalan."

Keluarga Sandara : my brother is a criminal (S2 Dimulai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang