Selamat membaca
***
“Akh… Bagaimana nasib gadis itu ya? Apakah aku sudah mati? Aku jadi rindu bibi dan teratai sekarang,” batin Hiro, dengan mata terpejam, memikirkan tentang nasibnya saat ini.
Hiro duduk di sebuah kursi dengan mata terpejam, dikelilingi oleh kegelapan yang pekat. Hanya suara napasnya yang terdengar di tempat itu. Di depannya, samar-samar terlihat seorang pria yang memakai jas dan celana putih, duduk di sebuah kursi sambil tersenyum jahil. “Selamat datang, hehe…” suara pria itu terdengar ringan namun penuh misteri.
“Siapa kau?” tanya Hiro dengan suara serak, matanya masih tertutup rapat. Dia merasa sangat kelelahan, seolah-olah seluruh energinya telah terkuras habis.
“Aku adalah Kematian. Apakah ada kata-kata terakhir sebelum kau pergi?” tanya pria itu dengan nada yang tenang.
“Kenapa kau lama sekali? Aku sudah lelah menunggumu, bod*h,” Hiro perlahan membuka matanya, menatap pria di depannya dengan senyum mengejek. Matanya yang lelah kini memancarkan keberanian.
“Heh… Kau sama sekali tidak terlihat ketakutan akan kematian ya? Lama tak berjumpa, Hiro. Kau sudah sangat jauh berubah sekarang,” ucap pria itu dengan senyum tipis yang penuh arti.
“Kau mematai-mataiku dari atas sana ya? Sejujurnya, aku juga merasakannya. Perlahan aku mulai berubah. Hiro yang bisa melakukan semuanya sendirian dan tidak butuh orang lain harus aku bunuh agar Hiro yang sekarang bisa lebih mempercayai orang yang disebut teman. Karena aku sadar, aku tidak akan bisa melakukan semuanya sendirian. Aku masih memiliki batasan,” ucap Hiro dengan suara yang lebih tegas.
Pria itu berdiri dari kursinya, tubuhnya bergerak dengan anggun dan tenang. Dia perlahan mengusap kepala Hiro, sentuhannya lembut namun penuh penyesalan. “Maaf ya, entah berapa kali aku katakan. Aku mungkin tidak akan bisa menebusnya. Aku minta maaf karena telah melanggar janjiku dan memberikan beban kepadamu dari janji kita,” ucapnya dengan suara yang terdengar tulus dan penuh penyesalan.
“Kau benar-benar sial*n. Kau melanggar janjimu dan memberikan beban ini kepadaku. Huh… Tapi, tidak apa. Aku sudah biasa dengan janji yang tidak ditepati. Dan juga sepertinya takdir juga ikut andil, aku diberikan waktu satu tahun tambahan untuk aku menjalankan janjiku lagi,” balas Hiro dengan nada yang penuh kegetiran, namun ada secercah penerimaan dalam suaranya.
Pria itu menatap Hiro dengan mata yang penuh simpati. “Hiro, kau masih tetap saja berpikir tidak perlu orang lain dan tidak peduli kan sebenarnya? Aduh… Jadi kasihan deh ngelihatnya. Walaupun kau tidak merasakan apa-apa, kau tetap tersenyum dan tertawa agar semua orang tidak khawatir padamu,” katanya sambil menarik-narik pipi Hiro dengan lembut, mencoba menghiburnya.
“Kurang ajar. Kau kalau mau mati dua kali bilang ya,” Hiro menatap tajam pria itu, matanya menyala dengan kemarahan yang tertahan.
“Aduh serem deh… Si pemarah Hiro, ini ternyata masih tetap sama ya. Sayangnya kau nggak bisa membunuhku karena aku udah mati, hehe…” pria itu tersenyum sambil mencondongkan tubuhnya ke arah Hiro, senyum gemas terpancar dari wajahnya.
Hiro mengingat sesuatu yang mendalam, lalu menundukkan kepalanya. “Huh… Semuanya tetap sama. Dan akan selalu begitu. Perjuangan dan pengorbananmu telah berhasil membuat semua tetap sama dan baik-baik saja. Perbedaannya sekarang, hanyalah ada di dirimu,” ucapnya dengan nada yang penuh kegetiran dan refleksi.
Pria itu mendekat, memeluk kepala Hiro dengan lembut, dan mengusap rambutnya dengan penuh kasih sayang. “Tidak apa-apa. Aduh… Aku membuat junior ini sedih ya, maaf deh. Dan terima kasih, kau tetap membuatku hidup di hatimu. Maaf ya… Aku sudah berubah terlalu banyak sehingga tidak bisa kembali lagi. Sahabatku,” katanya dengan suara yang penuh penyesalan dan kehangatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Sandara : my brother is a criminal (S2 Dimulai)
Aksi[BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Tubuh dikendalikan oleh pikiran. Tetapi, pikiran mengikuti hati." Dulunya Keluarga Sandara alexander adalah keluarga yang sangat harmonis dan bahagia. Walaupun, keluarga itu memiliki sebuah rahasia yaitu ayah dan...