Jeritan Wona menggema ke seluruh hutan. Wona terus berteriak dan memberontak, sementara itu para pelayan diam-diam terkikik di balik semak-semak. Sudut bibir mereka terangkat ke atas, dengan mata yang terus memperhatikan gerak-gerik Gyura dalam memangsa. Mereka menjadikan hukuman untuk Wona sebagai bahan hiburan, dan bahan untuk dijadikan gosip.
"Lihat wanita penggoda itu! Sekarang dia akan dihabisi oleh monster menakutkan penguasa hutan."
"Salah siapa terlahir begitu cantik dan menggoda--- eh salah! Aku... aku... tidak iri dengan kecantikannya, maksudku wanita penggoda sepertinya memang harus diberi hukuman!"
"Sekarang mari kita lihat bagaimana makhluk menyeramkan itu menghabisi mangsanya!"
"Pasti sangat menyenangkan, melihat wanita penggoda s*alan itu mati ditangan monster menakutkan hutan ini!"
Para wanita tertawa, melihat Gyura mulai melepas kain yang menjadi penghalang dirinya untuk memangsa. Sementara Wona yang tak tahu salahnya apa, merasakan matanya berkaca-kaca. Selain merasa malu, ketakutan menyebar ke seluruh tubuhnya.
"Kenapa semuanya jadi seperti ini? Apa yang sebenarnya terjadi?! Kenapa aku harus mengalami hal ini?!" gerutu Wona di dalam hati.
"Jangan... jangan... aku terjebak dalam novel dengan peran antagonis, seperti dalam novel-novel yang selesai aku baca?!" Wona hampir kehilangan kesadarannya, dengan hal yang terjadi di depan matanya. Namun, ketika Gyura hampir melepas semua kain penghalang di tubuh Wona, tiba-tiba sebuah anak panah menancap di lengan Gyura.
Gyura langsung menghentikan langkahnya, sembari melirik ke belakang. Makhluk itu menggeram, melihat sesosok pria yang duduk di atas kuda berwarna putih. Pria itu menunggangi kuda, sementara tangannya memegangi sebuah busur, dengan anak panah yang tertuju pada Gyura. "Menjijikan! Bunuh makhluk itu!" teriak Charlos.
Di bawah teriknya sinar matahari siang, Wona tak bisa melihat dengan jelas wajah pria yang saat ini mengerahkan pasukannya untuk menyerang Gyura. Suara kuda dan teriakan mereka membuat Gyura semakin menggeram, apalagi gigi taring miliknya semakin menonjol keluar.
Gyura tak sanggup menahan emosinya untuk menghabisi orang yang sudah melukai tubuhnya. Namun, ketika matahari terhalangi awan gelap tiba-tiba makhluk itu berhenti bergerak, dan merasakan jantungnya berdenyut nyeri.
Hanya dalam hitungan detik saja, emosinya tiba-tiba kembali menjadi normal. Dia tak merasakan hawa membunuh di sekitar tubuhnya, bersamaan dengan menumpulnya gigi taring miliknya. "Apa... apa... apa yang telah terjadi padaku?" tanya Gyura bingung.
Gyura menatap telapak tangannya yang berbulu, dengan sebuah anak panah di lengan. Dia berbalik ke belakang, dan melihat Wona menatapnya dengan mata berkaca-kaca, dan seluruh tubuh bergetar takut. Wona berusaha menutupi tubuhnya yang hampir kehilangan kain pelindung. Hingga Gyura menyadari jika dirinya telah hilang kendali, dan hampir menerkam wanita di depannya. "Astaga, apa yang sudah aku lakukan? Maafkan aku... aku..."
Belum sempat Gyura membantu Wona, Charlos sudah lebih dulu turun dari kudanya. Pria dengan sorot mata tajam itu menjulurkan anak panah ke depan Gyura. Dia berlutut di depan Wona, sembari melepas borgol yang ada di tangan dan kaki Wona.
Setelah membungkus tubuh Wona dengan jubah miliknya, pria itu menggendong Wona dan memperingati Gyura, "Makhluk menjijikan! Kau berpura-pura meminta maaf, setelah ketahuan akan memangsa manusia! Sudah kuduga, jika makhluk sepertimu memang tak bisa hidup berdampingan dengan manusia!"
"Harusnya makhluk terkutuk sepertimu dilenyapkan bukan malah dilindungi seperti makhluk langka!" jelas Charlos.
Gyura tak tahu apa yang membuat hawa nafsunya tiba-tiba bangkit. Dia ingin menjelaskan, tetapi sorot kemarahan para pengawal di bawah pimpinan Charlos membuat dirinya merasa terasingkan. Rasa sakit oleh anak panah yang tertuju padanya, tak sesakit rasa diasingkan hanya karena lahir dengan bentuk yang berbeda.
Karena kutukan, Gyura tak bisa menjadi manusia normal. Dia mungkin lebih kuat dari manusia, dan bisa melindungi dirinya sendiri. Namun jauh di dalam hati Gyura, makhluk itu merasa sangat sakit. Akhirnya, dibanding terus berdebat dan melukai orang lain, Gyura memilih kembali memasuki hutan, tanpa membalas perlawanan Charlos.
"Makhluk menjijikan," ucap Charlos.
Setelah kepergian Gyura, Wona masih merasakan ketakutan yang luar biasa. Dia tahu jika Gyura yang asli adalah makhluk baik hati, tetapi setelah apa yang Gyura lakukan padanya hari ini, Wona masih merasa takut pada makhluk itu. Beruntung, ada Charlos yang mendekapnya ke gendongannya, sembari menutupi tubuh polos Wona dengan kain jubah miliknya.
Charlos menunduk, menatap Wona yang bersembunyi dalam dekapannya. Pria itu masih merasakan ketakutan Wona, dari tubuhnya yang bergetar hebat. Setelahnya, pria beralis tebal itu melirik ke arah para wanita yang bersembunyi di balik semak-semak. Charlos berteriak, "Keluar kalian! Aku ingin meminta penjelasan tentang hal yang sudah terjadi!"
"Bagaimana bisa kalian menyerahkan salah satu warga negeriku pada makhluk seperti Gyura?!" tanya Charlos.
"Warga negeriku?" gumam Wona. Wona diam-diam menyentuh baju Charlos. Dia menemukan sebuah pin kerajaan, yang membuat matanya langsung memelotot. "Jadi... pria ini... dia... Pangeran Mahkota. Tokoh utama pria dalam novel ini!" batin Wona sembari meneguk ludahnya sendiri.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
SISI ANTAGONIS #Meanie [Ongoing]⚠
ParanormalGara-gara burung, Wona masuk ke dunia novel fantasi berating 18+ dengan peran antagonis wanita. Untuk kembali ke dunia aslinya, Wona harus menjalankan perannya sampai akhir bab novel. Namun, di setiap bab, sang antagonis selalu mendapatkan penyiksaa...