47. Monster (1)

163 30 4
                                    

"Aku pastikan besok kau tak akan bisa berjalan untuk menemui pria s*alan itu," peringat Gyura.

Tempat yang biasa dipakai Maxiem untuk memadu kasih dengan Wona, kini berubah menjadi tempat penyiksaan bagi Wona. Wona dipaksa melayani Gyura semalam penuh. Gaun miliknya dibuang ke lantai tanpa harga diri. Sementara itu, Gyura semakin gencar menyatukan dirinya dengan Wona, sampai Wona menahan tangisnya dan mencoba melepaskan diri.

Gyura lebih parah dari Maxiem. Meskipun memburu, tetapi Maxiem biasanya mengutamakan perasaan dan rasa bahagia yang Wona dapatkan dari bercinta bersamanya. Karena kenyamanan ini lah, Wona tak keberatan jika Maxiem meminta jatahnya lagi. Namun Gyura lebih kasar, dan memasukinya tanpa sedikit pun perasaan cinta. Oleh karena itu, setelah bercinta Wona hanya merasakan kelelahan dan kepegalan yang luar biasa.

Pelepasan terakhir, dan Gyura berniat mencicipi bibir Wona, tetapi Wona memalingkan wajahnya ke arah lain. Hingga Gyura berkata, "Kau menolak menerima ciuman suamimu? Bukannya kau istriku? Kau bahkan melepas kutukanku, harusnya ini bukan hal besar untukmu."

Wona merasakan satu air mata tanpa sadar jatuh ke pipinya. Wanita itu membalas, "Kau bukan suamiku. Suamiku sudah meninggalkanku lebih dulu."

"Dia memang senang mengajakku bercinta, bukan menyiksaku seperti ini hanya untuk melampiaskan hasratnya pada wanita lain," ucap Wona.

Gyura berusaha menjelaskan, tetapi Wona sudah lebih dulu menarik selimut dan berkata, "Menurutmu aku wanita penggoda, bukan? Sekarang kau sudah mendapatkan apa yang kau mau, jadi... kau bisa pergi. Tinggalkan aku."

Harusnya Gyura merasa senang, karena dia memberi hukuman pada penyebab Angela menangis. Namun, ketika melihat Wona menarik selimut dan membelakanginya, Gyura tiba-tiba teringat pada sosok wanita yang sempat dia terkam ketika berada di pengaruh obat.

"Kutukanku sudah terlepas. Sekarang aku manusia. Tapi, apa bedanya aku sekarang dengan monster buas yang dulu?"

•••

Bangun tidur, hal yang pertama kali ada di pandangan Wona adalah sinar mentari. Cahayanya mengintip lewat gorden jendela kamar, yang membuat Wona bisa melihat dengan jelas. Apalagi ketika Wona menemukan teh berbau harum, beserta dengan obat-obatan. Langsung saja, Wona bangun dan duduk di kamarnya dengan kepala berdenyut-denyut.

Wona ingin bergerak mengambil obat di nakas, tetapi saat dia bergerak Wona bisa merasakan rasa sakit di bagian sensitifnya. Wanita itu mengaduh, sembari mengambil obatnya dengan cepat. "Monster itu benar-benar serius, ketika dia mengatakan akan membuatku tak bisa berjalan seharian."

"Tapi... dia juga memberiku obat?" tanya Wona dengan kening mengernyit. Padahal malam kemarin Gyura memperlakukannya seperti binatang, tetapi di pagi hari pria itu tiba-tiba mengirim obat dan teh hangat ke kamar Wona. Wona mendengkus, sembari menyentuh keningnya sendiri.

"Sekarang apa yang akan aku lakukan? Untuk berjalan normal saja aku kesulitan," gumam Wona.

Wona menarik dan mengeluarkan napas panjang. Lalu dia teringat pada buku novel aneh yang disembunyikan di bawah lacinya. Meskipun pinggangnya sakit, Wona memutuskan untuk bergerak dan mengambil bukunya. Setelah itu, jemari tangannya mulai membuka halaman perhalaman yang ada di bukunya.

"Bagian Maxiem sudah berakhir, dan menghilang tanpa jejak. Lalu bagian Jenevith..." Mata Wona memelotot, menyadari jika sekarang cerita hidupnya kembali berlanjut.

Awalnya Wona senang, karena dia pikir dirinya akan segera menamatkan cerita, setelah mendapatkan penderitaan berupa sikap ketus Gyura. Namun, setelah Wona membaca bagian bukunya lebih jauh, Wona baru sadar, bagian-bagian paling disorot, hingga ceritanya Jenevith bisa dilanjut.

"Tanpa menjadi simpanan Charlos pun, ternyata cerita Jenevith masih bisa berlanjut."

"Karena sebenarnya dia memerankan peran... "

"Wanita manja yang hobi ber.. ci... nta," ucap Wona dengan mata memelotot. Perlahan jari jemari Wona menjatuhkan buku di tangannya. Wanita itu mengernyitkan kening, mengingat-ngingat apa yang sebenarnya terjadi.

"Di cerita aslinya, Jenevith gemar berhubungan dengan Charlos. Lalu setelah aku masuk ke tubuhnya, aku hanya melakukannya sesekali. Itu pun karena berbagai macam gangguan."

"Kemudian Gyura menyentuhku, ceritanya baru dilanjutkan ke bab berikutnya."

"Ini bukan lagi kisah Sisi Pangeran Mahkota! Tapi cerita Jenevith sendiri?!"

"Aku tak perlu memerankan sosok pelakor, karena peranku di sini cukup bercinta semata?!"

"Cerita macam apa ini?! Siapa penulis menyebalkan yang membuat alur cerita seperti ini?!" gerutu Wona sembari membuang bukunya ke samping ranjang.

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SISI ANTAGONIS #Meanie [Ongoing]⚠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang