Wona terlalu malas, membayangkan jika dirinya harus menggoda pria yang bertubuh Maxiem, tapi tak memiliki perasaan yang sama untuknya. Pria itu hanya menggunakannya sebagai pelampiasan semata, tanpa sedikit pun rasa. Oleh karena itu, Wona tak sudi mengajak Gyura bercinta, apalagi ketika merasakan tubuhnya masih pegal dan ngilu setelah digempur satu malam penuh.
"Baik menjadi selingkuhan, ataupun wanita nakal... tak ada pilihan yang baik. Jadi, bagaimana aku bisa keluar?" tanya Wona.
Pertanyaan Wona dibalas oleh cahaya yang muncul dari buku yang dilemparnya. Diam-diam Wona mengintip buku itu, hingga akhirnya satu persatu kata muncul di buku itu, "Akhir cerita ini hanya akan Anda dapatkan jika Anda memerankan peran Anda dengan baik!"
Wona meremas selimut, dan segera menutup bukunya. Dia ingin menaruh buku itu di laci, tetapi tiba-tiba pintu kamarnya terbuka, menunjukan Gyura yang berada di depan kamar, sembari bertanya, "Kau sudah bangun?"
Basa-basi Gyura membuat Wona memalingkan wajahnya ke arah lain. Gyura sudah tahu Wona telah duduk, tetapi Gyura masih bertanya pertanyaan yang sudah dia ketahui jawabannya. Wona tak menjawab, dan Gyura berkata, "Persiapkan dirimu. Kita diundang ke pesta pernikahan adikmu."
Wona mengernyitkan kening. "Adik? Maksudnya... pernikahan Revenna?" Wona melirik ke arah Gyura. Pria itu bersungguh-sungguh mengajaknya pergi memenuhi undangan itu, tanpa meminta persetujuan ataupun memberitahu Wona sebelumnya.
"Kenapa kau tiba-tiba memintaku bersiap pergi? Itu pun tanpa bertanya pendapatku," tanya Wona.
Gyura berkata, "Memangnya kau tak ingin datang ke sana? Aku ingin mengajakmu ke sana, sebagai... sebagai... permintaan maaf karena kemarin malam... aku terlalu kasar padamu."
Wona memalingkan wajahnya lagi. Dia berkata, "Aku tak akan datang. Tubuhku masih sakit, dan aku tak bisa menginjakkan kaki ke lantai sedikit pun."
Gyura tiba-tiba masuk ke kamar Wona, kemudian berjalan ke arah sang istri. Dia menundukkan tubuhnya, dan melingkarkan tangannya di belakang bahu Wona, dan juga lutut Wona. Dia menggendong Wona, sembari berucap, "Aku akan membantumu."
Wona tak mengerti. Padahal kemarin malam Gyura tampak buas dalam menerkamnya. Lalu sekarang? Setelah Wona kesakitan, pria itu baru bersikap lembut seperti Gyura yang asli. Wona langsung bertanya, "Kenapa kau tiba-tiba melembut? Bukannya kau kemarin malam marah padaku?"
Gyura mengeluarkan napas panjang. Lalu menatap ke arah Wona dengan tatapan sendu. "Aku salah paham tentangmu. Aku terus menyalahkanmu dekat dengan pria lain, tapi aku tak berkaca sendiri. Kau benar, seharusnya aku lebih memperhatikanmu."
"Meskipun aku tak ingat kau istriku, tapi debaran dan bantuanmu membuatku sadar perbuatanku salah," ungkap Gyura.
Wona tersenyum kecut, dan berkata, "Sekarang kau baru percaya aku selalu membantumu?"
Gyura menganggukkan kepala, "Kemarin malam, aku kembali menyelidiki semua tentangmu. Termasuk kenyataan bahwa dirimu mengendap-endap masuk ke kamarku dengan pakaian tabib."
"Kupikir Putri Mahkota yang selalu ada di malam hari, saat aku butuh bantuan. Tapi ternyata, istriku yang selalu melakukannya. Aku benar-benar buta, sampai tak melihat ketulusanmu," jelas Gyura.
Wona membalas, "Tapi aku belum menemukan bukti bahwa---"
Ucapan Wona langsung dipotong Gyura, "Pelayan yang telah memberiku kotak hadiah, berhasil ditangkap."
Wona memelototkan mata dan bertanya, "Apa maksud dan tujuannya melakukan itu?"
Gyura membalas, "Dia bilang dia melakukan itu karena diberi koin emas kerajaan untuk membeli rumah dan biaya kehidupan keluarganya."
"Oleh siapa dia diperintahkan?" tanya Wona.
Gyura menjawab, "Dia tak tahu orangnya. Saat sedang bekerja di dapur, pelayan itu mendengar suara bisikan yang memintanya mengantarkan kotak hadiah, dengan satu kotak emas kerajaan di sampingnya."
Gyura melanjut, "Koin emas kerajaan. Sepertinya pelakunya adalah anggota kerajaan."
Wona menarik dan mengeluarkan napas panjang. Setidaknya sekarang Gyura sudah tidak memusuhinya lagi, meskipun kemarin malam pria itu sempat bersikap kasar di atas ranjang. Wona bertanya, "Sekarang kau benar-benar percaya padaku?"
"Tentu. Maafkan aku. Aku akan melakukan apa pun yang kau mau, untuk menebus kesalahanku," ucap Gyura.
Wona mengangguk-anggukkan kepala. Dia kemudian menebak, "Itu berarti pria ini sekarang bisa membantuku lepas dari dunia ini."
Wona bergumam, "Kalau begitu, bisakah kau meluangkan waktumu untuk bercinta denganku lebih sering?"
Gyura langsung menghentikan langkahnya dengan mata memelotot. Ekspresi terkejut Gyura membuat Wona menutup mulutnya sendiri. Wona tak sadar, jika orang yang menggendongnya sekarang bukanlah Maxiem yang senang berkata asal, dan senang memenuhi keinginannya tanpa berpikir dua kali.
Wona ingin menarik ucapannya, tetapi Gyura tiba-tiba tersenyum dan mendekatkan bibirnya ke kening Wona. Pria itu berbisik, "Apa pun untuk istriku. Tapi sebelum melakukannya, pastikan dirimu sudah benar-benar sembuh, Istriku."
Suara Gyura yang melembut, persis seperti suara Maxiem yang senang memanjakannya ketika sedang serius. Perlakuan lembut Gyura membuat Wona tenang, dan merasa jika Maxiem telah kembali ke tubuh suaminya sendiri. Tapi apakah itu mungkin?
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
SISI ANTAGONIS #Meanie [Ongoing]⚠
ParanormalGara-gara burung, Wona masuk ke dunia novel fantasi berating 18+ dengan peran antagonis wanita. Untuk kembali ke dunia aslinya, Wona harus menjalankan perannya sampai akhir bab novel. Namun, di setiap bab, sang antagonis selalu mendapatkan penyiksaa...