Maxiem mendengar ucapan para pelayan, tetapi dirinya tak terganggu sedikit pun. Matanya tertuju ke arah Wona yang berjalan mendekatinya dengan cepat. Lalu ketika Wona berada di depannya, Maxiem segera menyingkirkan diri dari pemandangan di belakang tubuhnya. Pria itu menunjuk ke arah bunga-bunga di pot dengan kedua tangannya.
"Lihat ini. Aku membuatkan taman baca, untukmu yang suka menyendiri di luar mansion," kata Maxiem.
Mata Wona memelotot, melihat bunga-bunga beraneka macam warna menyapa indera penglihatannya. Aroma dari tanaman-tanaman di sekelilingnya membuat Wona merasa tenang. Apalagi mereka disusun secara rapi, oleh tangan Maxiem secara langsung.
"Aku ingin memberikan tempat ini sebagai hadiah untukmu," kata Maxiem.
"Meskipun di sini aku tidak menemukan novel percintaan panas yang kau sukai, tetapi aku ada di sini untuk menggantikannya."
"Di tempat ini kau tidak sendiri lagi. Aku akan menemanimu, meskipun aku tidak suka membaca," lanjut Maxiem dengan senyuman tipis.
Detak jantung Wona berdetak kencang melihat senyuman manis yang muncul di bibir Maxiem. Wanita itu merasakan getaran kebahagiaan yang tak bisa dia tahan, hingga sudut bibirnya terangkat ke atas. Ingin rasanya Wona memeluk Maxiem dan mengucapkan terima kasih. Namun, tubuhnya tertahan karena banyak pelayan yang menatap ke arahnya.
Maxiem menyadari hal itu, dan dia langsung memerintah, "Pelayan, pergilah dari tempat ini! Tinggalkan aku dengan istriku di sini. Jangan ada yang meng---"
Belum sempat Maxiem mengakhiri ucapannya, Wona sudah lebih dulu membekap mulutnya. "Kau melanggar janjimu."
"Melanggar janji apa? Aku hanya ingin mengabulkan keinginan terpendammu," ucap Maxiem setelah melepas tangan Wona dari bibirnya.
Maxiem mengedipkan matanya tak mengerti dosanya apa, sementara Wona melanjut, "Keinginanku cukup sederhana, aku hanya ingin kau menjaga mulut hari ini. Tapi kau tak memenuhi keinginanku."
Maxiem segera menutup bibirnya, sembari tersenyum tipis. Dia kemudian menyentuh pinggang Wona, dan menarik Wona untuk mendekat ke arah tubuhnya. Sementara itu, Wona melirik ke belakang, melihat pelayan-pelayan mundur dan menjauh dari tempatnya saat ini berada.
Setelah para pelayan pergi, Maxiem memberi alasan, "Maafkan aku. Aku melupakan hal itu."
"Bagaimana lagi? Aku selalu tak bisa menahan mulutku, jika ini berhubungan dengan dirimu, " jelas Maxiem.
Wona mendongak, dan menarik kerah baju Maxiem. Wanita itu lalu membelai leher Maxiem dengan hidungnya, sekaligus mencium aroma sang suami dekat-dekat. Wona berkata, "Kau harus diberi hukuman."
Maxiem meneguk ludahnya sendiri, lalu menebak, "Kau tidak akan memberiku jatah bermalam lagi? Astaga, Kak Won. Maafkan aku. Aku benar-benar lupa. Aku hanya ingin menyenangkanmu sa--"
Ucapan Maxiem terputus, saat bibir Wona mendarat dan memangut bibirnya tanpa aba-aba. Pergerakan Wona yang tiba-tiba jelas membuat Maxiem kaget, tetapi lama kelamaan Maxiem tersenyum dan menutup kelopak matanya untuk memperdalam kegiatan yang tengah keduanya lakukan.
Di antara bunga-bunga yang bermekaran, dan kupu-kupu yang berterbangan, Wona merasakan kebahagiaan tertinggi saat Maxiem membalas belaian bibirnya dengan penuh kasih sayang. Pria itu menyamakan gerakannya dengan gerakan lembut Wona, hingga Wona terbuai untuk merasakan sang suami semakin lama.
Daun-daun berguguran, terbang ditiup angin dan melewati kedua insan yang tengah mabuk cinta. Dinginnya angin tak terasa oleh hembusan napas keduanya yang hangat. Mereka masih fokus menikmati lamanya detik yang berdetak. Hingga akhirnya Wona melepas bibirnya pada bibir Maxiem.
Maxiem tersenyum, dan memberitahu, "Aku menyukai hukuman yang ini."
Wona langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. Dia tak mau Maxiem melihat wajah meronanya, lalu sebelum Wona pergi Maxiem sudah lebih dulu memegangi pergelangan tangannya. Pria itu duduk di kursi, dan menarik Wona ke pahanya sekaligus memeluknya dari belakang, kemudian berbisik, "Jangan dulu pergi, aku masih ingin menunjukkan sesuatu padamu."
Bibir Maxiem hinggap di leher Wona. Pria itu memberinya kecupan-kecupan lembut, yang membuat Wona gelisah sembari menyentuh lengannya. Wanita itu mengernyitkan kening, dan bertanya, "Apa?"
"Selain membaca, tempat ini juga bagus untuk dipakai kegiatan lain," bisik Maxiem.
Wona bertanya, "Misalnya?"
Maxiem mulai meraba-raba pinggang Wona, lalu naik ke atas dada dan mengusapnya sekilas. "Melakukan praktik sesuai isi bacaan novelmu."
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
SISI ANTAGONIS #Meanie [Ongoing]⚠
ParanormalGara-gara burung, Wona masuk ke dunia novel fantasi berating 18+ dengan peran antagonis wanita. Untuk kembali ke dunia aslinya, Wona harus menjalankan perannya sampai akhir bab novel. Namun, di setiap bab, sang antagonis selalu mendapatkan penyiksaa...