45. Hukuman Malam (1)

145 22 4
                                    

Cahaya rembulan bersinar terang di langit istana. Wona mendongak, menyaksikan puluhan bintang yang bersinar menemani rembulan. Namun, meskipun cahayanya cukup terang menyinari malam, cahayanya tak cukup terang untuk menyinari gelapnya perasaan Wona saat ini.

Hati Wona membeku, bersamaan dengan perasaannya yang harus dia sembunyikan. Wona memutuskan untuk mengikuti alur, meskipun dirinya tahu, dia tidak akan bisa hidup bahagia sesuai keinginannya lagi. Oleh karena itu, dibanding ditemani para pelayan setia dari mansion, Wona malah menyendiri di depan kamar khusus untuknya.

"Kau benar-benar ingin sendiri? Oleh karena itu, kau tak mendatangiku juga? Apa kau tak merindukanku?"

Ketika tengah merenung, Wona mendengar suara Maxiem. Dia melirik ke kiri dan ke kanan, tetapi Maxiem tak ada di sekelilingnya. "Maxiem?"

"Kau terlalu banyak berpikir, Kak Won. Jika tak ingin pikiranmu terbebani, katakan apa yang ingin kau katakan padaku tanpa banyak berpikir."

Suara Maxiem membuat Wona menurunkan sudut bibirnya. Dia lalu mengakui, "Ya. Kau benar. Aku terlalu banyak memikirkan semua hal."

"Aku merindukanmu," bisik Maxiem.

Wona mendengar suara Maxiem, tetapi dia tak menemukan Maxiem di depannya. Wanita itu hanya bisa memeluk tubuhnya sendiri, sembari menguatkan dirinya. Ingin rasanya Wona mengeluhkan semua kejadian yang terjadi. Namun, Wona tiba-tiba mendengar suara langkah kaki sang suami mendekat ke arahnya.

"Istriku," panggil Gyura.

Wona langsung melirik ke belakang. Dia menemukan sosok Gyura berada di belakangnya, tanpa ekspresi sedikit pun. Hal ini membuat Wona mengernyitkan kening. Dia bertanya-tanya apa yang ingin Gyura lakukan. Namun, Gyura hanya berkata, "Aku datang ke sini untuk menjemputmu pulang."

Pulang.

Wona masih belum bisa mencerna hal ini baik-baik. Dia diam di tempat, sementara Gyura langsung menghampiri dan menggenggam tangannya kuat-kuat. Pria itu menarik Wona untuk pergi ke gerbang istana, sekaligus meninggalkan istana. Padahal beberapa detik lalu, Wona sempat memutuskan untuk tinggal bersama Charlos sebagai simpanannya.

"Aku belum mempunyai bukti. Jadi kau tak perlu menj---" Ucapan Wona terhenti, ketika Gyura menghentikan langkahnya kemudian bertanya, "Kau tak mau pulang ke mansion?"

"Bukan seperti itu, aku hanya---" Gyura kembali memotong ucapan Wona, "Pulang."

Wona sadar, jika orang yang tengah membawanya saat ini bukanlah Maxiem. Pria yang terbiasa melihat ke arahnya, dengan candaan dan suara tawa hangatnya, kini berubah menjadi pria pembencinya dengan sikap ketus terhadap musuhnya. Padahal, Gyura terkenal sebagai monster berhati lembut. Namun, karena salah paham, Gyura berubah menjadi monster berhati batu di depan Wona.

Gyura mengantarkan Wona ke mansion, tanpa sepatah kata pun. Perjalanan mereka dilalui dengan angin malam yang semakin dingin. Sedingin hubungan antara Gyura dan Wona saat ini. Setelah turun dari kereta kuda, Pria itu menarik Wona menuju kamarnya dan menempatkan Wona di atas ranjang. Lalu kemudian, berbalik kembali meninggalkan Wona yang terdiam dengan kening mengernyit.

Wona bertanya, "Kenapa kau tiba-tiba membawaku kembali seperti ini? Bukannya kau mengatakan aku harus mempunyai buk---"

Belum sempat Wona mengakhiri ucapannya, Gyura menutup pintu kamarnya dari dalam. Di hadapan Wona, pria itu mengunci kamar Wona, kemudian berbalik dengan tatapan tajam ke arah Wona. Dia berkata, "Istriku?"

"Apa kau benar Isriku?" tanya Gyura.

••• 

SISI ANTAGONIS #Meanie [Ongoing]⚠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang