26. Dorongan Iblis (2)

480 46 0
                                    

Wona menggigit bibir bawahnya, tetapi kakinya sendiri mulai melangkah ke depan Maxiem. Tanpa banyak bicara, Wona mendorong Maxiem ke tembok, kemudian mendaratkan bibirnya ke bibir Maxiem.

Kedua kelopak mata mereka mulai tertutup, merasakan manisnya bibir satu sama lain yang saling mendamba. Tangan Wona menahan bahu Maxiem untuk tetap di tempat sementara kakinya berjinjit menggapai bibir sang suami yang menunggu untuk dirasakan lebih dalam.

Tetesan air hujan bertetesan, mengeluarkan suara yang menjadi musik latar belakang untuk pertemuan bibir keduanya. Suara kecapan bibir tak bisa dihindari, apalagi ketika Maxiem menyentuh pinggang Wona dan mendekatkan tubuh keduanya tanpa pembatas lagi.

Wona menikmati setiap saat bibir Maxiem membelai lembut bibirnya. Mulutnya sedikit demi sedikit mulai terbuka lebar, mengundang Maxiem untuk masuk dan mengaduk-ngaduk isinya sampai Wona merasa mabuk dan ingin terus merasakan Maxiem lebih dalam.

Lagi-lagi keduanya lupa daratan ketika sudah bersentuhan. Mereka tak sadar, ada Nyonya Gloria dan beberapa pelayan yang tak sengaja menemukan keduanya bercumbu di depan kamar. Para pelayan hanya bisa memalingkan wajahnya ke arah lain, sementara Nyonya Gloria diam-diam tersenyum tipis. Wanita itu langsung meminta para pelayan untuk mengambil jalan lain, meninggalkan kedua manusia yang tengah memadu kasih berdua.

Para pelayan meninggalkan keduanya, dan Wona baru melepas bibirnya ketika dia mulai kehilangan pasokan oksigen. Wajah wanita itu memerah, bibirnya mengkilat dan matanya menatap sendu ke arah Maxiem.

Sementara itu Maxiem diam-diam menggapai liontin di sakunya, kemudian merapikan rambut Wona ke samping. Pria itu mengalungkan liontinnya ke leher Wona, baru kemudian mengecup leher putih sang istri dengan senyuman tipis. "Sekarang, liontin ini sudah memiliki pemilik baru," bisik Maxiem.

Wona tak bisa menahan senyumannya. Dia kembali melingkarkan tangannya pada leher Maxiem, dan Maxiem langsung menggendong Wona sembari mengajaknya kembali mempertemukan bibir satu sama lain. Mereka saling mencumbu, dan Maxiem segera membawa Wona ke kamar untuk melindunginya dari angin musim hujan yang semakin dingin.

•••

Di sisi lain, Angela mengeluarkan napas panjang dengan sudut bibir melengkung ke bawah. Dengan berat hati, kakinya harus menginjak ke tempat hiburan para pria hanya untuk mengantarkan obat, sesuai keinginan gurunya. Mau tak mau, Angela segera mengantarkan obat itu pada pasien, sekaligus menjelaskan aturan pemakaian obatnya.

Setelah menyelesaikan tugasnya, langkah kaki Angela terhenti. Dia melihat dua orang gadis diseret paksa menuju salah satu kamar. Angela jelas tak bisa melihat pemaksaan di depan matanya. Dia langsung berjalan menuju kamar itu, dan ketika di depan kamar, matanya melihat Charlos yang tengah duduk di ranjang sembari memegangi satu botol minuman keras.

"Bukannya hari ini pemilihan Putri Mahkota? Sekarang kenapa pria sombong itu berada di tempat ini?" tanya Angela bingung.

Angela memperhatikan sekeliling, termasuk dua orang gadis yang dipaksa masuk ke kamar dengan berderai air mata. Mereka menolak disajikan kepada Charlos, apalagi setelah mendengar jika pemilihan Putri Mahkota tengah berlangsung.

"Tuan, tolong jangan serahkan kami pada Pangeran! Pangeran akan menikah, dan pemilihan Putri Mahkota tengah berlangsung! Jika Ratu tahu, sudah pasti kami akan dipenggal!" teriak gadis itu.

Sang Tuan masih tetap menyeret gadis itu masuk sembari memberitahu, "Ini perintah Pangeran! Dia menginginkan gadis perawan! Jadi, jangan banyak mengeluh dan serahkan dirimu!"

Para gadis menolak, dan menangis kencang. Hal ini membuat Charlos mengepalkan tangannya, lalu membuang botol minumannya ke lantai. Botol minuman itu pecah, hingga bagian-bagiannya berserakan di lantai. Dengan mata memerah, Charlos berkata, "Kalian juga menolakku jal*ng-jal*ng kecil?!"

"Aku sudah ditolak Jenevith, karena wanita itu menikah dengan monster Gyura! Sekarang kalian juga menolakku!"

"Ah, jangan-jangan... kalian juga ingin melayani monster itu?!"

"Apa bagusnya dia selain aku?!" Charlos melempar semua barang yang ada di meja. Dia mengambil pecahan botol, lalu berjalan ke arah dua gadis yang sudah menolaknya. Niat awalnya adalah mengancam para gadis, tetapi sebelum pecahan botolnya mengenai para gadis, botol itu sudah berada di dalam genggaman tangan Angela.

Angela memelototkan mata, dan berkata, "Manusia bia*dab! Kau menggunakan statusmu untuk kesenanganmu sendiri! Menjijikan, orang sepertimu tak pantas menjadi Pangeran!"

Suara Angela membuat Charlos yang mabuk tertawa lebar. Charlos lalu mendekati Angela, dan mendorong Angela ke dinding untuk mencekik leher gadis itu. Dengan mata memerah, Charlos memberitahu, "Tahu apa kau tentang kesenanganku, S*alan! Asal kau tahu, ini semua siksaan bagiku! Aku bernafsu karena aku reinkarnasi iblis! Apa kau tak pernah mendengar ucapan peramal soal hal ini?!"

Charlos berteriak di depan Angela, tetapi para pekerja rumah hiburan yang merasa ketakutan. Mereka memundurkan langkahnya, apalagi ketika melihat tangan Charlos bergerak menuju leher Angela, dan mencekiknya. Angela berusaha melepaskan diri, sembari menahan tangan Charlos. Dia memberitahu, "Kau sakit!"

"Dibanding memenuhi nafsumu itu, harusnya kau diobati, B*jingan gil*!" teriak Angela.

Charlos tertawa lalu menjawab, "Jika aku bisa diobati, sudah dari dulu aku sembuh! Tapi lihat aku sekarang! Sampai sekarang tak ada orang yang bisa menyembuhkanku!"

Cekikan Charlos pada leher Angela menguat, dan Angela segera mencakar tangan Charlos. Dengan susah payah, Angela berkata, "Aku... aku... aku... bisa menyembuhkanmu! Jadi! Lepaskan cekikan ini!"

"Jangan membodohiku!" teriak Charlos.

"Aku tabib!" ucap Angela.

Charlos melonggarkan cekikannya sembari bertanya, "Apa yang bisa kau lakukan untuk menyembuhkanku? Bahkan penawar yang kuincar pun, malah pergi dari jangkauanku. Tak ada orang yang bisa aku percaya."

Angela menyentuh pipi Charlos. Dengan napas terengah-engah, gadis itu menatap langsung ke arah mata Charlos. Dia berkata, "Aku bisa menjadi penawarmu, asalkan kau memenuhi keinginkanku."

"Keinginan? Apa yang kau mau?" tanya Charlos.

"Aku akan memberitahunya, jika kau dinyatakan sembuh," ucap Angela.

Charlos tersenyum, dan mendorong bahu Angela ke tembok. Dia berkata, "Aku tak tahu, bagaimana caramu untuk berusaha menyembuhkanku. Tapi sekarang, aku benar-benar tak tahan lagi."

"Aku menginginkanmu."

"Sangat menginginkanmu."

"Jenevith."

Mata Angela memelotot, ketika bibir Charlos langsung menangkap bibirnya tanpa aba-aba. Gadis itu terperangkap dalam kurungan tubuh Charlos, padahal Charlos tengah mabuk. Seberapa banyak Angela mencoba melepaskan diri, tenaga Charlos tiba-tiba bangkit dan semakin menyudutkan Angela ke tembok.

"Aku bukan Jenevith!" peringat Angela ketika bibirnya terlepas dari bibir Charlos.

Charlos tersenyum puas, kemudian menggendong tubuh Angela ke ranjangnya. Dia tak peduli dengan siapa wanita yang ada di hadapannya. Karena yang terpenting, keinginannya terpuaskan. "Pengawal! Tutup dan kunci pintunya dari luar!"

•••
 

SISI ANTAGONIS #Meanie [Ongoing]⚠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang