40. Rencana Cadangan (2)

142 24 1
                                    

Wona menyentuh pipi Shia sembari bertanya, " Apa maksudmu?! Apa yang sedang kau coba lakukan?! Kenapa kau melakukan hal seperti ini?!"

"Suamiku tidak ada hubungannya dengan tali takdir! Kenapa kau malah mengincarnya juga! Cepat katakan, apa yang berniat kau lakukan?!"

Shia tersenyum miris, dan Wona semakin mendesak, "Aku tahu kau rusa baik-baik, Shia! Kau tak mungkin melakukan kejahatan seperti ini! Cepat katakan, rencana kedua yang kau buat!"

"Kau... kau bebas menyiksaku, tapi jangan mengincar suamiku! Dia terlalu polos untuk menerima kebencianmu," pinta Wona dengan mata berkaca-kaca.

Shia akhirnya berdecak, lalu membalas, "Aku tak tahu, apakah rapat suamimu sudah selesai sekarang atau bukan. Tapi jika rapatnya selesai, dan dia menerima hadiah atas namamu... sebuah ledakan api akan terjadi dan membun---"

Belum sempat Shia menyelesaikan ucapannya, Wona langsung berdiri dari tempatnya. Dia berlari ke luar mansion tanpa memedulikan alas kakinya yang lepas. Yang Wona pedulikan hanyalah Maxiem semata. Wanita itu langsung pergi ke tempat kudanya, yang disusul oleh Nyonya Gloria.

"Nyonya? Ada apa ini? Apa Rusa itu berniat melukai Anda lagi?" tanya Nyonya Gloria.

Wona menggelengkan kepala, lalu naik ke salah satu kuda. Dia memberitahu, "Bukan aku. Tapi suamiku. Aku harus segera pergi ke istana untuk menyelamatkan suamiku!"

Setelah mengatakan niatanya, Wona langsunf membawa kuda, tanpa membiarkan satu penjaga pun mendampinginya. Hal ini membuat para penjaga terheran-heran, berbeda lagi dengan Nyonya Gloria yang langsung naik ke kudanya untuk menyusul Wona. "Nyonya Jene! Sebenarnya apa yang terjadi?"

Telinga Wona tuli, tetapi ucapan Shia masih terngiang-ngiang di telinganya. Wanita itu tak bisa berpikir jernih, dan terus membawa kudanya dengan berbekal cahaya lampion. Yang ada di pikiran Wona hanya cara untuk menyelamatkan Maxiem semata. Wona berharap dirinya bisa cepat sampai dan menyingkirkan kotak hadiah untuk Maxiem.

"Maxiem! Tolong, tolong jangan membuka kotaknya!"

•••

Sepanjang jalan Wona terus berharap Maxiem tak akan membuka hadiah. Sementara itu, Maxiem sendiri baru selesai melakukan diskusi dengan para bangsawan istana. Selain mendapatkan kehormatan, kini Maxiem juga memiliki kenalan-kenalan yang dapat dia ajak bekerja sama.

Semuanya membuat hati Maxiem merasa lega. Dia tak sabar untuk pulang ke rumah, dan memeluk Wona yang sudah tertidur ke alam mimpi. Namun, baru saja Maxiem memikirkan Wona, tiba-tiba seorang pelayan istana datang menghampirinya dengan membawa satu kotak hadiah berpita merah.

"Tuan Gyura, Istri Anda menitipkan ini untuk Anda," ucap pelayan itu.

Maxiem mengernyitkan kening, dan bergumam, "Kak Won memberiku hadiah? Tumben dia melakukannya? Apa ini hadiah setelah 3 bulan menikah?"

Maxiem kebingungan dan salah satu bangsawan mendekati Maxiem sembari berkata, "Wah, wah, wah. Kira-kira apa yang dititipkan istrimu itu? Coba buka hadiahnya, kami semua penasaran."

Sejujurnya Maxiem tak ingin menunjukan hadiah pada siapa pun. Namun, rasa penasaran ditambah bujukan para bangsawan lain membuat Maxiem berani melepas pita yang ada pada kotak hadiahnya. Pria itu tersenyum tipis, dengan gigi taring yang menunjukkan diri sedikit demi sedikit.

"Tiga."

"Dua."

"Satu."

"Buka!"

"Maxiem! Jauhi kotaknya!" teriak Wona.

Maxiem telanjur membuka kotak hadiahnya. Dia ingin melihat isi kotaknya, tapi yang muncul malah asap berwarna abu. Asapnya membuat mata Maxiem terasa perih. Maxiem menutup matanya. Dia tak sadar, saat tangan kirinya ditarik Wona untuk pergi dari tempatnya berdiri. Sementara kotak di tangan kanannya langsung dibawa oleh Nyonya Gloria.

Detik pada jam bergerak cepat, tanpa berniat berhenti sebentar saja. Semuanya terjadi tanpa sepengetahuan Maxiem. Maxiem tak sempat bertanya, kenapa Wona tiba-tiba mendatanginya ke istana atau pun kenapa matanya terasa perih? Namun yang pasti, dalam kebingungan, kotak hadiah itu akhirnya meledak menimbulkan suara nyaring dan percikan api.

Satu ledakan berhasil membuat satu istana gempar. Asap tebal tak henti-henti memenuhi ruangan diskusi. Begitu pula dengan api yang mulai membesar tanpa aba-aba. Semua pengawal langsung bergegas menyelamatkan para bangsawan, sekaligus menghentikan api yang semakin menyebar ke istana.

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SISI ANTAGONIS #Meanie [Ongoing]⚠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang