"Apa tak ada cara lain untuk kembali?!"
Wona menggeleng-gelengkan kepala sembari meremas-remas rambutnya sendiri. Wanita itu ingin berteriak dan melampiaskan kekesalannya. Namun ketika melirik ke sebelahnya, dia menemukan sosok Chloe yang tengah tersenyum mengejek, dengan tatapan merendahkan.
Chloe mendekatinya, kemudian berbisik, "Tenang saja Nyonya Jene. Jika Anda mulai merasa tidak dihargai dan tidak nyaman dengan pilihan salah ini, saya akan membantu Anda mendapatkan hati Pangeran Mahkota kembali. "
"Saya lihat... Pangeran masih memiliki ketertarikan kepada Anda," bujuk Chloe.
Bisikan Chloe malah membuat Wona menurunkan sudut bibirnya. Wona jelas tak mau menjadi simpanan Charlos, karena dia tahu risiko dibenci dan dicelakai Shia dua kali lipat dari sekarang. Membayangkan kebencian-kebencian yang akan didapatkan, membuat Wona menggidikkan bahu sembari menggelengkan kepala.
Lalu setelah berpikir, Wona baru mengingat sesuatu. Dia bertanya, "Kau... kenapa bisa ada di istana? Dan bekerja di sini?"
"Setelah dipecat oleh keluarga Jefferson, dan menolak tawaran Anda... saya dijadikan hadiah untuk istana. Dan akhirnya saya menjadi pelayan di sini, dan mendapatkan banyak informasi mengenai istana."
"Termasuk... rahasia dari pernikahan Pangeran dan Putri Mahkota yang tak semanis acara penobatannya."
"Oleh karena itu... saya berani menawarkan posisi di hati Pangeran Mahkota untuk Anda," jelas Chloe.
"Aku... aku... aku perlu berpikir beberapa kali lagi," gumam Wona kemudian meninggalkan Chloe yang mengernyitkan kening. Chloe tak menyerah begitu saja, dia berpesan pada Wona, "Nyonya Jene, jika kau membutuhkan bantuanku, jangan ragu untuk mendatangiku!"
Dibanding mendengarkan hasutan Chloe lebih jauh, Wona memilih untuk meneruskan perjalanannya. Setelah tahu suaminya sudah membaik, dia berniat bersiap untuk pulang ke mansion, sekaligus mencari tahu penyebab Shia meloloskan diri. Meskipun saat bersiap, Wona baru tahu jika Gyura telah meninggalkannya lebih dulu.
"Tuan Gyura memutuskan untuk pulang lebih dulu. Dia berkata... akan mendatangi rumah Nyonya Gloria di kampung halamannya. Lalu Anda.... " Pelayan istana tampak ragu mengatakan lanjutannya, tetapi Wona langsung berkata, "Dia tidak membiarkanku pulang, sebelum aku mendapatkan bukti."
Wona akhirnya menarik dan mengeluarkan napas panjang. Dia keluar dari ruangannya, dan memutuskan untuk duduk di kursi taman. Satu persatu pikiran kembali membebani otaknya. Di saat para pelayan dan pengawal mencari pelayan yang telah memberikan kotak atas nama Jenevith, Wona sendiri malah sibuk memikirkan cara keluar dari novel ini.
Perlahan, mata Wona tertuju ke arah sebuah bunga mawar yang ada di taman istana. Bunga itu mekar dengan sempurna, dirawat oleh banyak pelayan dan pekerja istana. Namun, kecantikannya diabaikan oleh para lebah ataupun kumbang. Mereka menjauhi bunganya, dan memilih bunga lain untuk diisap dan dibantu pembuahannya.
Melihat bunga itu, Wona jadi bercermin pada dirinya sendiri. Dia diabaikan suaminya, ditinggalkan di istana, dan bahkan dibenci suaminya di hadapan semua orang. Wona sadar, dirinya salah karena mengharapkan status lebih dari perannya sebagai seorang simpanan. Akan tetapi, untuk beberapa hari lalu... dia sempat berpikir untuk menetap di dunia novel, dan menghabiskan waktu indah bersama Maxiem.
"Maxiem... kau sedang apa sekarang? Jika kau ada di sini, kau tak mungkin meninggalkanku seperti ini, bukan?" tanya Wona.
Memikirkan Maxiem, membuat Wona lagi-lagi teringat pada ucapan Maxiem sebelum keduanya berpisah, "Aku hari ini bertugas mengamankan acara ini, lalu aku juga yang mengajakmu ke sini. Jadi, aku harus bertanggung jawab mengantarmu dengan aman ke mansion."
"Bagiku keselamatanmu lebih penting dari keselamatan kerajaan ini. Mengerti?" tanya Maxiem.
Ucapan Maxiem yang serius membuat Wona menundukkan kepala, sembari menutup wajahnya sendiri. Wanita itu menyesali perkataannya yang menolak diantarkan Maxiem sampai mansion. Jika Wona tak berpura-pura tangguh, mungkin Maxiem akan mengantarnya pulang. Jika Maxiem pulang, dia akan menangkap Shia. Jika Shia ditangkap dan diinterogasi langsung, Maxiem mungkin tak akan membuka kotak yang ada di istana.
Jika, jika dan jika. Seberapa banyak kata jika yang keluar, tak akan bisa menghapus fakta jika Maxiem telah menyelesaikan tugasnya dan kembali ke dunia asalnya. Oleh karena itu, kini Wona harus bersungguh-sungguh dalam memainkan perannya.
"Haruskah?" tanya Wona. Bayangan-bayangan saat Gyura tersenyum hangat pada Angela, membuat jantung Wona terenyut. Suaminya kini telah tiada, dan tidak seharusnya Wona sakit hati karena Gyura lebih menyukai Angela dibanding dirinya. Semuanya sudah kembali sesuai takdirnya, dan Wona tak bisa menahan tangisnya dengan bibir terkunci rapat.
"Kau menangis karena suamimu yang sakit itu meninggalkanmu seperti ini?" tanya Charlos yang berjalan ke arah kursi taman.
Wona yang mengenali suara ini, langsung mendongakkan wajahnya. Dia ingin menghapus air mata, dan menjauhi Charlos. Namun, sebelum dirinya beranjak dari kursi, Charlos sudah lebih dulu duduk di kursi taman, kemudian menarik pergelangan tangan Wona untuk kembali duduk di kursi taman.
Charlos berkata, "Kau terlalu banyak menangis di dalam istana, sehingga membuat para pelayan ikut bersedih. Jadi, menangislah sepuasnya di tempat ini, agar mereka tak ikut bersedih dan pekerjaan mereka tak terganggu."
Wona terlalu malu menangis dihadapan pria yang kini tak disukainya. Namun, Charlos tiba-tiba menariknya ke pelukannya. Hal ini membuat Wona memelototkan mata. Dia ingin memukul Charlos, tetapi Charlos sudah lebih dulu berkata, "Tak akan ada orang yang berani menginjakkan kaki ke sini, selagi aku ada di sini. Jadi, kau menangis saja. Aku tak akan mengganggumu."
Wona tahu, dia tak seharusnya menerima pelukan Charlos. Namun, perannya sebagai simpanan Charlos tak bisa diubah. Wona tetap membutuhkan Charlos untuk memerankan perannya. Karena aslinya, hidup Jenevith yang terluka hanya bisa diobati oleh perlindungan dan perhatian yang diberi Charlos. Bukan Gyura. Sejak awal, nama Gyura tak tertulis di takdir hidup Jenevith. Namun, Wona memaksakan diri untuk hidup bersama Gyura.
Selamanya, Jenevith ditakdirkan sebagai wanita lemah yang membutuhkan bantuan tangan Charlos untuk hidup. Jika itu peran yang sebenarnya, bagaimana Wona bisa menghindari peran ini? Dirinya membutuhkan kesiapan mental, termasuk ketika Shia menyerangnya kembali.
"Pangeran... jika aku membutuhkan bantuan sebagai salah satu rakyatmu... apa kau mau membantuku?" tanya Wona.
Setelah penolakan dan sorot mata tak bersahabat yang Wona berikan, jawaban Charlos akan selalu, "Ya. Aku akan membantumu," sesuai tebakan Wona.
Charlos memberi tempat perlindungan palsu untuk Jenevith. Lalu di sisi lain, Angela memelototkan matanya melihat Wona menyembunyikan dirinya di dalam pelukan Charlos. Selama ini Charlos tak sekali pun memeluk Angela ketika Angela tengah menangis, tetapi pria itu bahkan memeluk Jenevith dengan erat, sekaligus memberinya usapan lembut di punggung.
"Put... putri... putri mahkota, sepertinya itu benar-benar Pangeran mahkota! Padahal saya pikir, dia tak mengijinkan seorang pun untuk mengganggunya yang tengah berpikir. Tapi ternyata? Pangeran mahkota... sedang memeluk wanita lain?!"
"Bagaimana ini Putri?" tanya pelayan.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
SISI ANTAGONIS #Meanie [Ongoing]⚠
ParanormalGara-gara burung, Wona masuk ke dunia novel fantasi berating 18+ dengan peran antagonis wanita. Untuk kembali ke dunia aslinya, Wona harus menjalankan perannya sampai akhir bab novel. Namun, di setiap bab, sang antagonis selalu mendapatkan penyiksaa...