29. Panggilan Malam (1)

422 52 0
                                    

Hanya dalam dua minggu, berita kemenangan Kerajaan Starheaven langsung menyebar ke semua penjuru kerajaan. Semua rakyat dihebohkan dengan berita kemenangan, yang diiringi dengan berita Gyura penyelamat mereka. Muncul satu persatu informasi yang dibawa oleh para pengawal istana.

Gyura datang lebih awal untuk menangkap penyusup. Gyura berada di barisan paling depan saat perang. Gyura membantu para pengawal yang hampir ditangkap musuh. Gyura menyelamatkan Raja yang hampir tewas karena panah anak panah. Lalu Gyura mendapatkan anugerah dari Raja atas penyelamatan yang dia lakukan.

Semua informasi yang bermunculan, membuat Wona merasa lega. Apalagi ketika para pelayan di mansion bergegas bekerja dua kali untuk menyiapkan penyambutan pada Gyura. "Nyonya Jenevith! Tuan Gyura akan pulang, setelah mengantar Raja ke Istana!"

Sudut bibir Wona melengkung ke atas. Wanita itu mengangguk, dan mulai mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Gyura. Sementara itu, para pelayan menawarkan diri untuk membantu Wona merias dirinya, sekaligus menyeret Wona ke tempat berdandan.

Ketika didandani, Wona mendengar banyak cerita dari para pelayan. Namun, meskipun sudah mendengarkan informasi itu berkali-kali, Wona tetap merasa dirinya perlu mendengarkan informasi dari Maxiem langsung. Wona menginginkan kedatangan Maxiem, sebagai bukti jika Maxiem baik-baik saja.

"Maxiem, aku menunggumu," gumam Wona.

Entah sejak kapan, Wona merasakan jantungnya berdenyut tak nyaman tanpa kehadiran Maxiem. Keningnya sering mengernyit, telinganya terpasang untuk mendengar informasi tentang Maxiem, dan bibirnya terkunci rapat, menyembunyikan isi hatinya yang ingin bertemu dengan sang suami. Ada terlalu banyak kata yang ingin Wona tanyakan dan curahkan. Akan tetapi dia hanya bisa menyimpannya dalam hati, sampai acara penyambutan tiba.

Acara penyambutan dimulai saat matahari mulai terbenam. Di saat seperti ini, Wona sudah membalut dirinya dengan gaun baru yang disiapkan para pelayan. Bersamaan dengan riasan wajah, yang tak bisa menyembunyikan ekspresi mendamba Wona. Wanita itu terus menunggu, hingga akhirnya rombongan Gyura datang dengan kuda mereka.

"Tuan Gyura tiba!" teriak salah satu pengawal.

Pintu gerbang mansion terbuka lebar, menyambut kedatangan Gyura dengan senyuman lebar para pelayan. Semua orang memberi jalan atas kepulangan Gyura. Sementara Wona berdiri di depan pintu, dengan mata berkaca-kaca. Apalagi ketika kuda yang dinaiki Gyura melewati sambutan para pelayan, dan berhenti tepat di depan Wona.

Sudut bibir Maxiem tertarik ke atas. Pria itu berlutut di depan Wona, kemudian menyentuh tangan kanan Wona untuk dia dekatkan pada bibirnya. Punggung tangan Wona mendapatkan kecupan lembut bibir sang suami yang masih berwujud monster. Namun, bukannya merasa risi, Wona tak bisa menahan bibirnya untuk tidak tersenyum bangga.

Ingin rasanya Wona memeluk Maxiem dan mengucapkan kata selamat pada sang suami. Namun, Wona masih harus menjaga sikapnya di depan semua pelayan. Ada banyak pasang mata yang tertuju ke arahnya, dan juga sang suami saat ini.

"Aku pulang," ucap Maxiem.

Kedua pasang mata mereka bertemu, dan Maxiem kembali berdiri sembari menyentuh pipi Wona. Pria itu bertanya, "Bagaimana kabarmu? Apa kau baik-baik saja, ketika aku tinggalkan?"

Entah kenapa, bibir Wona terasa berat untuk menjawab pertanyaan Maxiem. Dia ingin mengaku jika dirinya begitu merindukan pria itu. Namun, Wona terlalu gengsi untuk mengakui hal itu. Dia hanya menganggukkan kepala, lalu meneliti tubuh Maxiem dari bawah ke atas. "Kau sendiri?"

Maxiem menjawab, "Seperti yang kau lihat. Kabarku baik, dan aku berhasil memenangkan pertarungan ini, sekaligus mendapatkan dukungan dari Raja."

Wona mengeluarkan napas lega. Dia bergumam, "Syukurlah. Aku ikut senang mendengarnya."

Maxiem menganggukkan kepala, kemudian mendekat ke arah Wona. Pria itu berbisik, "Aku juga senang menjalaninya. Asal kau tahu, aku sengaja memberantas semua musuh dengan cepat, agar aku tak melewatkan malam bulan purnama bersamamu, Kak Won."

"Tapi sepertinya aku terlalu cepat mengalahkan mereka. Bagaimana ini? Apakah ritualnya bisa dipercepat juga, sebagai hadiah untukku?" bisik Maxiem dengan senyuman nakal. Wajah Wona memerah, dan Maxiem tersenyum puas menyaksikan perubahan pada pipi Wona yang sangat mudah dia permainkan.

Ketika Maxiem tengah mengobrol dengan Wona, Kepala pelayan mengingatkan, "Tuan, pengawal bilang, akan ada pengawal kerajaan yang akan menjemput Anda ke istana. Jadi, ada baiknya jika Anda segera mandi, makan, sekaligus beristirahat sebentar, sebelum pergi ke istana."

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SISI ANTAGONIS #Meanie [Ongoing]⚠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang