38. Tanpa Rahasia (2)

155 24 0
                                    

Maxiem tersenyum lebar dengan jemari membelai rambut Wona. Sementara itu, para tamu menepuk tangannya setelah dansa berakhir. Mereka tersenyum melihat Gyura dan Jenevith, sementara Wona sendiri merasakan rasa campuraduk tak menentu arah.

Entah kenapa, saat Maxiem sedang serius, jantungnya semakin berdetak kencang, melihat ketampanan sang suami yang berkali-kali lipat dari biasanya. Pria itu sanggup membuat Wona kagum, sekaligus jatuh cinta tanpa tahu akhirnya di mana. Wona tak mengingat saat-saat Maxiem mengajaknya bercanda, karena di saat-saat seperti ini, pikirannya tengah terhipnotis oleh sikap dewasa Maxiem.

Wona dan Maxiem berbahagia, menikmati acara penobatan dengan senyuman lebar. Sementara itu, Charlos yang duduk di singgasananya mengepalkan tangannya kuat-kuat. Matanya memerah, apalagi melihat Wona dan Maxiem tersenyum di antara tepuk tangan para tamu. Semua suara di sekitarnya membuat Charlos muak sekaligus marah.

Perubahan ekspresi Charlos dibaca oleh Angela. Angela menyentuh punggung tangan sang suami, sembari berpesan, "Tahan emosimu, khusus di hari penobatanku ini."

Peringatan Angela membuat Charlos menarik sebelah sudut bibirnya ke atas. Pria itu menyentuh punggung tangan Angela, kemudian memindahkannya dari punggung tangannya ke kursi Angela sendiri. Dengan senyuman kecut, Charlos memberitahu, "Kau tak perlu mengingatkanku. Aku tahu apa yang harus aku lakukan."

Angela langsung menatap ke depan, sembari berkata, "Oh, ya. Berhubung aku sudah membantumu lepas dari hasrat gilamu itu, kau harusnya memenuhi janji untuk mengabulkan keinginanku."

"Apa yang kau mau?" tanya Charlos.

Angela berkata, "Ubah sifat jelekmu yang sulit diatur dan bertindak semena-mena. Lalu terakhir, berhenti memandangi istri orang lain dengan tatapan mendamba."

Charlos tertawa, dan membalas, "Itu permintaan yang sulit, Putri Mahkota. Mungkin aku akan berubah, jika memiliki istri kuat dan mampu mengendalikanku."

"Sementara kau? Apa yang bisa kau lakukan selain menceramahiku?" tanya Charlos.

Angela ingin membalas, dan Charlos langsung berkata, "Ah... selain menceramahiku kau juga pandai memuaskanku. Bagaimana jika nanti malam kau menyuguhkan dirimu padaku saja?"

"Kau!" Angela hampir menampar Charlos. Namun, sebisa mungkin telapak tangan Angela menyentuh pipi sang suami dengan senyuman tipis. Dia memberitahu, "Apa kau tak bisa menghormatiku sebagai istri dan putri mahkota? Kenapa kau terus menatapku, seolah-olah aku adalah barang pemuas nafsumu?"

Charlos langsung menyentuh tangan Angela. Dia menghentikan gerakan Angela, dengan mata memelotot. Charlos memperingati, "Ya. Aku memang hanya menganggapmu sebagai mainan pemuas nafsuku semata. Jangan pernah bermimpi dihargai sebagai putri mahkota, apalagi istri. Ingat, jika kau dinikahi karena kecelakaan semata!"

Setelah mengatakan hal itu, Charlos langsung berdiri dari singgasananya kemudian pergi dari hadapan Angela. Pria itu lagi-lagi memberi luka di hati Angela, sekaligus penghinaan yang membuat Angela merasa sangat rendah. Pada akhirnya, Angela hanya bisa menatap kosong ke depan.

Di tempatnya saat ini duduk, Angela begitu merasakan kekosongan hati. Sementara di depan matanya, dia melihat Gyura dan Jenevith tersenyum bahagia tanpa memedulikan pandangan orang lain. Mereka pasangan paling dekat, berbanding terbalik dengan Angela dan Charlos yang semakin renggang.

Arah mata kesedihan Angela, bisa dilihat oleh seekor rusa di samping singgasananya. Rusa itu menatap apa yang Angela lihat, kemudian menebak, "Apa kau sedih karena wanita bernama Jenevith itu?"

Angela mengernyitkan kening, lalu melirik ke samping. Dia menggelengkan kepala, lalu membalas, "Tidak, Shia. Kau salah paham. Dia tidak membuatku bersedih. Aku hanya sedih, karena Charlos tak bisa mengubah sikap ketusnya padaku."

Shia langsung menyipitkan mata, dan berkata, "Ada yang aneh di sini. Firasatku tak mungkin salah. Aku yakin, jika wanita itu ditakdirkan sebagai pembawa masalah untukmu, Angela."

"Jika dia bahagia, kau tidak akan bahagia," lanjut Shia.

Angela langsung mengelak, "Itu tidak benar, Shia. Jenevith tak mempunyai hubungan apa-apa dengan kesedihanku. Kenapa kau malah menuduhnya seperti itu?"

Shia langsung membalas, "Apa kau meragukan firasatku?"

Angela menggeleng, dan Shia melanjut, "Kalau begitu percaya pada apa yang aku katakan! Garis takdir kalian saling berlawanan. Kalian tidak akan bisa berada di satu pihak yang sama. Jika iya, salah satu di antara kalian akan menderita."

"Dan lihat ini! Dia berbahagia, tapi kau? Apa kau bahagia?" tanya Shia.

Angela segera berdiri dari singgasananya. Dia lalu berkata, "Sudahlah, Shia. Jangan mengatakan hal yang tidak-tidak. Sekarang aku ingin beristirahat dulu."

Angela pergi, dan Shia masih menetap di tempatnya. Dia menatap tajam ke arah Jenevith, sembari merasakan aura yang terpancar di antara Jenevith dan Gyura. "Aku benar. Ada yang tidak beres di sini. Kenapa perkiraanku terhadap kebahagiaan Angela bisa salah?"

“Semua ini pasti karena wanita itu. Dia membawa energi aneh di dalam tubuhnya, yang tak sesuai garis takdir. Aku harus bertindak memberantas nasib buruk Angela.”

•••
 

••• 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SISI ANTAGONIS #Meanie [Ongoing]⚠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang