12. Niat Terselubung (1)

1.1K 94 2
                                    

Kelopak bunga mawar bermekaran, ketika Wona melangkah menuju mansion keluarga Gyura. Merahnya bunga dan hangatnya sinar mentari membuat Wona menarik sudut bibirnya ke atas. Alih-alih langsung masuk ke kamar barunya, gadis itu memilih untuk mendekat ke arah bunga mawar.

Jari jemarinya perlahan menyentuh embun pada kelopak bunga mawar. Baru setelah itu wajahnya mendekat, untuk mencium aroma bunga mawar di hadapannya. "Bunga mawar bisa mekar sempurna di tempat yang seharusnya."

Maxiem yang berada di belakang Wona mengernyitkan kening. Dia tak mengerti dengan apa yang Wona katakan. Oleh karena itu, Wona mengeluarkan napas panjang dan melirik ke arah Maxiem. "Bunga mawar ini seperti Jenevith."

"Selama ini, bunga mawar itu tumbuh di tempat kotor dan terabaikan. Lalu sekarang, aku akan memindahkannya ke tempat yang seharusnya," jelas Wona.

Perlu beberapa menit bagi Maxiem mencerna ucapan Wona. Sebelumnya Maxiem sama sekali tak tahu secara detail tentang isi novel milik Wona. Dia hanya menyoroti bagian-bagian inti cerita, tanpa tahu masa lalu dan sifat setiap karakter. Lalu sekarang, diam-diam otaknya mulai mencerna dan memproses hal-hal yang terjadi.

Maxiem tahu, jika tokoh Jenevith adalah tokoh yang digambarkan cantik dan memiliki banyak bakat terpendam. Sayangnya, dia tinggal di lingkungan yang membenci dan mengucilkannya. Lalu sekarang, setelah Wona datang dan menerima tawaran menikahi Gyura, lingkungan baru menyambutnya dengan tangan terbuka. Di tempat ini, Wona bebas melakukan apa yang dia mau tanpa kekangan siapa pun. Termasuk Maxiem yang diam-diam tersenyum, memiliki teman untuk berkeluh kesah tentang perannya yang mendadak.

"Semoga semuanya berjalan seperti yang kita harapkan. Aku ingin segera mengakhiri cerita ini, dan kembali dengan selamat," jelas Maxiem.

Wona mengangguk sembari membelai kelopak bunga mawar, tanpa berniat mengambil kelopaknya. Sudut bibirnya terangkat ke atas, memancarkan senyuman yang membuat hati Maxiem menghangat. Diam-diam, arah mata Maxiem tertuju pada cerahnya senyuman Wona yang berada di bawah sinar mentari.

Matahari menerangi indera penglihatan Maxiem, untuk menyaksikan kecantikan yang memancar dari Wona yang tengah tersenyum. Detak pada jam melambat, bersamaan dengan detak jantung Maxiem yang berdetak kencang. Sadar atau tidak, jari jemari Maxiem menyentuh dadanya sendiri. Sudut bibirnya ikut melengkung ke atas, menyaksikan keindahan gadis yang akan menjadi istri Gyura.

Senyuman Maxiem baru membuyar, ketika terdengar suara pengawal istana ke depan mansionnya. Para pengawal keluarga Gyura jelas menentang masuknya para pengawal. Hingga akhirnya Maxiem dan Wona berjalan untuk memeriksa apa yang terjadi.

"Ada apa ini? Apa maksud dan tujuan kalian datang ke tempat ini?" tanya Kepala pelayan. Kepala pelayan takut para pengawal akan membuat keributan hanya untuk menangkap Gyura. Namun ternyata, setelah datang para pengawal itu malah memberitahu, "Kami dengar Nona Jenevith sekarang tinggal di rumah ini. Jadi kami datang ke sini untuk menjemputnya ke istana."

Maxiem mengernyitkan kening, lalu bertanya, "Menjemputnya ke istana? Memangnya ada  keperluan apa, sampai dia harus dibawa ke istana?

Salah satu pengawal mengepalkan tangannya yang ada pada pedang miliknya. Ingin rasanya dia mengeluarkan pedang dan menangkap monster di hadapannya. Namun, karena ini adalah wilayah Gyura, mau tak mau dia harus menahan diri jika tak ingin ditangkap.

"Nona Jenevith telah berhasil menyelamatkan Tuan Julian dari kematian, oleh karena itu... hari ini Nona Jenevith dipanggil ke Istana untuk diwawancarai lebih jauh tentang pengobatan yang dilakukannya," jelas pengawal istana.

Wona mengernyitkan kening, sementara Maxiem yang tak tahu apa-apa dibuat kebingungan. Dia melirik ke arah Wona, hingga akhirnya Wona mengeluarkan napas panjang. Sebenarnya Wona tak ingin ikut campur lebih jauh tentang masalah ini. Namun, karena ulah Maxiem yang tiba-tiba menjadi Gyura dan membuat Julian kaget hingga menyentuh bunga beracun, akhirnya Wona memutuskan untuk turun tangan dan menyelesaikan apa yang telah dia perbuat.

"Baiklah, aku akan memenuhi panggilan istana, dengan syarat... masalah ini tak boleh diperpanjang, dan jangan menyalahkan Gyura untuk hal ini lagi," jelas Wona.

Pada akhirnya Wona memutuskan untuk pergi memenuhi panggilan istana. Dia berpamitan pada Maxiem, dan Maxiem hanya bisa mengusap tengkuknya sendiri. Matanya melihat Wona pergi dikawal pengawal istana, ditambah lagi dengan pengawal rumah keluarga Gyura.

Para pengawal pergi, dan seorang pengawal istana sempat memberitahu masa lalu Jenevith pada pelayan keluarga Gyura, hingga akhirnya munculah gosip baru yang menggetarkan kepercayaan para pelayan terhadap Wona.

"Dulu Nona Jenevith adalah seorang penggoda ulung!"

"Dia lahir dari rahim seorang selir kedua!"

"Lalu sekarang dia menjadi wanita penyelamat yang berniat melepas kutukan Tuan Gyura!"

"Memangnya dia bisa melakukannya? Bagaimana jika dia sebenarnya sudah tak suci, dan setelah menikah nanti, kutukan Tuan Gyura tidak terlepas?!"

"Bagaimana kita bisa menikahkan Tuan Gyura dengan j*alang ini?!"

Para pelayan sibuk bergosip, hingga terdengar di telinga Nyonya Gloria. Wanita paruh baya itu terkejut mendengar bisikan para pelayan. Apalagi setelah menyadari jika Wona dengan mudahnya mau menerima lamaran menikah, dengan monster seperti Gyura. Mendadak wanita paruh baya itu menjadi cemas, hingga menghampiri orang yang dia anggap Gyura.

"Tuan muda, bukannya saya tak percaya pada pilihan Anda, tapi apakah Anda yakin jika wanita it---"

Belum sempat Nyonya Gloria menghentikan pertanyaannya, Maxiem sudah lebih dulu memotong, "Apa kau juga percaya pada rumor yang tiba-tiba ditebarkan pengawal istana mengenai calon istriku?"

Nyonya Gloria mengernyitkan kening, tanpa jawaban. Namun, meskipun bibirnya terkunci rapat, Maxiem mengetahui jawabannya. "Para pengawal itu datang ke sini untuk membawa calon istriku pergi ke istana, setelah dia berhasil menyelamatkan nyawa salah satu anak bangsawan."

"Tapi diam-diam, mereka menebarkan rumor masa lalu jelek mengenai calon istriku. "

"Aku jadi khawatir jika niat mereka membawa calon istriku ke istana, dengan niat yang tidak baik," pikir Maxiem.

Nyonya Gloria terbungkam rapat, takut untuk salah berkata dan menyakiti hati Gyura. Apalagi akhir-akhir ini, Gyura yang biasanya berkata lembut dan penuh kesopanan tiba-tiba mengubah nada bicaranya, dengan tindakan yang berubah juga.

"Tuan muda, maafkan saya jika ucapan saya melukai hati Anda. Saya tak bermaksud merendahkan pilihan Anda, saya hanya---"

Biasanya Gyura akan berbesar hati memaafkan kesalahan yang dilakukan Nyonya Gloria. Namun, belum sempat wanita itu mengakhiri ucapannya, Maxiem sudah lebih dulu berkata, "Kau boleh memikirkan apa pun yang kau mau, itu hakmu. Begitu pula dengan aku. Aku bebas memikirkan apa pun, ataupun mempercayai calon istriku sendiri."

Setelah mengatakan hal itu, Maxiem berbalik menuju gerbang mansion. Monster itu pergi dari mansion, tanpa berbalik ataupun berpamitan pada kepala pelayan. Hal ini membuat Nyonya Gloria mengernyitkan kening, sembari berkata, "Anda mau pergi ke mana Tuan?"

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SISI ANTAGONIS #Meanie [Ongoing]⚠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang