Absen emoji bulannya di sini🌕:
Gak ada yang komen emoji bulan, gak ada chapter baru
•••
Maxiem menjawab, "Aku tak akan memaksamu, aku hanya ingin mengutarakan keinginanku saja."
Wona mengeluarkan napas panjang, lalu membalas, "Keinginanku saat ini hanya kau menjaga mulutmu, untuk tidak mengatakan hal yang berhubungan dengan ritual tadi malam. Jika kau mengatakannya, aku tak akan mau memberinya lagi."
Ucapan Wona malah membuat kedua gigi taring Maxiem muncul, dengan seringainya. Pria itu mencubit pelan hidung Wona, kemudian berkata, "Jadi kau bahkan sudah memiliki rencana untuk bermalam bersamaku lagi?"
"Padahal aku---" Belum sempat Maxiem mengakhiri ucapannya, Wona sudah lebih dulu memukulnya dengan bantal. Wanita itu menjauhkan diri dari Maxiem, kemudian memerintah, "Sudahlah jangan banyak bertanya! Lebih baik kau segera mandi!"
Maxiem tersenyum, kemudian menarik selimut dan bertanya, "Jika aku pergi ke kamar mandi dengan selimut ini? Bagaimana denganmu? Apa kau tidak masalah, tela---"
Wona menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Dia berkata, "Kau kan bisa memakai baju lebih dulu! Jangan banyak alasan dan cepat pergi!"
Maxiem menggeleng-gelengkan kepala lalu menjawab, "Tadi malam kau menangis karena tidak ada aku, sekarang kau memarahiku dan mengusirku. Terkadang aku tak mengerti isi pikiranmu, Kak Won."
Wona menjawab, "Aku hanya menyuruhmu mandi, Maxiem!"
Maxiem tertawa sembari mengenakan bajunya kembali. Pria itu pergi ke kamar mandi, meninggalkan Wona yang merasakan pipinya memanas dengan detak jantung berdetak kencang. Padahal Wona tengah merasa jengkel dengan tingkah laku Maxiem yang terkadang menyebalkan. Namun di sisi lain, ada sebuah kenyamanan yang membuat Wona betah berada di dekat Maxiem.
Diam-diam Wona menarik sudut bibirnya ke atas. Wanita itu menyibak rambutnya kemudian menyentuh bahunya sendiri. Hanya dalam hitungan detik, Wona mengingat ketika bibir Maxiem menjelajah untuk memberinya tanda cinta. Perlakuan pria itu membuat Wona salah tingkah, dan tersenyum sendiri seperti orang gila. Rasanya Wona kehilangan jati diri kakak tingkat cueknya, menjadi seorang istri yang tengah mabuk cinta suaminya.
"Aku bisa gil*, jika terus menerus berada di sini. Apalagi di sisi Maxiem."
•••
Sesuai keinginan Wona, setelah mandi dan keluar kamar Maxiem tak sedikit pun mengungkit mengenai ritual pelepasan yang telah dia lalui bersama Wona. Ketika keluar dari kamar, para pelayan yang tengah membereskan pernak-pernik mansion langsung memelototkan mata. Mereka mengucek-ngucek mata mereka beberapa kali, sembari bertanya-tanya pada orang di sekeliling mereka.
Tepat di depan mereka, sang Tuan yang biasanya berwujud monster di siang hari, kini berubah menjadi pria tampan berkulit tan dengan senyuman tipis. Cahaya matahari tak lagi menjadi ketakutan terbesarnya. Dibanding menjadi musuh, cahaya matahari justru semakin membantu orang-orang untuk melihat jika Gyura telah terbebas dari kutukannya.
"Tuan Gyura telah kembali menjadi manusia normal! Sekarang dia tidak lagi dikutuk!"
"Lihatlah itu! Tuan Gyura sangat tampan, meskipun berada di bawah cahaya matahari pagi!"
"Sepertinya kutukan Tuan Gyura memang benar-benar sudah terlepas!"
"Ini semua pasti berkat ritual bulan purnama yang sudah selesai Tuan Gyura lakukan!"
"Tuan Gyura terlihat sangat bahagia, ini semua pasti karena Nyonya Jene."
"Kita benar-benar berdosa karena pernah membicarakan hal yang tidak-tidak tentang Nyonya Jene."
"Ternyata Nyonya Jene memang masih suci, sampai Tuan Gyura merenggut mahkotanya dan kembali menjadi manusia normal."
Tanpa satu kata pun yang terucap dari bibir Maxiem dan Wona, para pelayan mansion sudah tahu apa yang terjadi di antara keduanya. Maxiem lalu disibukkan oleh persiapan penjagaan acara penobatan. Sementara Wona sendiri memutuskan untuk mengamati satu persatu tugas yang dilakukan pelayan.
Meskipun rasa sakit masih terasa di bawah tubuhnya, tetapi obat yang diberikan kepala pelayan mulai membuatnya kembali berjalan dengan normal. Wanita itu berniat melaksanakan tugasnya, tetapi langkahnya terhenti ketika melihat buku yang pernah dia temukan bersama Maxiem.
"Loh? Bukannya ini buku..." Tanpa banyak berpikir, Wona segera membuka buku itu. Matanya mulai memperhatikan satu persatu tulisan yang ada di buku, sampai matanya memelotot ketika jemarinya menemukan sebuah hal yang membuatnya merasa janggal.
"Kenapa bisa seperti ini?!"
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
SISI ANTAGONIS #Meanie [Ongoing]⚠
ParanormalGara-gara burung, Wona masuk ke dunia novel fantasi berating 18+ dengan peran antagonis wanita. Untuk kembali ke dunia aslinya, Wona harus menjalankan perannya sampai akhir bab novel. Namun, di setiap bab, sang antagonis selalu mendapatkan penyiksaa...