38. Tanpa Rahasia (1)

170 30 0
                                    

Acara penobatan Angela sebagai Putri Mahkota diadakan secara meriah di istana. Tak ada rakyat biasa yang tahu, penyebab asli dipilihnya Angela sebagai Putri Mahkota. Orang-orang yang melihat hanya menduga, jika Angela dipilih berdasarkan prestasi dan kebaikan yang selalu dia lakukan pada para rakyat. Oleh karena itu, tidak ada yang curiga dengan naiknya Angela sebagai putri mahkota.

Setiap sudut istana dijaga ketat oleh bawahan Gyura. Maxiem memastikan jika keamanan yang dia buat bisa melindungi acara penobatan, hingga acara penobatan Angela berlangsung lancar tanpa satu pun hambatan. Semua alam merestui penobatan Angela, termasuk Charlos yang memasang topeng pangeran mahkota berwibawa.

Di hadapan semua orang, Charlos tersenyum menunjukan lesung pipinya. Jari jemarinya menggenggam tangan Angela, hingga Angela naik ke singgasana dengan mahkota terpasang di atas kepala. Semua rakyat bersorak gembira, termasuk Wona yang ikut menonton bersama Maxiem.

Di samping Maxiem, sudut bibir Wona terangkat ke atas. Matanya berbinar-binar, melihat mahkota yang terpasang di atas kepala Angela, bersamaan dengan genggaman tangan Charlos pada tangan Angela.

Maxiem yang melihat Wona tersenyum, ikut menarik sudut bibirnya ke atas. Pria itu menyilangkan tangan di depan dada, kemudian berkata, "Tampaknya kau adalah orang yang paling bahagia dengan pernikahan mereka."

Wona langsung menganggukkan kepala, tanpa memalingkan wajahnya dari Angela ataupun Charlos. Dia membalas, "Tentu saja bahagia. Sebagai pembaca yang mengikuti kisah mereka dari awal, aku sangat senang melihat dua pemeran yang aku sukai bisa bersama."

"Meskipun kau tahu sifat asli iblis Charlos seperti apa?" tanya Maxiem sembari menarik sebelah sudut bibirnya ke atas.

Wona lagi-lagi menganggukkan kepala. Dia berkata, "Charlos bersifat seperti itu karena dia tak memiliki orang tulus di sampingnya. Setelah memiliki Angela, aku yakin sifatnya akan berubah sedikit demi sedikit."

Maxiem tiba-tiba tersenyum setelah mendengar apa yang Wona ucapkan. Dia lalu berkata, "Kau terlihat kritis ketika membaca aturan pengenalan mahasiswa baru. Tapi soal cerita romantis? Dirimu terlalu naif, Kak Won."

Wona langsung menatap tajam ke arah Maxiem, lalu membalas, "Aku mengatakan hal ini karena aku tahu akhir cerita mereka seperti apa. Tapi kau? Kau hanya membacanya sekilas, dan sudah berkomentar menyebalkan."

Maxiem menutup mulutnya dan mengangguk-anggukkan kepala. Setelah melihat Wona kembali menatap ke arah Angela dan Charlos, Maxiem langsung berkata, "Wah, sekarang aku jadi semakin yakin, jika kau memang benar-benar pemilik novel yang tak sengaja aku jatuhkan ke kolam."

Wona langsung terdiam, menyadari jika dirinya dulu pernah menyembunyikan fakta ini dari Maxiem. Namun sekarang? Semua rahasia-rahasia Wona sudah tak memiliki harga diri di depan Maxiem. Maxiem bahkan terang-terangan mengatakan pada semua orang jika Wona sudah menjadi miliknya, dan bahkan bermalam bersama.

"Tutup mulutmu," peringat Wona.

Peringatan keramat yang diucapkan Wona dengan tatapan tak bersahabat membuat Maxiem tersenyum. Pria itu tiba-tiba menggenggam tangan Wona, dan menarik Wona untuk pergi ke aula istana. "Baiklah. Sekarang sudahi wajah jutekmu itu, dan mari kita melakukan hal lain dibanding memperhatikan kedua tokoh utama yang baru menikah."

"Apa... apa... yang mau kau lakukan?! Kau mau membawaku ke mana?" tanya Wona bingung.

Senyuman Maxiem membuat Wona dibuat mengernyitkan kening. Wona bingung dengan apa yang akan Maxiem lakukan, sementara Maxiem sendiri benar-benar membawa Wona ke tengah aula. Tanpa banyak bicara, Maxiem langsung menutup rapat bibirnya. Pria itu berbicara lewat gerakannya, yang melepas tangan Wona, membungkuk kepada Wona, dan menjulurkan tangannya untuk mengajak Wona berdansa di tengah ratusan pasangan lainnya.

Telapak tangan Maxiem berada di depan Wona. Pria itu menarik sudut bibirnya ke atas, hingga kedua lesung pipinya menunjukan diri. Sementara itu, Wona berdiri di hadapannya dengan kening mengernyit. Wona ragu untuk meletakan telapak tangannya di tangan Maxiem, hingga akhirnya Maxiem berkata, "Aku tak tahu bagaimana dialog mengajak berdansa seperti di film-film, jadi intinya ayo berdansa."

Wona menundukkan kepala sembari menggigit bibir bawahnya sendiri. Dia sudah sering membaca narasi di mana pasangan kesukaannya berdansa bersama. Namun sekarang? Entah kenapa Wona malah merasa gugup. Dia takut dirinya melakukan kesalahan di depan semua orang. Terlebih lagi, dirinya dan Maxiem tengah menjadi pusat perhatian. Jika Wona melakukan kesalahan, sudah pasti dirinya akan mempermalukan status panglima istana.

"Aku... tidak pandai berdansa," gumam Wona.

Maxiem tersenyum kikuk dan memalingkan wajahnya ke arah lain. Dia melihat bagaimana para pria memperlakukan pasangannya saat berdansa, hingga akhirnya dia memberitahu Wona dengan suara rendah, "Aku juga tak tahu, jadi kita sama sama belajar sembari mengintip yang lain saja."

Setelah mengatakan hal itu, Maxiem tersenyum dan tertawa kecil. Dia memberikan sedikit bumbu keberanian kepada Wona, hingga akhirnya Wona menyentuh tangannya dan menerima ajakan Maxiem dengan senyuman tipis. Dia sedikit tersentak, ketika Maxiem langsung melingkarkan tangannya di pinggang Wona, kemudian menariknya untuk semakin mendekat dengan tubuh Maxiem.

Kedua pasang mata mereka kembali bertemu. Di pantulan bola mata Maxiem, Wona bisa melihat bayangan seorang wanita bermata rubah dengan mata berbinar. Jemari Maxiem membimbing pinggang Wona untuk mengikuti langkahnya, begitu juga dengan kakinya yang melangkah lembut menyesuaikan dengan gerakan kaki Wona.

Di tengah aula, keduanya menjadi pusat perhatian seluruh tamu undangan. Mereka tak terganggu dengan gerakan keduanya yang terkadang terlalu lambat dibanding tempo lagu. Namun, sorot mata dan gerakan keduanya yang searah, membuat para tamu undangan terkesan dan memberi keduanya tempat untuk berdansa sepuas hati.

Tamu undangan bergosip, "Siapa Pria yang bersama Nyonya Jene? Apa Gyura tahu, jika istrinya tengah berdansa dengan pria tampan?"

"Jaga mulutmu! Orang yang tengah berdansa adalah Tuan Gyura!"

"Loh, bukannya Gyura itu monster? Sekarang kenapa pria itu bisa berubah menjadi pria tampan?"

"Aku dengar kutukan Tuan Gyura sudah lepas."

Bisikan para tamu undangan memenuhi aula. Ada yang tidak percaya, ada yang mengagumi wajah tampan Gyura, ada juga yang terfokus pada pesona suaminya sendiri. Termasuk Wona, yang saat ini tengah menari, tetapi pikirannya sendiri fokus menatap ke arah senyuman hangat Maxiem.

Selama ini Wona bermimpi, menjadi protagonis wanita yang memiliki pria tampan kaya raya yang berwibawa. Namun, dirinya tak pernah berharap lebih, akan mendapatkan pria impiannya seperti itu di dunia nyata. Sementara di sini? Wona mendapatkan teman hidup yang melakukan segala hal, hanya untuk memenuhi keinginan Wona.

Maxiem mungkin bukanlah pria sempurna. Dia takut burung, senang berbicara tanpa berpikir, tak tahu malu, dan juga mesum. Namun, di balik semua kekurangan yang Maxiem miliki, Wona merasa nyaman bisa berdampingan dengan sang suami. Bersama Maxiem, Wona tak takut melangkah sendirian di alur novel ini.

Maxiem membantu tubuh Wona berputar. Satu kali putaran membuat Wona tersenyum, dua kali putaran hampir membuat Wona pusing, dan putaran terakhir Maxiem menarik Wona ke pelukannya. Keduanya bernapas terengah-engah, dengan detak jantung berdetak kencang.

Wona tersenyum tipis, tetapi dirinya langsung menunundukkan kepala. Wona tak mau Maxiem melihat wajah salah tingkahnya dengan rona merah di wajah. Namun, Maxiem tak ragu menyentuh dagu Wona untuk membuat kedua mata mereka bertemu.

"Tunggu, ada satu gerakan yang tertinggal," bisik Maxiem.

Wajah Maxiem mendekat ke arah Wona. Pria itu semakin memperkikis jarak di antara keduanya, hingga Wona meremas kemeja bagian dada sang suami. Dengan wajah yang semakin memerah, Wona bertanya, "Ge... gerakan apa?"

Pertanyaan Wona dijawab dengan kecupan lembut di kening. Tepat di hadapan semua orang, Maxiem tak ragu menjatuhkan bibirnya pada kening sang istri. Pria itu membuat rona merah di wajah Wona semakin memerah. Wona merasa malu, sekaligus bahagia. Jantungnya berdetak kencang, dan pipinya memanas karena senang.

"Sudah selesai," gumam Maxiem.

•••

SISI ANTAGONIS #Meanie [Ongoing]⚠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang