25. Kecapan Manis (1)

639 58 1
                                    

Pagi hari dimanfaatkan Wona untuk mempelajari tugasnya sebagai Nyonya pemilik mansion Gyura. Sementara itu, Maxiem diarahkan ke belakang mansion untuk melatih para pengawal, sekaligus mempersiapkan para pengawalnya untuk mengikuti perang.

"Perang? Perang apa?" tanya Maxiem bingung.

Salah satu pengawal berkata, "Benar kata Nyonya Gloria, sepertinya ingatan Anda terganggu karena obat yang diberikan penyusup s*alan itu."

"Tapi tidak masalah, saya akan menjelaskan semua yang Anda ingin ketahui."

"Perang yang saya maksud adalah perang yang biasa terjadi untuk menaklukan wilayah musuh, demi kerajaan Starheav---"

Belum sempat sang pengawal mengakhiri ucapannya, Maxiem sudah lebih dulu tertawa dan berkata, "Yang benar saja! Untuk apa aku berperang demi kerajaan s*alan ini! Kerajaan ini menatapku dengan menjijikan, dan menganggapku seorang monster! Mana sudi aku mempertaruhkan hidupku untuk membela kerajaan ini!"

Pengawal langsung membalas, "Tapi Tuan... dulu Anda berkata, ingin ikut perang untuk membuktikan jika Anda monster yang bermanfaat untuk kerajaan ini. Dengan kemenangan Anda, siapa tahu semua warga tidak menganggap Anda monster menakutkan dan mulai menghormati Anda."

Maxiem langsung menarik sebelah sudut bibirnya ke atas. Dia menjawab, "Hah? Yang benar saja. Aku tak percaya para warga sombong itu akan berpikiran seperti itu, setelah melihatku mengamuk karena obat."

"Pokoknya aku tak sudi membela mereka," ucap Maxiem.

Sang pengawal mengeluarkan napas panjang, lalu mengingatkan, "Tuan, apa Anda juga melupakan pesan Ayah tuan sebelum meninggal?"

Maxiem mengernyitkan kening. "Ayah? Ayahku? Apa dia monster juga?"

Sang pengawal menggelengkan kepala, lalu memberitahu, "Ayah Anda seorang panglima kerajaan ini. Dia selalu berbakti pada kerajaan, dan berharap Anda juga begitu."

"Semua biaya mansion ini, diam-diam disalurkan oleh istana atas bantuan Ayah Anda," jelas sang pengawal.

Maxiem mengernyitkan kening, lalu berkata, " Hmm. Ayahku memiliki jasa pada istana ini, tapi warga di sini menganggapku monster karena wujud mengerikan ini."

"Apa ini juga bagian yang harus aku lalui, untuk mencapai akhir cerita?" gumam Maxiem.

Ketika Maxiem tengah berpikir, tiba-tiba seekor buruk gagak hinggap di lengannya. Maxiem yang awalnya masih berpikir tak menyadarinya. Namun, ketika matanya melirik ke lengannya, dan menemukan burung gagak yang memiringkan kepalanya ke depan Maxiem, Maxiem langsung berteriak dan menggerak-gerakan lengannya.

"S*alan! Menjauhlah dariku!" teriak Maxiem.

Maxiem ketakutan, dengan teriakan yang mengencang. Sementara itu, sang burung gagak masih tetap setiap mendekatinya. Burung itu berusaha memberi Maxiem kode untuk melirik ke belakang, tetapi Maxiem tetap berjerit sembari menggoyang-goyangkan tubuh besarnya. "Tidak! Jangan hinggap di tubuhku! Sana pergi! Sana!"

Maxiem tetap bergerak mengusir burung, sementara sang burung tiba-tiba hinggap di atas kepalanya. Spontan, Maxiem menggunakan tangannya untuk memukul burung itu. Dan burungnya segera terbang, hingga tangan Maxiem memukul kepalanya sendiri.

"S*alan!"

Teriakan Maxiem memancing Kepala pelayan untuk menghampiri belakang mansion. Wanita itu mempertanyakan apa yang terjadi. Namun, ketika melihat burung gagak terbang sembari menunjuk-nunjuk ke belakang Maxiem, wanita itu langsung tersenyum. "Tuan, kenapa Anda panik?"

"Lihatlah burung itu! Dia adalah burung yang pernah Anda tolong!"

"Sekarang dia datang kepada Anda, untuk memberi Anda hadiah terima kasih!" peringat Nyonya Gloria.

SISI ANTAGONIS #Meanie [Ongoing]⚠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang