Maxiem mengangguk, sembari memundurkan langkahnya ke belakang. "Baik. Baik. Rupanya kau sedang cemburu. Aku janji, tidak akan sembarang menunjukkan perut indahku pada orang lain."
"Maxiem! Tutup mulut!" perintah Wona.
Maxiem mengangguk, dan keduanya berjalan ke mansion tanpa melepas pelukannya. Keduanya terus menempel, dan para pelayan segera menggunakan payung untuk melindungi keduanya. Tetesan air hujan terus berjatuhan, dan Maxiem diam-diam tersenyum menunjukkan gigi taringnya, ketika dia melihat Wona menyembunyikan wajahnya di depan dadanya.
"Kau ternyata bisa bersikap menggemaskan selain di atas ranjang juga, Kak Won," bisik Maxiem dan langsung mendapatkan cubitan di perut.
"Baik-baik! Sekarang aku tidak akan macam-macam dengan wanita bermulut pedas ini," gerutu Maxiem.
Akhirnya Wona membawa Maxiem ke depan kamar keduanya, kemudian mengambil kain yang berikan pelayan. Wanita itu bergegas mengelap air hujan yang jatuh ke tubuh sang suami, meskipun Maxiem sibuk menyilangkan tangan di depan dada, sembari memalingkan wajahnya ke arah air yang berjatuhan dari atas genting.
Wona menarik dan mengeluarkan napas panjang. Dia membungkus tubuh Maxiem dengan handuk, lalu berkata, "Kau ingin langsung mandi, atau makan siang dulu?"
Maxiem tak menjawab, dan Wona berkata, "Aku bertanya, Maxiem."
Maxiem menjawab, "Kau bilang aku harus tutup mulut, sebelum terkena cubitanmu itu."
Wona merotasikan mata, dan berkata, "Kau marah hanya karena aku mencubitmu?"
Maxiem menjawab, "Tidak hanya ini. Padahal hari ini aku tengah memamerkan kekuatan dan tubuh indahku. Tapi kau malah membawaku ke sini, lalu mencubitku."
"Maafkan aku. Aku tak akan melakukannya jika kau tidak berlagak, dan berbicara asal," jawab Wona.
Maxiem mengeluarkan napas panjang, lalu bertanya, "Kau... kenapa kau menatapku dengan mata berkaca-kaca... sebelum memelukku?"
Wona memberikan liontin yang diberikan Nyonya Gloria pada Maxiem. Maxiem memelototkan mata, sembari menepuk keningnya sendiri. "Astaga! Aku melupakan liontin ini! Harusnya aku memberikan liontin ini padamu, setelah kita mengucapkan janji suci pernikahan!"
"Tapi karena Charlos S*alan, aku melupakan hal ini! Maafkan aku, Kepala pelayan mengatakan jika ini adalah barang berharga peninggalan Ayah Gyura, tapi aku malah melupakannya begitu saja," jelas Maxiem.
Wona bertanya, "Apa kau sudah mengetahui siapa orang tua Gyura?"
Maxiem mengangguk dan menjawab, "Tentu saja. Ayahnya Panglima perang, lalu ibunya... dia wanita biasa yang meninggal setelah melahirkan bayi terkutuk?"
Wona membalas, "Ibu Gyura sebenarnya adalah Ratu. Dia... berselingkuh dengan Panglima perang istana. Oleh karena itu, Gyura lahir terkutuk."
Maxiem langsung menutup rapat bibirnya, tanpa mengedipkan matanya. Pria itu mematung di tempat, dan Wona segera menggapai tangannya dan berkata, "Jangan khawatir. Ini hanya peran Gyura, dan aku tak akan membiarkan warga membencimu lebih lama lagi. Kita berusaha meyakinkan mereka untuk menjadi teman, mengerti?"
Wona khawatir Maxiem kaget dengan perannya, tetapi setelah mencerna semuanya sudut bibir Maxiem tiba-tiba tertarik ke atas. Pria itu tertawa sembari menggenggam erat tangan Wona. Dia lalu memberitahu, "Astaga. Pantas saja si Pengecut Charlos terus menggangguku, ternyata dia takut aku akan menjadi ancaman takhtanya nanti."
"Setelah dipikir-pikir... Gyura ini ternyata benar-benar istimewa. Dia memiliki Ayah panglima perang yang kuat, Ibu seorang Ratu, lalu tubuh monster yang sangat kuat juga! Selain itu... dia memiliki banyak harta, dan istri yang cantik plus menggoda... untuk apa aku khawatir?" tanya Maxiem.
Wona tak mengerti isi pikiran Maxiem, tapi yang pasti dia tak ingin merusak isi novel Sisi Pangeran Mahkota, hanya karena tahu Gyura adalah saudara Charlos. Wona mengingatkan, "Syukurlah kau tak keberatan dengan status ini, tapi Maxiem... tolong... lebih baik kau tak berurusan dengan istana dan Charlos. Dibanding memedulikan mereka, lebih baik kita fokus pada rakyat istana."
Maxiem tersenyum, dan menganggukkan kepala. "Aku tahu, dan aku juga menginginkan akhir cerita yang damai. Sebisa mungkin, aku akan mengikuti perang, dan membawa kemenangan untuk melindungi rakyat kerajaan ini."
Wona mengeluarkan napas lega, lalu mengusap lembut pipi Maxiem. Dia mengangguk, dan berkata, "Ya. Kau pasti bisa. Aku percaya kau bisa melakukannya."
Diam-diam sudut bibir Maxiem terangkat ke atas. Dia mendekat ke arah telinga Wona, lalu berbisik, "Katanya... di kerajaan ini ada sebuah kebiasaan... jika sebelum perang... sang istri akan memberikan kecupan pada sang suami. Apa kau tidak akan memberikannya padaku juga?"
Wona mendorong Maxiem untuk menjauh dari hadapannya. Setelah itu dia berkata, "Nanti saja! Kenapa kau menagihnya sekarang?"
"Aku kan sudah berlatih, setidaknya berikan aku satu kecupan saja," pinta Maxiem sembari menepuk-nepuk bibirnya dengan satu jari.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
SISI ANTAGONIS #Meanie [Ongoing]⚠
ParanormalGara-gara burung, Wona masuk ke dunia novel fantasi berating 18+ dengan peran antagonis wanita. Untuk kembali ke dunia aslinya, Wona harus menjalankan perannya sampai akhir bab novel. Namun, di setiap bab, sang antagonis selalu mendapatkan penyiksaa...