11. Lamaran Untuk Kutukan (1)

1.2K 101 1
                                    

Beberapa jam sebelum lamaran:

Setelah dibawa pulang para pengawal, Maxiem hanya menutup mulut dengan tatapan kosong. Otaknya masih belum bisa menerima apa yang terjadi pada dirinya. Apalagi ketika mentari terbit dan tubuhnya kembali dipenuhi bulu. Sungguh, semua yang terjadi di depan matanya masih belum bisa diterima oleh akal sehatnya sendiri.

"Tuan, kenapa Anda diam saja? Bukannya Anda sudah menemukan calon istri?" tanya Kepala pelayan sembari mengantarkan Maxiem masuk ke mansion.

Bukannya menjawab, Maxiem malah mengeluarkan napas panjang. Langkah kakinya terhenti, dan matanya melirik ke sekelilingnya. Tepat di hadapannya berdiri mansion kokoh yang dikelilingi oleh berbagai macam tanaman. Mulai dari bunga mawar, pohon-pohon tinggi khas hutan, beserta dengan tanaman-tanaman merambat pada tembok.

"Ini seperti dunia dongeng," pikir Maxiem.

Gumaman Maxiem didengar oleh Kepala pelayan. Wanita itu kembali memanggil, "Tuan?"

Maxiem melirik ke arah kepala pelayan, lalu kepala pelayan itu kembali bertanya, "Apa yang Anda pikirkan? Kenapa Anda terus melamun? Apa ada masalah dengan calon istri Anda?"

Maxiem tak ingin mengungkap isi pikirannya pada orang asing yang masih dia waspadai. Dibanding terus diinterogasi, Maxiem memilih untuk menggelengkan kepala dan menolak berbicara lebih lanjut. Dia meminta kepala pelayan untuk mengantarnya memasuki mansion, sembari beradaptasi dengan lingkungan di sekelilingnya.

Awalnya Maxiem masih fokus memandangi pernak-pernik unik yang berada di tempat tinggal barunya. Sementara itu, kepala pelayan mulai bercerita tentang sibuknya para pelayan, setelah mendengar kabar jika Gyura akan menikah. Mereka merestui Gyura menikah dengan Jenevith, tanpa tahu rumor yang beredar tentang Jenevith.

"Sebisa mungkin kita harus mengadakan acara lamaran hari ini juga, Tuan! Kita tak bisa menunggu waktu lebih lama lagi untuk menangkal kutukannya! Apalagi Anda sudah menemukan calon istri!" jelas Kepala pelayan.

Ucapan Kepala pelayan kembali membuat Maxiem berhenti berjalan. Dia mengernyitkan kening, lalu berkata, "Apa? Jadi maksud pernikahan ini adalah untuk menangkal kutukan?"

Kepala pelayan ikut berhenti berjalan, dan mengernyitkan kening. Nada bicara dan cara bertindak Gyura tiba-tiba berubah. Wanita itu melirik ke arah Gyura lalu bertanya, "Tuan? Apa... Anda merasa ada yang aneh dengan diri Anda kembali? Dulu Anda sempat hilang kendali, dan sekarang Anda lupa ingatan?"

Maxiem tersenyum canggung. Jika dia mengatakan dirinya bukan Gyura, sudah pasti Kepala pelayan akan panik dan langsunppppg membuat keributan di mansion besar ini. Sebisa mungkin dirinya mencoba untuk tetap tenang, dan berpura-pura menyentuh keningnya sendiri. "Sepertinya begitu. Akhir-akhir ini kepalaku memang terasa pening."

Kepala pelayan mengeluarkan napas panjang, lalu berkata, "Sepertinya kita harus mendatangi tabib untuk memeriksa kondisi Anda Tuan. Terlebih lagi Anda sebentar lagi akan menikah. Kita harus mempercepat tanggalnya, agar Anda bisa bebas dari kutukan ini secepatnya."

Maxiem mengeluarkan napas panjang lagi dan lagi. Lalu Kepala pelayan membalas, "Tenang saja Tuan. Asalkan Anda berhasil mendapatkan darah suci calon istri Anda di malam pertama, saya pastikan Anda akan terbebas dari kutukan ini untuk selamanya."

"Darah suci? Apa maksudnya? Apa... aku harus mengisap darah calon istriku?" tanya Maxiem.

Kepala pelayan dengan tenang menjawab, "Sepertinya Anda benar-benar melupakan apa yang pernah saya katakan."

"Anda tak perlu mengisap darahnya. Anda hanya tinggal menghabiskan satu malam untuk bercinta, sekaligus mengambil keperawanan istri Anda," jelas Kepala pelayan.

Seketika mata Maxiem memelotot sempurna. Maxiem langsung menyentuh keningnya sendiri dan berkata, "Yang benar saja! Siapa orang waras yang mau bercinta dengan seorang monster?!"

"Bagaimana bisa Kak Wona menyerahkan dirinya pada seorang monster? Apa dia sudah tak waras?! Ini tidak bisa terjad---"

Belum sempat Maxiem mengakhiri gerutuannya, kepala pelayan sudah menatapnya dengan tatapan heran. Begitu pula dengan para pelayan yang tengah membereskan mansion. Mereka menatap Maxiem beberapa detik, sebelum akhirnya menunduk dan melanjutkan pekerjaannya.

Hal ini membuat Maxiem melirik ke arah vas bunga, dan menatap bayangannya sendiri. Dia baru sadar, jika sekarang dia adalah monster yang telah dimaki-maki dirinya sendiri. Maxiem benar-benar kebingungan. Dia tergagap, dan kepala pelayan langsung menenangkan, "Tuan? Sebaiknya Anda beristirahat, sebelum mendatangi rumah calon istri Anda untuk melamar."

Maxiem langsung menggelengkan kepala dan menjawab, "Tidak. Aku tidak butuh istirahat. Aku lebih membutuhkan bicara dengan Kak Wona saat ini."

"Kak Wona? Siapa itu?" tanya Kepala pelayan bingung.

Maxiem segera meralat, "Maksudku aku ingin melamar calon istriku sekarang juga."

•••

Niat awal Maxiem adalah mengobrol dengan Wona. Namun pada akhirnya, dirinya datang ke rumah keluarga Jefferson sebagai Gyura yang akan mempersunting Wona sebagai calon istri. Kedatangannya jelas membuat para pengawal terheran-heran sekaligus ketakutan. Awalnya mereka berniat menyerang rombongan, tetapi setelah pengawal rumah Gyura mengatakan kedatangannya, pada akhirnya pintu rumah terbuka lebar.

"Benar-benar tak bisa ditebak. Ternyata setelah gagal merayu pejabat, j*lang s*alan itu menggoda monster yang hampir memakannya. Entah apa isi pikirannya, tapi bagus juga jika dia meninggalkan rumah ini bersama monster itu," jelas Nyonya Nessa.

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SISI ANTAGONIS #Meanie [Ongoing]⚠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang