Tubuh besar berbulu yang dipenuhi luka, dituntun oleh beberapa pengawal. Selain pengawal, ada juga sosok istri yang setia menemani sang suami, melewati jalanan di istana yang diterangi cahaya lampu. Sepanjang perjalanan, Maxiem mengobrol sekaligus meledek Wona. Sementara itu, Wona hanya bisa mengusap air matanya sesekali memarahi Maxiem yang menertawakan air matanya.
Maxiem berjalan melewati setiap bagian istana dengan senyuman lebar. Senyumannya ini masuk ke indera penglihatan seorang wanita paruh baya, dengan mahkota di atas kepala. Wanita itu tak berani menunjukkan dirinya di depan Maxiem. Dia hanya berani memandangi Maxiem dari balik tembok besar, sembari memegang erat liontin di tangannya.
"Akhirnya dia menemukan orang tulus di sisinya," gumam Ratu Chelina.
Setiap tawaan dan senyuman yang Gyura miliki, membuat jantung Ratu Chelina terenyut sakit. Wanita itu memeluk erat liontin di depan dadanya, sesekali mengusap air mata yang hampir menetes ke pipinya. Apalagi ketika matanya melihat langsung ke arah luka-luka yang dimiliki Gyura. Dia semakin merasakan sesak di dada, hingga pelayan pribadinya berucap, "Ratu, sekarang Tuan Gyura sudah terbebas dari hukumannya, jadi... Anda tidak perlu mencari tahu tentang hal ini lagi."
Ratu Chelina segera mengusap air matanya. Wanita itu tak ingin ada seorang pun rakyat yang mengetahui tentang tangisannya. Dengan segera, Ratu Chelina memberikan liontin yang dia pegang pada pelayannya. "Berikan liontin ini pada Gloria. Aku berhasil melindunginya, selama Gyura dihukum."
"Ratu, aku tak mengerti kenapa Anda mau susah payah memungut benda seperti ini," ucap pelayan.
Ratu Chelina tersenyum tipis, dan membalas, " Kau tak akan pernah tahu seberapa berharga benda itu, jika belum melihat langsung perjuangan seseorang untuk mendapatkannya."
"Perjuangan?" Pelayan itu kebingungan dengan tingkah sang Ratu, sementara itu Ratu Chelina langsung memperingati, "Cepat jalankan perintahku, tak perlu banyak bertanya."
"Besok, kita akan disibukkan dengan persiapan pemilihan Putri mahkota, sekaligus istri untuk Charlos. Jadi, jangan membuang-buang waktu."
•••
Setelah sampai di mansion, hal yang pertama kali Maxiem lakukan dengan tubuh monsternya adalah berbaring menelungkup. Pria itu pasrah, ketika tubuhnya mulai diperiksa oleh para tabib, termasuk dengan Wona yang ikut membantu dalam pengobatannya.
Beberapa kali Maxiem menjerit, karena rasa perih yang muncul ketika lukanya ditekan. Lalu ketika matanya bertemu dengan mata Wona yang tengah membalut lukanya, Maxiem segera menutup mulut dan berpura-pura baik-baik saja. "Aku hanya menjerit, karena pengaruh dari senjata si B*jingan Charlos. Kau juga tahu, jika tubuh Gyura kuat kan?" tanya Maxiem pada Wona.
Wona hanya bisa merotasikan mata, dan melanjutkan pengobatan yang tengah dia lakukan. Meskipun tubuh besar Gyura sulit untuk diobati, tetapi dengan bantuan para tabib lain akhirnya Wona berhasil mengobati sang suami dengan aman.
Keberhasilan Wona kembali menjadi buah bibir di mansion Gyura. Khususnya bagi para pelayan yang dulunya memandang Jenevith dengan tatapan rendah. Mereka mulai menyadari, jika semua rumor yang beredar tentang Jenevith adalah rumor yang palsu.
"Nona Jenevith, berbeda dari apa yang dirumorkan."
"Kudengar, kutukan Tuan Gyura belum terlepas, bukan karena Nona Jene yang tidak suci lagi... tapi karena mereka memang belum tuntas melakukannya."
"Dari kemarin, Nona Jenevith adalah orang yang paling sibuk mencari bukti untuk melepaskan Tuan Gyura."
"Mana mungkin, wanita setulus itu adalah wanita ular yang menikahi Tuan Gyura, hanya untuk memanfaatkan Tuan Gyura saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
SISI ANTAGONIS #Meanie [Ongoing]⚠
ParanormalGara-gara burung, Wona masuk ke dunia novel fantasi berating 18+ dengan peran antagonis wanita. Untuk kembali ke dunia aslinya, Wona harus menjalankan perannya sampai akhir bab novel. Namun, di setiap bab, sang antagonis selalu mendapatkan penyiksaa...