"Jangan berani menyentuh calon istriku, Br*ngsek!" peringat Maxiem.
Tanpa ada angin, tanpa ada hujan, tiba-tiba Charlos merasakan pipinya memanas sekaligus terasa nyeri. Pria itu hampir mengeluarkan amarahnya, tetapi suara Gyura membuatnya menarik sebelah sudut bibirnya ke atas. Mata pria itu melirik tajam ke arah Gyura, setelahnya dia menemukan beberapa pengawal berlarian menuju taman untuk mengejar Gyura, yang masuk tanpa izin.
"Aku tak percaya, sekarang makhluk menjijikan ini berani masuk ke istana. Ada apa ini? Apa kau melupakan statusmu?" tanya Charlos sembari mengusap bibirnya.
Maxiem menatap nyalang ke arah Charlos. Diam-diam dia menggenggam tangan Wona, kemudian menarik Wona untuk bersembunyi di belakang tubuhnya. Apalagi saat melihat beberapa pengawal yang mengejarnya menjulurkan pedangnya tepat ke depan Maxiem. Maxiem memperingati, "Mau makhluk menjijikan atau bukan, tak seharusnya kau berani mengusik calon istriku."
Peringatan yang dibuat Maxiem membuat Charlos berdecak dengan tangan mengepal kuat. Charlos tidak suka melihat Gyura memiliki sesuatu yang berharga untuk dijaga. Dia ingin merampas semua hal yang membuat Gyura bahagia, termasuk calon istri.
"Calon istri? Aku penasaran, tawaran apa yang kau berikan hingga berhasil mendapatkan istri. Memangnya orang sepertimu pantas mendapatkan pasangan manusia normal?" tanya Charlos.
Pertanyaan Charlos tak membuat Maxiem goyah. Dibanding mendengarkan ucapan Charlos lebih jauh, Maxiem memutuskan untuk menarik Wona dan pergi dari istana. Pria itu melewati para pengawal, dengan memberi ancaman, "Jangan berani mengusikku dan calon istriku. Jika kalian melakukannya, aku akan benar-benar menjadi monster yang kalian tuduhkan padaku."
Para pengawal memberi jalan kepada Maxiem yang terlanjur marah. Mereka tak berani mendekati Maxiem, meskipun ada sebuah niat untuk menangkap Maxiem secepat mungkin. Maxiem bergegas membawa Wona keluar istana, dengan langkah yang sangat cepat. Dia memanfaatkan kekuatan Gyura untuk keluar dari istana.
Hingga akhirnya, Wona kesulitan mengikuti gerak Maxiem, dan memberi isyarat berhenti lewat tepukan pada lengan Maxiem. "Maxiem!"
Maxiem baru berhenti berjalan ketika dirinya membawa Wona keluar istana dengan kecepatan tinggi. Pria itu berhasil membuat Wona bernapas dengan terengah-engah, begitu pula dengan kakinya yang terasa lelah.
"Ya?" tanya Maxiem.
Wona mendengkus, kemudian berkata, "Apa yang terjadi denganmu? Bagaimana bisa kau datang ke istana, tanpa ketakutan sedikit pun? Apa Gyura yang asli telah kembali ke tubuhmu?"
Maxiem menarik dan mengeluarkan napas panjang. Setelah itu dia berkata, "Aku akui jika aku memang takut pada beberapa hal, tapi setelah melihatmu memerankan peranmu dengan sempurna, aku juga tak ingin kalah begitu saja."
"Sebisa mungkin, aku ingin memanfaatkan kelebihan yang dimiliki Gyura untuk membantuku menyelesaikan cerita ini."
Wona tersenyum, meskipun kakinya berdenyut sakit. Setelah itu dia berkata, "Gyura memang kuat, cepat dan gesit. Tapi aku masih belum percaya, kau berani pergi ke istana dan bahkan melewati para pengawal yang pernah memanah pantatmu."
Maxiem membalas, "Mau bagaimana lagi? Asal kau tahu, para pengawal datang ke mansion bukan hanya memintamu ke istana. Tapi mereka juga menebarkan rumor yang membuat pelayan di mansion mencurigaimu sebagai wanita perayu."
"Dari sini aku bisa menyimpulkan, jika niat mereka untuk membawamu ke sini adalah niat yang tak baik. Terbukti dari cara b*jingan si*alan itu, menggodamu dengan tak tahu diri," jelas Maxiem.
Wona diam-diam menarik sudut bibirnya. Harus dia akui, berkat Maxiem, dirinya bisa terlindungi dari rayuan maut Charlos. Oleh karena itu, tanpa sadar bibir Wona berucap, "Terima kasih."
Meskipun pelan, Maxiem yang mempunyai indera pendengaran tajam berhasil mendengar ucapan Wona. Pria itu menarik sudut bibirnya ke atas dan berkata, "Apa? Suaramu kurang kencang."
Wona mendengkus, dan melangkah pelan dengan kaki yang letih. Dia mengeluh, "Sudahlah. Aku ingin segera pergi dari tempat menyebalkan ini. Tapi s*alnya, karena kau mengajakku berjalan cepat, kakiku jadi let---"
Belum sempat Wona mengakhiri ucapannya, Maxiem sudah lebih dulu menyentuh kakinya dan menggendong Wona layaknya pasangan pengantin baru. Maxiem tersenyum, dan berkata, "Sepertinya ini waktu yang tepat untuk menunjukkan kekuatan makhluk berbulu ini padamu."
Wona tersenyum mengejek, tapi diam-diam jemari tangannya melingkar pada leher Maxiem. Dia mengungkap, "Tanpa kau beritahu, aku tahu jika Gyura sangat kuat melebihi dirimu, yang mengeluh karena dihukum berlari di kampus."
Ejekan Wona tak membuat Maxiem terpancing untuk marah begitu saja. Maxiem malah menarik sebelah sudut bibirnya ke atas sembari berbisik, "Aku dengar jika peranmu adalah wanita perayu manja. Oleh karena itu, aku penasaran seberapa liar kau bisa memerankan peran itu, untuk membuat kutukan Gyura terlepas."
Bisikan Maxiem membuat pipi Wona memanas dengan rona merah yang mulai terlihat sedikit demi sedikit. Sebisa mungkin Wona mencoba untuk tetap tenang, sembari menarik dan mengeluarkan napas panjang. Setahu Wona, di novel Sisi Pangeran Mahkota, kutukan Gyura terlepas hanya karena tidak sengaja dicium oleh Angela.
Angela adalah gadis suci yang memiliki perasaan cinta pada semua orang. Oleh karena itu, hanya dengan ciuman saja kutukan Gyura langsung terlepas. Sementara itu, di sisi lain Wona memerankan tokoh penggoda yang tak memiliki bakat untuk menyembuhkan sesuatu. Penyembuh dan peracun, keduanya berbanding terbalik hingga Wona menyadari dirinya tak akan dengan mudah melepas kutukan Gyura.
Wona terdiam, dan Maxiem tahu isi pikiran gadis itu. Dia lalu memberitahu, "Satu-satunya cara untuk melepas kutukanku, hanyalah mengajakmu untuk tidur bersamaku. Meskipun ini agak sulit, tapi aku berharap kau mau memenuhinya untuk mempercepat akhir cerita ini."
"Aku membutuhkan waktu dan persiapan, Maxiem," gumam Wona.
Maxiem mengangguk, dan menggendong Wona sembari melangkahkan kakinya. Dia berkata, "Tidak apa-apa. Kita bisa belajar sedikit demi sedikit. Lagi pula aku tahu, pengetahuanmu tentang bercinta tidaklah kosong. Karena kau gemar membaca novel dewa---"
Wona langsung menepuk kening Maxiem, hingga akhirnya Wona buka suara. "Jaga ucapanmu!"
Maxiem menggeleng-gelengkan kepala dan berkata, "Kau benar-benar tak cocok menjadi wanita penggoda, Kak Won. Ucapanmu tajam, dan tingkahmu sangat jutek."
Wona tersinggung dengan ucapan Maxiem. Dia langsung menatap tajam pada monster yang tengah menggendongnya, sembari berkata, "Kau baru saja meremehkanku?"
Maxiem berkata, "Bukan begitu, tapi aku hanya mengatakan apa yang ada di pikiranku. Ada baiknya, kita melakukan persiapan dan pembelajaran sebelum menuju hal inti."
"Persiapan..." gumam Wona.
Maxiem menarik sudut bibirnya ke atas. Dia mendekatkan bibirnya pada telinga gadis yang tengah digendongnya, sebelum berbisik, "Kita bisa melakukan pemanasan, seperti berciuman?"
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
SISI ANTAGONIS #Meanie [Ongoing]⚠
ParanormalGara-gara burung, Wona masuk ke dunia novel fantasi berating 18+ dengan peran antagonis wanita. Untuk kembali ke dunia aslinya, Wona harus menjalankan perannya sampai akhir bab novel. Namun, di setiap bab, sang antagonis selalu mendapatkan penyiksaa...