Suara rantai dan ketukan pelayan pada pintu kamar, membangkitkan otak Wona untuk berpikir lebih cepat. Wona tak mau hanya bersembunyi seperti kucing yang takut pada tikus. Di sini, dia adalah Nona. Lalu para pelayan itu berstatus lebih rendah darinya, harusnya Wona tak takut pada hukuman mereka.
Sayangnya, para tikus itu mempunyai jumlah yang banyak dan kekuatan berupa perintah dari pemilik rumah. Sedangkan Wona sekarang? Dia tak memiliki apa pun untuk dijadikan perisai. Statusnya memang Nona keluarga Jefferson. Akan tetapi, dia lahir dari seorang selir, itu pun lahir lebih dulu dari putri Istri sah sang Ayah.
"Jika aku tidak salah membaca Jenevith dulu memiliki banyak luka cambuk di tubuh."
"Itu berarti, hukuman yang paling sering diberikan adalah hukuman cambuk."
"Aku tak bisa menghindari hukuman ini, tetapi aku bisa sedikit menghindari rasa sakit, sekaligus melindungi tubuhnya."
Wona bergerak sesuai dengan hasil dari pemikirannya sendiri. Wanita itu melirik ke kiri dan ke kanan, lalu tersenyum ketika menemukan sebuah lemari. Di dalam lemari itu, Wona menemukan berbagai macam kain yang dulunya disembunyikan Jenevith untuk kabur dari kamarnya yang ada di lantai atas, ataupun menyiapkan persiapan b*nuh diri.
"Wanita itu pernah berniat melenyapkan dirinya sendiri, tapi aku tidak akan memanfaatkan kain-kain ini untuk menghabisi tubuh ini," gumam Wona.
Dibanding memanfaatkan kain untuk b*nuh diri, Wona memanfaatkananya untuk melilit tubuhnya dan melindunginya dari cambukan. Wanita itu bergerak cepat ke kamar mandi, karena para pelayan terus mengetuk dan bahkan berusaha mendobrak Wona. Jelas saja, Wona segera mengunci dirinya ke kamar mandi, sebelum pintu kamar berhasil didobrak.
"Nona cepat buka pintunya! Atau kami terpaksa mendobrak paksa pintu kamar Anda!" teriak salah satu pelayan.
Wona memberi alasan, "Aku sedang ada di kamar mandi! Tunggulah sebentar!"
Para pelayan tak bisa menunggu, karena mereka takut dimarahi Nyonya Nessa. Pada akhirnya, mereka menggunakan tongkat kayu untuk mendobrak pintu kamar Wona. Tak ada satu orang pun yang merasa iba dengan keadaan Wona. Bagi mereka, pekerjaan mereka lebih penting dibanding dengan apa yang sedang Wona lakukan saat ini.
"Nona Jenevith!"
Ketika pintu kamar berhasil dibuka, para pelayan melirik ke arah Wona yang baru saja keluar dari kamar mandi. Tanpa bertanya pada Wona terlebih dahulu, kepala pelayan langsung memerintahkan para pelayan untuk menyeret tubuh Wona ke halaman belakang rumah.
"Cepat bawa Nona Jenevith!" perintahnya.
Wona berdecih dalam hati. Setiap mata yang tertuju padanya, dipenuhi oleh kabut kebencian dan perasaan dengki. Wona tak tahu kenapa mereka begitu tak memiliki hati, ataupun simpati pada Wona yang baru dihukum. Namun yang pasti, Wona benar-benar tak bisa melupakan sorot mata kebencian mereka. Rasanya, Wona tengah dipantau oleh segerombolan tikus yang memiliki dendam terselubung padanya.
Lalu ketika para pengawal berhasil menggenggam pergelangan tangannya, akhirnya Wona mulai berakting. Dia berpura-pura meminta untuk dilepaskan dan dibebaskan, meskipun akhirnya tubuh Wona diseret dan dijatuhkan tepat di atas papan usang di dekat kandang kuda.
"Pelajaran untuk Nona Jenevith akan dimulai. Tapi Nyonya Nessa berpesan untuk tidak mencambuk bagian yang mungkin bisa terlihat oleh orang lain. Apalagi setelah Pangeran Mahkota mengancam untuk tidak menyakiti Nona Jenevith."
"Jadi, cukup cambuk bagian tubuh saja."
Tubuh Wona dibaringkan di atas papan. Sementara salah satu pelayan tak segan mendorong kepala Wona untuk mengenai papan. Mereka memaksa Wona untuk diam di tempat, sekaligus merasakan pedihnya cambuk milik keluarga Jefferson.
Diam-diam Wona menarik sebelah sudut bibirnya. "Sudah kuduga mereka pasti akan mengincar bagian tubuh."
"Sayangnya mau disembunyikan seperti apa pun, kebenaran tetap terbongkar."
"Ada bagian di mana Jenevith menyajikan tubuhnya pada Charlos, hingga Charlos menemukan bekas luka yang dimiliki Jenevith."
Wona mengeluarkan napas panjang, apalagi ketika tangan dan kakinya kembali diikat. Dia kembali berpikir, "Meskipun tahu Jenevith penuh bekas luka, tapi Charlos yang merupakan reinkarnasi Iblis, tak bisa menahan hawa nafsunya dan melampiaskannya pada Jenevith, dengan janji perlindungan."
"Sementara itu, Jenevith yang telanjur tergila-gila dengan Charlos menganggap semua yang dilakukan Charlos adalah cinta."
"Tapi aku tak berminat memanfaatkan bekas luka untuk mengemis perlindungan pada Charlos."
"Jika dipikir-pikir, siapa wanita yang sudi menjadi Jenevith? Wanita yang dimanfaatkan untuk nafsu semata, lalu dibuang setelah ada penawar nafsu yang lain," rutuk Wona baru menyadari hal itu.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
SISI ANTAGONIS #Meanie [Ongoing]⚠
ParanormalGara-gara burung, Wona masuk ke dunia novel fantasi berating 18+ dengan peran antagonis wanita. Untuk kembali ke dunia aslinya, Wona harus menjalankan perannya sampai akhir bab novel. Namun, di setiap bab, sang antagonis selalu mendapatkan penyiksaa...