Wona memelototkan matanya, sementara itu Maxiem tiba-tiba menghentikan langkahnya. Monster itu menatap ke arah Wona dengan tatapan yang tak dapat Wona artikan. Sementara itu, Wona hanya bisa meneguk ludahnya sendiri. Dia belum siap, dan Maxiem langsung sadar dengan rupanya saat ini.
"Ah, aku lupa jika rupaku masih merupakan seorang monster. Orang waras mana yang mau melakukannya dengan monster. Tak masalah, aku mengerti. Nanti kita bisa melakukannya ketika wujudku suda---" Belum sempat Maxiem mengakhiri ucapannya, Wona mendaratkan bibirnya tepat di bibir Maxiem untuk beberapa detik saja.
Bola mata Maxiem langsung memelotot. Detak jantungnya tiba-tiba berdetak semakin kencang, bersamaan dengan redupnya sinar matahari, setelah ditutup oleh awan yang berkumpul. Cahaya matahari meredup, dan wujud Gyura kembali ke wujud manusianya.
Ketika Wona membuka kelopak matanya untuk menjauhkan bibirnya dari bibir Maxiem, dia terkejut melihat cahaya matahari yang meredup ditutup awan, bersamaan dengan munculnya wujud tampan Gyura di depan matanya.
Maxiem menarik sudut bibirnya ke atas. Matanya tertuju pada gadis yang sudah berani mengambil satu kecupan di bibirnya. Dirinya tak mau kalah, oleh karena itu dibanding melanjutkan perjalanannya, Maxiem malah menggendong Wona ke tempat yang lebih sepi. Pria itu menempatkan Wona di kursi yang ada di bawah pohon depan istana, sebelum mendorong Wona ke pohon dan mengajak Wona melanjutkan kegiatannya yang tertunda.
Kedua bibir bertemu, dan saling beradaptasi satu sama lain. Napas keduanya ikut bersatu, bersamaan dengan detak jantung yang saling beriringan. Wona tersudut ke bawah pohon, tetapi tangannya menerima ajakan leher Maxiem untuk melingkar di leher pria itu. Semuanya menggelap ketika kelopak mata keduanya tertutup, tetapi perasaan saling menyentuh antara bibir satu sama lain, membuat keduanya lupa pada kegelapan dan menikmati lamanya detik pada jam yang tengah berdetak.
Angin berembus menemani dua manusia yang tengah mabuk dalam pertemuan pertama bibir keduanya. Sebelumnya Wona tak pernah tahu, jika ketika bibirnya bertemu bibir Gyura, pipinya bisa memanas dengan detak jantung berdetak semakin kencang. Pria di depannya mungkin berstatus sebagai monster, tetapi ketika wujudnya keluar dan hasratnya naik, Wona hampir tak bisa mengimbangi gerak bibir untuk saling mengenal lebih jauh.
Maxiem tak tahu sejak kapan dirinya lepas kendali, dan tergesa-gesa merasakan manisnya bibir Wona. Wajah pria itu bergerak menyamping ke kanan, sebelum bergerak ke kiri untuk meminta Wona membuka mulut dan mengizinkannya masuk lebih dalam. Lalu dalam hitungan detik saja, Wona mengizinkan Maxiem masuk dan memulai kembali gerakannya.
Kegiatan keduanya baru berhenti ketika kuku Wona mencakar leher Maxiem. Maxiem terpaksa melepas bibirnya, dan hal yang pertama kali dia lihat adalah Wona dengan napas memburu dan bibir basah berwarna merah muda. Gadis itu menunduk, sementara pipinya merona dengan mata berkaca-kaca.
Jemari Maxiem tanpa sadar menyentuh dagu Wona. Dia membuat Wona mendongak, hanya untuk mengamati pemandangan cantik setelah keduanya mencicipi bibir satu sama lain. "Baru pelajaran pertama, tapi kau sudah seperti ini. Sepertinya karakter penggoda tidak cocok padamu."
Wona tak terima. Kedua matanya bertemu lagi dengan mata Maxiem. Lalu tanpa sadar, wajah keduanya kembali mendekat untuk saling merasa lagi. Namun, sebelum keduanya mendekat, tiba-tiba terdengar suara benda jatuh di belakang tubuh Maxiem. Mau tak mau, Maxiem dan Wona berbalik ke belakang untuk memeriksa apa yang telah terjadi.
Lalu ketika melirik ke belakang, tampak seorang gadis berambut pirang dengan senyuman canggung. Gadis itu segera mengambil botol obat yang terjatuh di tangannya lalu berkata, "Ma... maafkan aku. Aku tak bermaksud untuk mengganggu kalian, aku han---"
Gadis itu berusaha memundurkan langkahnya, tetapi saat dia ingin mundur, tiba-tiba kakinya tak sengaja menginjak batu. Tubuhnya hampir ambruk, jika Maxiem tak refleks berjalan sigap untuk menangkap pinggang gadis itu.
Kedua mata gadis itu menatap ke arah Maxiem yang cepat membantunya. Begitu pula dengan Maxiem yang tanpa sadar menggunakan kekuatannya hanya untuk membantu seseorang. Tatapan keduanya dikenali Wona dalam hitungan detik. Dia mengernyitkan kening, sembari menebak, "Angela. Gadis itu pasti Angela."
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
SISI ANTAGONIS #Meanie [Ongoing]⚠
ParanormalGara-gara burung, Wona masuk ke dunia novel fantasi berating 18+ dengan peran antagonis wanita. Untuk kembali ke dunia aslinya, Wona harus menjalankan perannya sampai akhir bab novel. Namun, di setiap bab, sang antagonis selalu mendapatkan penyiksaa...