47. Monster (3)

135 28 2
                                    

Pesta pernikahan Revenna berlangsung meriah, karena bantuan Ratu Chelina. Namun, di balik acara itu, terdapat Nyonya Nessa yang merasa kesal. Beberapa pelayan istana yang bekerja membantu tak jarang bergosip, dan membanding-bandingkan Ratu Chelina dengan Nyonya Nessa. Jelas saja, Nyonya Nessa yang tak suka dibanding-bandingkan merasa direndahkan. Jika bukan karena butuh, Nyonya Nessa tak akan sanggup duduk manis di tempat, dan mengabaikan ucapan para pelayan itu.

"Ratu S*alan! Sepertinya dia mempunyai niat untuk membantu, hanya untuk memamerkan kekuasannya pada wanita yang pernah berkonflik dengannya," gerutu Nyonya Nessa, tetapi tangannya sendiri menikmati kue yang dibuat pelayan istana.

Nyonya Nessa menahan gerutuannya dengan kue buatan pelayan istana. Lalu setelah kuenya habis, wanita itu segera pergi ke dapur untuk mengambil kuenya lagi. Niat awalnya memang mengambil kue. Namun saat dirinya pergi ke tempat itu, Nyonya Nessa mendengar suara kepala pelayan yang tengah memarahi salah satu pelayan.

"Dengarkan aku baik-baik! Kita saat ini tengah melayani keluarga dari menantu Ratu! Jadi, jaga ucapanmu dan bekerja saja!" jelasnya.

Pelayan bertanya, "Keluarga menantu Ratu? Bukannya menantu Ratu hanya ada satu? Itu pun Putri mahkota Angela."

"Keluarga Putri Mahkota Angela adalah keluarga suci, bukan para pendosa! Orang-orang ini menjual racun, bagaimana mungkin mereka bekerja di tempat seperti ini?" tanya pelayan.

Nyonya Nessa hampir melempar piring di tangannya pada pelayan itu. Namun, Kepala pelayan langsung menerangkan, "Sebenarnya Tuan Gyura adalah anak selingkuhan Ratu! Ratu memang gil*, tetapi dia tak ragu memberi banyak uang pada orang yang mau menutup mulut dan menyembunyikan rahasianya."

Tiba-tiba sudut bibir Nyonya Nessa terangkat ke atas. Akhirnya dia tahu, penyebab Ratu Chelina lebih memihak pada Wona. Wanita itu selalu membantu Wona, hingga Nyonya Nessa memikirkan sebuah rencana.

"Ternyata wanita sok suci itu bukanlah Ratu terhormat. Sekarang, akan kupastikan kebusukannya terbongkar di depan semua orang."

•••

Malam hari Gyura menjadi binatang buas. Lalu siang hari Gyura berubah menjadi pria penyayang. Wona tak tahu harus bersikap seperti apa terhadap Gyura. Karena sejak pagi, Gyura membantunya bersiap ke pesta pernikahan Revenna, dan bahkan menggendongnya untuk naik ke kereta kuda.

Sikap lembut Gyura membuat Wona teringat pada Maxiem ketika pria itu tengah serius. Setiap sentuhan dan perkataan manisnya hampir membuat Wona menganggap Gyura sebagai Maxiem. Jika saja Gyura tak membuyarkan lamunan Wona saat keduanya berada di kereta kuda.

"Kenapa kau memandangiku seperti itu?" tanya Gyura.

Wona tersentak kaget, dan Gyura menatapnya dengan tatapan penasaran. Pria itu memajukan wajahnya, sampai Wona terbatuk dan Gyura bertanya lagi, "Apa ada yang salah dengan wajahku?"

Wona memalingkan wajahnya ke arah lain. Dia melihat pemandangan pesta pernikahan di depan mata, lalu langsung mengalihkan pertanyaan Gyura. "Kita sudah sampai."

Gyura melirik ke jendela, lalu mengangguk. Dia berniat menggendong Wona, dan Wona yang ketahuan memandanginya beberapa menit lalu langsung memundurkan tubuhnya menjauh dari Gyura. "Kau turun duluan saja. Aku perlu merapikan rambutku sebentar."

Setelahnya, Wona bisa melihat senyuman Gyura dengan gigi taringnya yang terlihat seperti Maxiem. Pria itu mengusap-usap lembut rambut Wona, kemudian berkata, "Aku tak mengerti kau harus merapikan bagian mana. Karena menurutku, kau sudah rapi dan cantik."

"Tapi jika kau ingin berdandan tanpa mau aku pandangi, aku akan turun lebih dulu dan menunggumu," jelas Gyura.

Gyura turun, dan Wona langsung menarik kemudian mengeluarkan napas panjang. Wona berusaha meyakinkan dirinya jika Gyura sekarang bukanlah Maxiem. Namun, sikap Gyura yang melembut menyerupai Maxiem membuat Wona salah tingkah sendiri. Pipi wanita itu merona, dan Wona segera menatap ke arah jendela kereta kudanya.

SISI ANTAGONIS #Meanie [Ongoing]⚠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang