15. Pernikahan Peran Sampingan (1)

1K 90 2
                                    

Cahaya matahari bersinar terang, menyinari mansion keluarga Gyura. Ketika kelopak mata Wona terbuka untuk menyambut hari baru, dirinya sudah disuguhi pernak-pernik dekorasi pernikahan. Tak perlu waktu lama juga, bagi Wona didandani dan dibantu bersiap-siap untuk menikah dengan Gyura hari ini juga.

Gaun putih sudah melekat di tubuh Wona sejak dia melangkah keluar kamar barunya. Bibirnya tertarik ke atas, dengan mata berbinar memancarkan perasaan lega pertama, saat resmi terlepas dari kutukan rumah keluarga Jefferson.

Wona berusaha tampil tenang di hari pernikahannya. Dia tak ingin menunjukkan sisi buruk seorang Jenevith. Namun, bisikan para pelayan Gyura tiba-tiba memancing kakinya untuk berhenti melangkah, dan mendekati sumber suara.

"Apa Tuan Gyura yakin, ingin menikah dengan Nona Jene?"

"Aku takut jika rumor masa lalu wanita itu memang benar-benar fakta."

"Bagaimana jika dia memang berbakat merayu, dan telah kehilangan mahkotanya?"

"Jika itu benar, maka kutukan Tuan muda Gyura pasti tak akan bisa lepas."

"Kita lihat saja nanti. Apakah setelah malam pertama kutukan Tuan muda terlepas? Atau... tidak?"

"Jika tidak, sudah pasti wanita itu tidak perawan lagi."

Bisik-bisik para pelayan membuat Wona mulai merasa cemas. Dirinya baru sadar, jika dia sendiri belum mengetahui apakah Jenevith bisa melepas kutukan Gyura ataupun tidak. Dirinya yakin, asalkan Jenevith tak tersentuh Charlos, Jenevith pasti bisa melepas kutukan Gyura dengan melakukan ritual malam pertama.

Namun, setelah dipikir-pikir, Wona takut dirinya tak bisa memenuhi syarat, dan malah memperpanjang konflik, tanpa ada akhir yang jelas. "Angela dewi suci yang memiliki kemampuan penyembuhan. Hanya dengan terkena cipratan darahnya saja, bisa menjadi sebuah obat penawar."

"Sedangkan Jenevith? Dia hanya racun penggoda, yang diciptakan untuk menemani Charlos, sekaligus menjadi penghalang kebahagiaan Angela."

Wona berjalan lambat menuju aula pernikahan. Pergerakan Wona ini disadari oleh Maxiem dengan wujud monsternya. Pria itu mempercepat langkahnya, hanya untuk menggapai tangan Wona dan ditempatkan pada lengannya. Wona melirik ke samping, dan menemukan sosok Maxiem yang tersenyum dengan gigi taring terlihat sedikit demi sedikit.

"Sepertinya kau sekarang sudah menerima peranmu sepenuhnya," ucap Wona.

Maxiem merotasikan matanya, lalu berkata, "Sejujurnya aku masih kesal dengan peran bola bulu mengerikan ini."

"Tapi... setelah dipikir-pikir peran ini tak terlalu buruk juga. Aku mempunyai banyak harta, makanan yang banyak, dan yang paling penting lagi, aku mendapatkan istri cantik dan sek*si," bisik Maxiem tepat di telinga Wona.

Hanya dalam hitungan detik saja, pipi Wona merona menyerupai warna pada bunga sakura. Wona berusaha untuk tetap tenang dan tampak anggun di hadapan Maxiem. Dia masih ingin mempertahankan status Kakak tingkat berwibawa di hadapan Maxiem.

Sayangnya niat Wona tak terlaksana begitu saja. Ketika jemari tangan Maxiem menggenggam erat jemari tangannya, Wona tak bisa menyembunyikan detak jantungnya, yang berdetak semakin kencang dari waktu ke waktu. Saking kencangnya, pikiran Wona teralihkan. Dari ucapan para penggosip, kini terbayang ucapan Maxiem.

Maxiem diam-diam ikut menarik sudut bibirnya ke atas. Apalagi saat sinar matahari bersinar terang menyinari Wona yang dia bimbing untuk pergi ke aula pernikahan. Meskipun Maxiem tahu, jika dirnya akan berubah menjadi monster saat terkena cahaya matahari, Maxiem tak menyesal melihat dengan jelas kecantikan Wona di bawah mentari pagi.

"Jangan dengarkan rumor yang dimunculkan oleh para pelayan istana. Lebih baik persiapkan dirimu untuk pernikahan ini. Kita harus fokus pada akhir cerita," jelas Maxiem.

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SISI ANTAGONIS #Meanie [Ongoing]⚠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang