40. Rencana Cadangan (1)

109 21 1
                                    

"Kami takut, dia ingin membu*nuh Anda dengan racunnya!"

"Bagaimana jika dia adalah rusa seorang ahli sihir?"

"Dia ingin mengutuk Anda?"

"Atau benar-benar ingin melenyapkan Anda?"

"Pokoknya ini tidak bisa dibiarkan!"

Kepala pelayan dan para pelayan berusaha meyakinkan Wona dengan barang bukti yang telah ditemukan. Sementara Wona sendiri terus berpikir dan mencari tahu hal yang sebenarnya terjadi. Dia terdiam, dan Nyonya Gloria kembali menyentuh belati miliknya, untuk melenyapkan rusa di hadapannya.

"Demi keselamatan Anda, rusa jahat ini harus di---" Belum sempat Nyonya Gloria menusukkan belatinya, Wona langsung menyentuh pergelangan tangannya dan berkata, "Hentikan! Aku bilang berhenti!"

Nyonya Gloria membalas, "Bagaimana saya bisa berhenti, jika rusa ini berniat mencelakai Anda?!"

"Saya melakukan ini untuk Anda, Nyonya! Jadi, jangan hentikan saya lagi!" peringat Nyonya Gloria.

Wona kembali mengelak, "Tidak! Jangan dulu dibunuh!"

"Aku masih ingin mengetahui, penyebab rusa ini datang ke sini," ucap Wona.

Nyonya Gloria mengernyitkan kening, begitu pula dengan para pelayan lainnya. Salah satu pelayan memberitahu, "Tenang saja Nyonya! Meskipun rusa ini m*ti, kami masih bisa mencari tahu hal yang sebenarnya terjadi!"

Wona menggelengkan kepala, lalu menyentuh rusa yang ada di pangkuan pelayan. Dengan mata menyipit ke arah Rusa, Wona memberitahu, "Tidak perlu. Sekarang, biar aku saja yang menginterogasi rusa ini terlebih dahulu."

•••

Permintaan Wona adalah pemintaan yang aneh, menurut para pelayan. Namun, dibanding menentang Wona, mereka malah membiarkan Wona membawa rusa yang ditangkap ke kamarnya sendiri. Rusa itu ditahan dengan sebuah rantai besi, sementara Wona sendiri tak ragu membawakan daging segar untuk si Rusa yang menghadiahinya jarum beracun.

Wona menatap Rusa yang kini merebahkan tubuhnya di kursi. Wanita itu menarik dan mengeluarkan napas panjang, kemudian menjulurkan makanan di hadapan si Rusa. Wona berkata, "Makanlah, dan beritahu aku, apa niatmu datang ke sini."

Si Rusa memalingkan wajahnya ke arah lain, hingga akhirnya Wona berjongkok dan menyangga satu pipinya dengan tangan. Wona berniat menyentuh pipi Rusa di depannya, meskipun akhirnya si Rusa menatapnya dengan tatapan tak bersahabat.

Kilaun pada mata Rusa di hadapannya lenyap. Wona tak melihat sedikit pun kilauan, seperti yang dia baca di novel. Kenyataannya, yang ada di hadapan Wona hanyalah Rusa pembenci karakter antagonis novelnya yang sekarang sudah bertobat.

Wona tersenyum dan berkata, "Aku tahu kau bisa bicara. Jadi, dibanding menatapku dengan tatapan tajam itu, lebih baik kau mengatakan maksud dan tujuanmu datang ke sini."

Si Rusa tak menjawab, dan Wona yang tahu kelemahannya langsung berkata, "Namamu Shia, kau sebenarnya teman Putri Mahkota Angela. Aku mengetahui selak beluk tentangmu, dan aku juga tahu... kau tak mungkin melakukan kejahatan... kecuali..."

"Kau diperintahkan Angela," lanjut Wona, yang langsung membuat Shia bersuara, "Tidak! Putri Mahkota tidak memerintahkanku!"

Wona tersenyum, melihat Rusa yang awalnya diam kini bersuara dengan mata memelotot. Wanita itu menganggukkan kepala, sembari berkata, "Tentu saja Angela tak akan mungkin melakukannya. Jadi, kenapa kau berniat mencelakaiku? Apa kau merasa, aku mengganggu Angela? Jika, ya. Katakan di mana letak kesalahanku, supaya aku bisa memperbaikinya."

Shia dibuat mengernyitkan kening dengan pertanyaan Wona. Semakin Wona menggali tentang dirinya, semakin Shia merasa takut sendiri. Rusa itu berusaha tetap tenang, lalu membalas, "Sudah kuduga, ada yang tidak beres denganmu! Kenapa kau mengetahui jati diriku? Apa kau sebenarnya seorang penyihir?"

"Gara-garamu, tali takdir Angela menjadi kusut! Semua ramalan baik tentang Angela berubah menjadi keburukan!" teriak Shia.

Ucapan Shia langsung membuat sudut bibir Wona melengkung ke bawah. "Bagaimana bisa seperti itu? Bukannya Putri sekarang sudah dinobatkan menjadi Putri Mahkota? Dia---"

Shia membalas, "Putri Mahkota? Hah! Itu hanya status semata! Kenyataannya, dia menikah dengan B*jingan itu, setelah dilecehkan! Lalu sekarang? Tak ada sedikit pun perasaan yang Angela terima dari Charlos!"

"Pria itu terlalu berdendam pada Gyura, dan selalu melirik ke arahmu dengan tatapan mendamba!" jelas Shia.

Tidak. Bukan ini alur yang Wona inginkan. Wona tak pernah tahu, jika semuanya akan menjadi tak beraturan seperti ini. Padahal Wona pikir, Angela akan bahagia sekaligus menjadi penenang Charlos. Namun, sekarang? Semuanya tak sesuai dengan bayangan Wona.

"Kau berpikir jika aku penyebab semua ini terjadi?" tanya Wona.

Shia menganggukkan kepala. "Dalam garis takdir tertulis namamu, jika kau bahagia... Angela akan menderita. Jika Angela menderita, kau akan bahagia."

"Jadi aku berusaha mencelakaimu agar Angela bahagia," jelas Shia.

Wona menarik dan mengeluarkan napas panjang. Setelah itu, dia membalas, "Shia, aku tahu kau mungkin cemas tentang hal ini. Tapi aku berpikir, jika aku tak akan selamanya merasakan senang, dan juga tak akan selamanya merasakan sedih. Semuanya sudah diatur. Termasuk kebahagiaanku."

"Aku berbahagia hari ini, karena aku sudah pernah merasakan sakit. Lalu nanti? Setelah waktu berbahagia selesai, mungkin saat menderita pun akan datang," jelas Wona.

Shia tiba-tiba tersenyum, dan berkata, "Tapi aku ingin Angela terus bahagia, jadi lebih baik kau yang sengsara."

Wona menarik dan mengeluarkan napas panjang. Dia lalu berkata, "Sudahlah. Lupakan hal ini. Aku akan berbicara baik-baik pada Angela besok, sekaligus mengantarkanmu pergi ke istana."

"Setelah bertemu Angela, aku akan bertanya tentang apa yang dia inginkan selanjutnya," jelas Wona.

Bukannya menyetujui keinginan Wona, Shia malah menarik sebelah sudut bibirnya ke atas. Rusa itu memberitahu, "Tidak perlu datang ke istana besok. Karena besok, kau akan sibuk menangisi kepergian suamimu."

Perkataan Shia membuat Wona memelototkan mata. Wona menatap tajam ke arah Shia, lalu berkata, "Apa maksudmu?!"

Shia melanjut, "Aku sudah menyiapkan rencana dua, jika aku tak bisa membuatmu celaka hari ini."

"Rencana keduanya adalah kematian suamimu."

•••

SISI ANTAGONIS #Meanie [Ongoing]⚠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang