48. Santapan Malam (3)

109 28 0
                                    

Setelah berkali-kali bercinta, Wona yakin perannya sudah selesai dan dia bisa kembali ke dunia aslinya. Namun, ketika Wona membuka mata, dia masih berada di novel dan berada di atas ranjang besarnya. Wona melirik ke sebelah kiri, dia bisa melihat Gyura tengah tertidur pulas dengan satu selimut yang sama dengannya. Lalu setelahnya, Wona melirik ke arah kanan dan segera mengambil buku novel di nakas.

"Kenapa aku masih belum kembali juga?" tanya Wona bingung. Wona membuka lembaran buku yang ada di depan matanya. Dia mengernyitkan kening, membaca bagian akhir dari novelnya. "Tinggal satu lembar lagi, untuk mengakhiri cerita ini!"

"Haruskah aku mengajak Gyura melakukannya lagi? Dengan begitu, tulisannya akan kembali berjalan." Wona berpikir, dan ketika dia bergerak ke arah Gyura, tubuhnya lagi-lagi terasa sakit. Padahal kemarin malam dia baik-baik saja, tetapi setelah digempur tubuhnya kembali terasa ngilu.

"Yang benar saja," gerutu Wona.

Wona kesakitan, dan Gyura yang mendengarnya langsung membuka kelopak matanya. Pria itu bangun dan duduk di samping Wona. Setelahnya dia bertanya, "Apa tubuhmu terasa sakit lagi?"

Wona mengangguk, dan Gyura meminta para pelayan untuk membuatkan obat. Pria itu meminta maaf, sekaligus mengusap lembut rambut sang istri. Mereka menunggu obat datang, tetapi yang tiba-tiba datang malah pengawal istana yang tiba-tiba membuka pintu dan masuk ke kamar Gyura.

Gyura dan Wona terkejut. Mereka segera menggunakan selimut untuk menutup tubuh polos keduanya. Apalagi ketika melihat para pengawal mendekat dan berkata, "Tuan Gyura, Anda harus pergi ke Istana sekarang juga."

Wona mengernyitkan kening dan berkata, "Apa-apaan kalian ini?! Apa kalian tak punya sopan santun? Bagaimana bisa kalian masuk ke kamar ini tanpa permisi?!"

Pengawal itu berkata, "Ini perintah dari Raja. Raja mengatakan kami harus menangkap anak selingkuhan Ratu."

Wona memelototkan mata, dan para pengawal segera mendekat ke arah Gyura. Wanita itu langsung mencegahnya. "Tunggu sebentar! Suamiku belum memakai baju. Tunggulah beberapa menit lagi!"

"Kami akan menunggu di sini," jelas para pengawal.

Wona berkata, "Aku juga belum mengenakan baju, jadi cepat berjaga di luar. Suamiku tak akan kabur, aku jamin itu."

Para pengawal memutuskan untuk berjaga di luar, dan juga di jendela. Sementara itu Gyura hanya menarik dan mengeluarkan napas panjang. Pria itu memakai memakai bajunya kembali, dan berpesan pada Wona, "Tunggulah di sini dan jangan khawatir. "

Wona menggelengkan kepala, dan menjawab, "Aku akan ikut bersamamu!"

Gyura memberitahu, "Tidak. Kau jangan pergi. Jika orang-orang sudah mengetahui statusku apa, mungkin mereka bisa saja melemparimu dengan batu."

"Aku tak bisa membiarkanmu pergi begitu saja!" ucap Wona, dan para pengawal sudah kembali masuk ke kamar untuk menangkap Gyura. Mereka membawa Gyura ke istana, dan meninggalkan Wona yang meremas selimutnya. Meskipun bukan Maxiem yang dibawa, tetapi kenyataan aslinya Gyura adalah suaminya. Wona tak bisa melihat suaminya dibawa, dan diadili oleh istana.

"Selama ini Gyura sudah hidup menyedihkan sebagai seorang monster. Dia baru mengalami kebahagiaan sebentar, lalu harus menerima penderitaan lagi karena rahasia ini!"

Wona segera merapikan diri dan mulai berpikir. Dia menduga jika Shia adalah orang yang melaporkan suaminya, untuk memancing Wona pergi ke istana. Dilihat dari botol racunnya, Wona teringat pada alur di mana dirinya dituduh meracuni raja dengan teh beracun. Wona yakin, Shia akan melakukan hal itu untuk menjebaknya. Tangan Wona langsung mengepal kuat. "Aku tak bisa diam lagi Shia. Akan kutunjukan dirimu bersalah, dengan kertas peringatan yang kau berikan padaku."

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SISI ANTAGONIS #Meanie [Ongoing]⚠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang