14. Cemburu Hati (1)

1K 94 3
                                    

Kelopak mata cantik yang terbuka sedikit demi sedikit. Hidung mancung, dengan bibir tipis yang mengkilat di bawah sinar mentari. Bersamaan dengan kulit putih dan rambut pirang yang mencapai punggung. Hanya dengan sekali lihat saja, Wona bisa tahu jika gadis yang ditolong Maxiem adalah Angela.

"Angela. Dia akhirnya muncul juga," gumam Wona.

Setelah ditolong Maxiem, Angela tersenyum tipis. Dia berkata, "Terima kasih," dan hanya dalam hitungan detik saja sudut bibir Maxiem terangkat ke atas, sembari menganggukkan kepala.

Senyuman keduanya diperhatikan Wona dengan saksama. Apalagi ketika kabut mulai memudar, dan sinar matahari mulai terlihat sedikit demi sedikit. Hanya dalam hitungan detik saja, wujud manusia Gyura berubah menjadi monster kembali.

Namun, perubahan ini tak membuat Angela berteriak ketakutan ataupun kabur melarikan diri. Perlahan tapi pasti, sudut bibir Angela malah semakin melengkung ke atas, dengan mata berbinar melihat perubahan Maxiem di depan matanya. "Wah, ternyata kau bisa berubah wujud."

Reaksi yang diberikan Angela membuat Wona mengeluarkan napas panjang. Mau dihindari pun, dia tak bisa menghentikan pertemuan Gyura dengan Angela. Ada sedikit penyesalan, karena sudah menghambat pelepasan kutukan Gyura oleh Angela. Namun, Wona juga masih ingat dengan takdir mengenaskan Gyura, yang hanya menjadi pilihan kedua, walaupun dirinya lah yang pertama bertemu Angela.

"Lain kali berhati-hati lah, ketika melangkah," peringat Maxiem pada Angela.

Angela menganggukkan kepala, dan berpamitan pergi dengan senyuman tipis. Dia melambaikan tangannya pada Wona beserta Maxiem, hingga akhirnya Maxiem membalas lambaiannya dengan senyuman lebar.

Senyuman lebar Maxiem berbanding terbalik dengan sudut bibir Wona yang melengkung ke bawah. Entah kenapa, muncul perasaan aneh yang tak enak di dada Wona. Wona memutuskan untuk memalingkan wajahnya ke arah lain, dan tingkah Wona disadari oleh Maxiem.

"Kak Won!" panggil Maxiem.

Wona tak menjawab, tapi yang pasti dia memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya kembali. Hal ini membuat Maxiem berjalan cepat dan langsung menangkap tangannya. Maxiem menawarkan, "Kau yakin ingin berjalan mendahuluiku seperti ini? Kau juga tahu kan, jika aku tengah memamerkan kekuatan Gyura yang sudah aku miliki tanpa berlatih?"

Bukannya menjawab, Wona malah berkata, "Apa kau mengenali gadis yang baru saja kau tolong?"

Maxiem menggelengkan kepala, dan Wona membalas, "Dia Angela. Reinkarnasi dewi penyembuh, yang seharusnya bisa melepas kutukanmu di masa depan."

Maxiem terdiam beberapa detik. Setelah itu dia berkata, "Oh! Maksudmu tokoh wanita yang dengan mudahnya menyerahkan diri pada sembarang pria?"

Wona menatap tajam ke arah Maxiem dan berkomentar, "Kau belum selesai membaca secara keseluruhan, tapi sudah mencap Angela, tanpa tahu jika dia melakukan semua itu untuk penyembuhan, sampai bertemu dengan jodohnya yang terus menjaganya."

Maxiem berkata, "Tetap saja, aku tak suka dengan wanita seperti itu."

"Mau suka atau tidak, kenyataannya kau memerankan peran Gyura yang mencintai Angela setengah mati. Bisa saja, akibat peranmu kau tiba-tiba mendekat pada gadis itu," jelas Wona dengan sudut bibir melengkung ke bawah.

Diam-diam Maxiem tersenyum dan menunjukkan gigi taringnya. Monster itu lalu menebak, "Oh, jadi ini alasanmu terdiam dengan wajah muram itu. Kau cemburu dan takut aku direbut wanita lain?"

Wona memelototkan mata, dan segera menggelengkan kepala. Dia berkata, "Tidak! Tentu saja tidak! Untuk apa aku cemburu?"

Maxiem tertawa melihat rona merah di pipi Wona. Pria itu tak membiarkan Wona pergi begitu saja dari hadapannya. Dia mempercepat langkahnya, kemudian menggendong Wona dengan mudahnya. Setelahnya, Maxiem berkata, "Tadi, aku refleks membantunya, hanya untuk memamerkan kekuatan dan kegesitanku padamu."

"Aku tersenyum bukan karena gadis itu, melainkan karena aku berhasil menunjukkan kegesitanku di hadapanmu. Jadi kau tak perlu khawatir, aku akan tertarik pada gadis itu dan mengabaikanmu."

"Tubuhku memang Gyura, tapi pikiran dan hatiku masih milikku. "

"Lagi pula sudah kubilang sejak awal bukan? Jika dibandingkan dengan pemeran utama, aku lebih suka wanita sek*si yang pemilih soal urusan ranjang, " bisik Maxiem.

Semakin Maxiem berkata, semakin Wona merasa malu. Wona segera menutup bibir Maxiem dengan telapak tangannya. Dia memelototkan mata dan memperingati, "Jaga mulutmu, S*alan!"

Bukannya menutup mulut, Maxiem malah mencium telapak tangan Wona hingga Wona menurunkannya tanpa diperintah. Setelahnya, Maxiem tersenyum dan meledek, "Tapi meskipun penampilanmu mengg*oda, kau memang harus belajar soal urusan memanjakan pria."

Maxiem melanjut, "Tidak masalah, nanti kita bisa belajar bersama-sama, sekaligus saling membagikan pengalaman pribadi."

"Maxiem! Jaga mulut kotormu itu!" teriak Wona kesal sembari menepuk dada Maxiem.

"Mulut kotor ini, adalah mulut yang dipakai untuk membicarakan cara tercepat mengakhiri cerita ini, jadi jangan salahkan aku jika aku membicarakan salah satu bagian favoritmu di novel ini," balas Maxiem.

"Maxiem! Tutup mulut atau kujahit bibirmu itu?" peringat Wona.

Maxiem membalas, "Ini bukan bibirku. Jika kau ingin menutup bibir ini, lebih baik tutup dengan bibir manismu saja. Bagaimana?"

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SISI ANTAGONIS #Meanie [Ongoing]⚠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang