43. Kebencian (1)

109 24 1
                                    

"Kau sebenarnya siapa?! Beraninya kau bermain-main dengan hidup seseorang, S*alan!" teriak Gyura di hadapan semua orang.

Jantung Wona berdetak kencang, mendengar suara Gyura yang meninggi ke arahnya. Padahal, Gyura yang Wona kenal adalah pria terkutuk yang memiliki hati lembut. Namun sekarang? Setelah kepergian sang ibu pengganti, Gyura bahkan mengumpati Wona di hadapan semua orang.

Wona yang dibentak setelah siuman beberapa jam lalu, jelas terlalu lemah untuk membalas bentakan Gyura. Tubuhnya bergetar hebat, sementara bibirnya kesulitan untuk membalas ucapan Gyura. Apalagi di hadapannya terdapat para pelayan istana, yang menatapnya dengan tatapan heran.

"Aku... aku... aku... sebenarnya... itu... "

Ucapan Wona langsung dibalas bentakan baru Gyura. Gyura meremas rambut Wona, sembari memberitahu, "Aku tak ingat pernah menikah denganmu! Aku bahkan tak kenal padamu! Tapi bisa-bisanya kau memanfaatkan diriku untuk kesenanganmu sendiri!"

"Apa... apa maksudmu?" tanya Wona.

Gyura melepas jambakannya, tetapi kini dia menggunakan tangannya untuk menangkup wajah Wona. Meskipun tatapannya gelap, dan Gyura tak bisa melihat orang di hadapannya, tetapi dia masih memiliki mulut untuk berbicara, "Aku tahu... kau pasti mengincar harta mansion Gyura, bukan?! Oleh karena itu, kau sekarang tiba-tiba menjadi istriku, meskipun tahu aku adalah seorang monster!"

"Setelah berpura-pura menjadi istri baik, kau merencanakan niat memb*nuhku, dan si*alnya niatmu tak terencana, lalu Ibuku yang menjadi korbannya!" teriak Gyura.

Ucapan Gyura membuat para pengawal istana mengernyitkan kening. Padahal dulu Gyura lah yang membela Jenevith, ketika Jenevith dituduh menikahinya karena harta semata. Namun sekarang? Di hadapan semua orang, Gyura menuduh Wona dengan kata-kata yang merendahkan.

Wona jelas tersinggung, meskipun dia menikah dengan Gyura untuk melindungi dirinya dari keluarga Jefferson. Akhirnya Wona mengeluarkan napas panjang, kemudian berkata, "Kenapa kau bisa berpikir seperti itu? Apa kau memiliki bukti?"

Gyura tiba-tiba menurunkan tangannya ke leher Wona. Pria itu mencekik leher Wona, sembari berkata, "Semua bangsawan tahu, jika kau adalah pemberi kotak peledak itu! Lalu satu-satunya orang yang memiliki keuntungan jika aku m*ti, adalah kau!"

"Sekarang menjauhlah! Kau menggangguku!"

"Meskipun aku belum pernah melihat wajahmu, tapi aku mengingat suara dan aromamu! Jadi... jangan pernah mencoba mendekatiku lagi!"

Tuduhan Gyura membuat hati Wona terluka. Sangat terluka, hingga Wona berharap Maxiem kembali dan memeluknya. Namun, Wona sendiri sadar, jika Gyura ada, maka Maxiem tak mungkin hadir di depannya. Kenyataannya, cekikan pada leher Wona menguat, dan Angela langsung bergegas melepaskan tangan Gyura dari leher Wona. Wanita itu mengernyitkan kening, sembari berkata, "Tuan Gyura, kau baru saja mengalami kecelakaan, dan mungkin ingatanmu sedikit bermasalah. Apa kau tak ingat saat Nyonya Jene membelamu mati-matian di ruang tahanan?"

"Dia begitu mencintaimu, tak mungkin dia melakukan semua ini. Pasti ada orang yang telah merencanakan semua ini," jelas Angela.

Perkataan Angela layaknya sihir yang langsung membuat Gyura terdiam. Amarah Gyura mereda, dan kepalanya kembali terasa pusing. Pria itu hampir jatuh, jika Angela tak segera memanggil pengawal untuk membawa Gyura ke ruangannya.

Dengan bantuan Angela, Gyura melepas cekikannya kemudian membawa Gyura ke tempat pemeriksaannya. Sementara itu, Angela sempat berpesan kepada Wona untuk tidak memedulikan apa yang Gyura katakan.

"Suamimu sepertinya sangat terguncang dengan kematian Kepala Pelayan. Kondisinya juga belum pulih sepenuhnya, jadi bersabarlah menghadapi keadaannya saat ini, dan jangan diambil hati," pesan Angela sebelum meninggalkan Wona yang mematung di tempat.

•••

SISI ANTAGONIS #Meanie [Ongoing]⚠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang