-Tamparan!
Anak laki-laki itu meringkuk seperti udang ketika cambuk itu menghantamnya.
Karena terus menerus dicambuk, pakaian anak itu lama-kelamaan berlumuran darah.
Wajah bocah lelaki yang sedari tadi berteriak-teriak itu berubah bagai roh jahat, seakan-akan membenci segala sesuatu di dunia.
'Apa… apa salahku?'
Dia hanya terlahir sebagai orang berdarah campuran.
Tapi apakah ini dosa?
Hanya karena dia tidak memiliki mata hitam dan kulitnya sedikit lebih putih, apakah dia harus mengalami diskriminasi dan pengabaian seperti ini?
Dia tidak tahu bagaimana hal ini bisa terjadi.
-Tampar! Tampar!
[Sialan, mata campur aduk, mati! Mati! Orang sepertimu lebih baik mati!]
Dengan pelecehan verbal dan cambukan yang terus-menerus, mata anak laki-laki itu bergetar.
Di luar rasa sakit dan penderitaan, kemarahan mulai menguasai akal sehat, dan segera meluap dengan niat membunuh.
'Aku akan membunuhmu. Aku akan membunuhmu.'
Benturan pada lengannya tidak berarti apa-apa.
Semuanya akan berakhir jika dia menggigit leher bajingan itu dengan giginya.
Anak lelaki itu, yang diliputi amarah, menunggu kesempatan dengan mata seekor elang.
Kemudian, ketika tangan yang mencambuknya berhenti sejenak karena kelelahan,
"Aaaargh!"
Sambil berteriak, ia menyerang pedagang budak yang telah mencambuknya.
Hanya ada satu tujuan.
Untuk menggigit leher bajingan sialan itu.
Bahkan jika dia mati di tempat, dia bertekad untuk membunuh bajingan itu…
-Gedebuk!
Akan tetapi, sebelum dia bisa mencapainya, tendangan seseorang membuatnya tersandung dan dia terjatuh.
Orang yang menjatuhkannya adalah pengawal pedagang budak itu.
[Berani sekali kau, bajingan bermata biru sialan, menerjang seseorang!]
-Gedebuk!
Pedagang budak itu menginjak anak laki-laki yang terjatuh itu dengan mata merah.
Dia tidak peduli apakah anak itu hidup atau mati.
Dia hanya fokus melampiaskan amarahnya.
-Buk buk!
-Pegangan!
Sakit sekali rasanya, namun anak laki-laki itu menggigit bibirnya erat-erat dan menahan erangannya.
Dia pikir menunjukkan penderitaannya hanya akan membantu pedagang budak itu melampiaskan amarahnya.
-Buk buk!
'Apakah lebih baik… mati seperti ini?'
Saat kesadarannya berangsur-angsur memudar karena rasa sakit, ia menginginkan kematian.
Itulah momennya.
-Chak! Buk! Gulung gulung!
Lalu, sesuatu menggelinding di depan anak laki-laki itu.
[K-kamu jalang…]
-Chak!
Cairan panas berceceran dan membasahi tubuh bocah itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/382667503-288-k811680.jpg)